Ruby menggeleng pelan, dan untuk sesaat, senyum lembut menggantikan amarah di wajahnya. “Jangan buat aku semakin khawatir, Nio. Aku bukan hanya rekanmu di kantor.”
Nio mematung, matanya mencari arti lebih dalam dari ucapan itu. Namun Ruby buru-buru mundur, menghindari makna yang belum siap ia akui sepenuhnya.
“Selesaikan laporanmu. Aku akan menunggumu di luar,” ucap Ruby, suaranya kembali netral meski masih ada nada lembut di dalamnya.
Nio pun berjalan keluar dari ruangan. Dalam diam, ia menghela napas panjang lega, tapi juga terbebani oleh betapa pedulinya wanita itu padanya. Tangannya segera bergerak, menyusun dokumen terakhir yang tersisa. Hanya satu laporan lagi. Lalu ia akan kembali ke sisi Ruby.
**
Jarum jam terus berputar, menembus senyap sore yang perlahan berubah menjadi malam. Ruangan kerja Nio kini hanya diterangi cahaya lampu meja yang mengarah ke tumpukan dokumen yang setengah rampung. Layar laptop menampilkan grafik laporan produksi dan hasil temuan audit yang masih haru
