Wajah Adelio yang tadinya sudah sangat buruk menjadi semakin masam lagi.
Dia berdeham dengan menutup mulut, suaranya juga masih sangat tenang.
"Aku menemani ibunya Jenita datang periksa ke dokter."
Sharga mengangguk seolah sedang berpikir, lalu menjawab dengan nada yang panjang.
"Oh ...."
Nadira memejamkan matanya dengan rapat. Meskipun dia tidak terlalu kenal Sharga, dia tetap tahu kalau Sharga tidak pernah memberi orang muka.
Ketika mendengar suara 'oh', Nadira langsung muncul firasat yang buruk.
Sesuai dengan dugaan, kata-kata yang diucapkan Sharga bagaikan bom besar yang meledak dengan kuat di kepalanya Adelio.
Dia sama sekali tidak memikirkan perasaan Adelio, bahkan mempermalukannya.
"Kamu meninggalkan istrimu yang sudah mau pingsan di pinggir jalan, lalu menemani ibu mantan terindahmu untuk periksa ke dokter. Kamu memang suami yang baik, anak yang berbakti."
Kata-kata Sharga tidak hanya mempermalukan Adelio, bahkan Jenita yang di samping pun merasa malu.
Jenita menutup mulutnya d