Jiyya mendongak untuk sekadar memberi Silvana sejenis senyuman yang lebih memiliki arti kesedihan di bandingkan kelegaan. Sebelum arah pandangnya berubah menatap lantai, dia mengangkat lututnya sendiri sehingga kepalanya dapat dia sandarkan disana. “Kau tahu maksudku. Apa aku betul-betul jatuh cinta pada Sir Joan? Aku sudah memikirkan perkataan Dean terhadapku saat itu, perkataannya yang bahkan hingga kini tidak bisa aku berikan jawabannya secara pasti. Dia bilang padaku bahwa aku hanya… kesepian dan mencari pelarian. Aku tidak pernah berpikir seperti itu, oleh sebab itu aku memutuskan untuk bersama dengan Joan, tapi setelah bertemu ibunya aku… kenapa kisah ini terkesan berulang padaku? Apakah sebuah kesalahan bila aku jatuh cinta pada seorang pria?”
“Well, kalau hanya sekadar berteman tentu tidak akan pernah jadi rumit. Apakah kau pernah memikirkan Dean sama seperti saat kau memikirkan Sir Joan? Jika tidak bukankah sudah jelas letak perbedaannya? Kenapa harus lagi? dan untuk stateme