Jalur setapak itu menurun curam, melewati lorong sempit dengan dinding-dinding batu spiritual yang memancarkan cahaya lembut dari celah-celah retakannya. Aura tempat itu membuat bulu kuduk merinding—bukan karena ketakutan, tapi karena kekunoannya. Qi di sekeliling terasa padat, seolah-olah dinding itu pernah menyaksikan banyak pertempuran berdarah... dan masih menyimpan jejaknya.
Tak ada papan. Tak ada petunjuk.
Di hadapan mereka hanya tampak sebuah gua tak berarti, retakan batu besar seperti mulut naga tua yang malas membuka. Tapi Valkyrie menghentikan langkahnya dan mengangkat tangan, jemarinya menyusuri permukaan kasar batu itu... hingga ia menemukan satu ukiran kecil—sebuah bunga kamboja hitam, hampir tersembunyi oleh lumut qi yang berpendar ungu.
Dengan satu sentuhan, rune itu bersinar.
ZZZRRMMM…
Seolah riak air menjalar di dinding batu, lapisan ilusi itu bergelombang dan membuka perlahan. Dari celah-celahnya, terpancar cahaya hangat—seperti fajar yang terperangkap di dalam gua.
T