“Mama! Mama kenapa nangis!?” Suara tiba-tiba terdengar dari arah pintu. Amelia berdiri di tengah pintu sambil menatap kami dengan penuh pertanyaan. Segera aku sembunyikan wajah dan hapus air mata, kemudian menghampirinya.
Dia masih memberikan tatapan menyelidik dengan kening berkerut. “Mama menangis?”
“Tidak, Sayang. Mata Mama cuma kena kemasukan serangga di luar tadi. Kak Wisnu yang bantu__”
“Tuh, matanya Mama merah dan ada airnya,” ucapnya memotong penjelasanku, kemudian dia meraba pipiku yang masih terasa lembab karena air mata.
Aku tersenyum sambil mengusap rambutnya. Sama dengan Wisnu, dia mempunyai kenangan buruk tentang pernikahan Mas Suma dan Maminya. Lebih baik aku menyembunyikan masalah ini darinya. Kalau dia mendengar ada yang mengusik pernikahan kami, bisa jadi anak ini terluka. Apalagi, satu alasan kuat terjadinya penikahanku dengan Mas Suma adalah memberi keluarga yang utuh untuk Amelia.
“Mama nangis, Mel,” seru Wisnu dari tempat duduknya.
Sontak aku kaget dan sege