“Semoga saja ibumu di sana tidak menyesal melahirkan kamu.”
Wanda melanjutkan ucapan tajamnya. Hal tersebut membuat kecemasan di dalam diri Aleya kembali muncul. Ia kemudian berdiri sambil mengepalkan tangannya.
“To-tolong jangan libatkan ibuku,” ujar Aleya menahan air matanya, ia mulai meremas-remas tangannya sendiri, tanda-tanda kecemasan mulai muncul lagi.
Melihat Aleya cemas malah membuat Wanda tersenyum, seolah belum puas ia ingin membuat wanita berambut hitam sebahu itu marah.
“Kenapa? kamu menyesal menjadi penyebab meninggalnya ibumu?” Wanda terlihat sengaja memancing amarah Aleya.
Aleya marah, tapi dia tidak berani memukul Wanda. Rasa takut dalam dirinya membuatnya hanya bisa menangis dan meremas kedua tangannya dengan kuat, sehingga membuat kedua tangannya lecet terkena kuku jarinya sendiri.
“Anda tidak tahu apa-apa mengenai kehidupan saya. Jangan bicara seperti itu,” teriak Aleya sambil menangis.
Rita kemudian menghampiri Wanda, “Bu. Anda terlalu jauh mencampuri urusan priba