“Apa rencanamu?”
Tiba-tiba Yavid sudah berada di kamar, sedangkan Aleya sedang menutupi pipinya yang merah akibat tamparan dari suaminya tersebut.
Yavid menelan salivanya, ia merasa bersalah ketika melihat Aleya menutupi bekas tamparannya. Namun rasanya sulit untuk meminta maaf.
“Riasan ini akan menutupi bekas tamparanmu.” Aleya tidak menjawab pertanyaan dari Yavid.
Yavid menghela napas panjang, ia tahu jika Aleya kini sedang menyindirnya.
“Kamu tahu kan, aku tidak suka ada yang membentakku. Aku rasa itu akan membuatmu mengingat yang tidak boleh dilakukan di hadapanku.” Yavid membela diri.
Aleya hanya tersenyum, ia masih duduk di kursi depan meja riasnya. Meskipun terlihat tenang, sesungguhnya hati Aleya sedang sakit akibat tamparan dari suaminya sendiri. Apa salahnya jika seorang istri meminta suaminya memberitahu semua yang dirahasiakan.
“Jangan ragukan itu, aku pasti akan ingat seumur hidupku. Semua perlakukanmu, sikapmu dan permainan ranjangmu.” Aleya sempat terdiam kemudian menat