Bab Bonus Gems : 1/1 Selesai. Bab Utama : 3/3 Selesai. Bab Extra Author : 0/1. Author berubah pikiran akan memberikan bab extra malam ini saja sehingga akumulasi Bab Extra Author yang belum rilis tetap lima bab... :)
Aura di sekeliling Kevin berkumpul pada bilah pedangnya. Suhu udara melonjak, batu-batu mulai meleleh perlahan. Energi api dan qi naga bersatu membentuk pusaran cahaya yang mengangkat debu dan membakar oksigen. Napas Kevin teratur, tapi dari sudut bibirnya terlihat ketegangan—bukan ketakutan, melainkan ingatan. Sekilas, mata Kevin tertutup. Di balik kelopak itu, dia melihat bayangan masa lalu—orangtuanya yang mati, paviliun yang terbakar, dan pengkhianatan kekasihnya.Ketika ia membuka mata kembali, nyalanya bukan hanya milik manusia, melainkan warisan dari makhluk langit.“Phoenix Ascendant Slash!”Kevin mengayunkan Pedang Dewa Ilahi ke langit. Bilahnya memancarkan busur api raksasa, membentuk siluet sayap phoenix yang berkobar-kobar dalam warna emas-merah, menari seperti entitas hidup. Api itu memekik—ya, api itu bersuara—seolah menangisi dunia yang telah ternoda oleh kekuatan gelap.Pedang Dewa Ilahi bertransformasi menjadi Pedang Phoenix Ilahi saat mengaktifkan Liontin Phoenix.Ala
Langit malam di atas Lembah Awan Hitam tidak hanya berguncang ... petir berkilat tanpa henti, mencabik-cabik pekatnya awan racun, mengubah malam menjadi neraka tak berujung. Bau logam bercampur belerang menggumpal dalam udara, menusuk tajam ke dalam paru-paru, membuat napas terasa seperti menghirup jarum halus satu per satu.Namun di tengah kekacauan itu, Kevin berdiri tegak. Tubuhnya diam seperti tiang cahaya di antara badai spiritual. Tatapan matanya dingin, penuh fokus, seolah dunia di sekitarnya telah lenyap. Getaran dari tanah, semburan racun, bahkan ledakan qi dari medan pertempuran tak sanggup menggoyahkan pijakannya.Liontin Phoenix yang tergantung di lehernya menyala—bukan hanya sebagai hiasan. Api keemasan di dalamnya berkedip seirama dengan detak jantung Kevin, namun kini, jantung itu berdetak dengan irama pertempuran surgawi. Energi dari liontin itu memancar, membentuk siluet burung phoenix di belakang punggung Kevin, sayapnya terentang dari api, paruhnya mengarah ke langit
Tak jauh dari sana, di ujung lembah yang retak dan terbelah oleh medan spiritual, Kevin berdiri diam, tubuhnya seperti terpatri oleh kekuatan besar. Tatapannya tak beranjak dari sosok Alastair Nyxen, yang kini tampak seperti perwujudan iblis dalam tubuh dewa. Tongkat Iblis Mata Naga di tangannya bergetar hebat, dan mata naga di ujungnya menyala menyala merah darah—berdenyut seperti jantung yang marah.Tanah di sekeliling mereka tidak lagi stabil. Retakan-retakan hitam memanjang ke segala arah, dan potongan batu mulai mengambang di udara, seolah gravitasi telah menyerah pada kekuatan qi yang tak terkendali."Akhirnya kita bertemu, anak dari Elenia Dragonia," ucap Alastair. Suaranya bergema dalam dimensi lembah itu, berat dan dingin, seperti mantra yang menyeru kiamat. "Kau pikir luka ibumu... bisa ditebus dengan darahmu sendiri?"Kevin tak menjawab. Ia menanggalkan jubah atasnya yang sudah compang-camping. Luka-luka masih terbuka di dadanya, mengalirkan darah hangat. Namun dari punggung
Kabut racun mengalir deras, tidak seperti udara biasa, tetapi seperti tsunami lembut yang menggulung dari kedalaman neraka. Warnanya hijau kebiruan, membentuk kabut pekat yang bergerak seperti makhluk hidup, mendesis setiap kali menyentuh rerumputan dan mengubahnya menjadi arang hitam. Dari balik kabut itu, muncul sosok-sosok kelam—pembunuh dari Sekte Dewa Iblis, bergerak dalam kesenyapan yang menyeramkan. Tidak ada derap langkah, tidak ada suara napas. Tapi aura qi racun yang menyelimuti mereka menoreh tanah dan membakar udara. Mereka datang bukan hanya membawa senjata, tapi juga kehancuran. Valkyrie berdiri tak gentar di tengah medan spiritual yang sudah mulai goyah. Kakinya berpijak mantap di atas tanah yang nyaris mencair karena formasi racun, sementara rambut peraknya melayang liar dibelai angin qi. Di tangannya, Zanrei bergetar dengan ritme yang serupa detak jantung pemiliknya. Aura pedang itu kini berubah menjadi pusaran energi racun yang mengerikan, berkilat ungu kehitaman, m
Angin di Lembah Awan Hitam tak lagi terasa seperti udara. Ia berubah menjadi racun yang menggantung—menggigit paru-paru dan menekan pikiran siapa pun yang berani melangkah lebih dekat. Kabut yang tadinya menggantung tipis, kini menebal seperti tirai kematian. Dan di ujung lembah yang telah diluluhlantakkan oleh pertempuran sebelumnya… berdirilah gerbang itu.Gerbang hitam keunguan menjulang seperti pecahan langit yang jatuh dan ditanam ke tanah. Permukaannya penuh ukiran lidah naga dan simbol-simbol kuno yang berdenyut dengan cahaya racun. Di sekelilingnya, formasi spiritual berwarna hijau kehitaman bergolak liar, melilit udara seperti ular meliuk—siap melahap siapa pun yang menyentuhnya tanpa izin.Dan di antara formasi itu...Berdiri puluhan pembunuh Sekte Dewa Iblis—satu-satunya sekte yang menyatukan ilmu hitam, teknik racun, dan seni ilusi neraka dalam satu doktrin. Mereka berdiri rapat dan diam seperti patung. Jubah mereka hijau tua berlumur simbol tengkorak ular melilit bintang g
Langit mendadak menghitam. Awan pekat bergulung, dan suara dari dalam bumi menggema seperti deru amarah zaman kuno.DUUUMMM!!!Tanah di depan Kevin dan Valkyrie retak seperti pecahan kaca, dan dari kedalaman jurang spiritual itu, sebuah pusaran terakhir terbuka—bukan hanya pusaran qi, tapi rekahan waktu, seolah alam itu sendiri mundur sejenak, memberi jalan pada makhluk kuno yang telah lama tersegel.Retakan tanah membesar. Asap hitam bercampur kilatan oranye membuncah ke udara. Lava menyembur, dan bau belerang menyengat menusuk hidung, menghanguskan dedaunan di radius beberapa meter. Lalu, dari dalam pusaran itu…Makhluk terakhir itu muncul—mengoyak tanah terlarang.“Fenrath...” gumam Valkyrie, napasnya tertahan. “Penghancur tujuh negeri... Penjaga Kehancuran.”Sosok yang menjulang keluar dari perut bumi itu tidak hanya besar—ia kolosal. Setinggi istana, tubuhnya bersisik magma berdenyut merah seperti arteri yang menyala. Tiga tanduk api melingkar di kepalanya, memancarkan api abadi d