"Liqa!" Liqa langsung menoleh karena ia merasa ada seseorang memanggil namanya. Liqa baru selesai kuliah dan ia ingin pulang, ketika seseorang memanggilnya, ternyata Melia.
Liqa sangat terkejut melihat Melia berjalan menghampirinya.
"Eh, Melia! Apa kabar?" tanya Liqa dengan basa-basi.
"Alhamdulillah, kabar baik. Kamu ada waktu? Aku ingin berbicara padamu." Melia bertanya pada Liqa. Aura wajah Melia sudah berbeda, tidak angkuh seperti dulu.
"Ayo, mau bicara dimana?" tanya Liqa. Seperti apapun perlakukan Melia, Melia itu adalah saudaranya.
"Di taman situ saja, kayaknya tempatnya enak."
Liqa dan Melia berjalan menuju ke taman yang dimaksud Melia.
"Beberapa hari aku selalu menunggumu di depan fakultas, berharap bisa bertemu denganmu," kata Melia.
"Kenapa tidak menelponku?"
"Aku takut kalau nanti kamu akan mengabaikan telepon dariku."
"Oh. Sepertinya sangat penting yang akan kamu bicarakan ya? Sampai-sampai kamu menungguku."
Melia terdiam sejenak, kemudian menarik nafas panjang.
"Selama i