Anna histeris, untuk yang kedua kali, kalung kesayangan yang sebenarnya semenjak dipakai tak pernah dilepas itu hilang. "Kalungku," lirihnya.
Anna pun turun dari kasur, dia menyapu setiap sudut ruangan berukuran besar itu berharap kalungnya hanya terjatuh. "Reihan," monolognya. Pikiran Anna langsung tertuju pada pria yang pernah mengelebuinya. "Pasti Reihan yang ambil," ujar Anna, dia berjalan keluar mencari keberadaan pria tersebut. Terlihat Reihan sedang berbicara dengan sang ibu di meja makan. Pria itu seperti kaset rusak, tak ada umpan balik dari sang lawan bicara. Anna melangkah pelan, tak mau mengganggu mereka berdua. "Ibu, apa ibu ingat hari dimana Reihan mendapat penghargaan untuk pertama kalinya?" Mata pria itu berkaca, bulir bening jatuh, namun tak pernah sempat menyentuh pipi. Anna