"Nay!" lirih Lingga menjatuhkan dirinya berlutut memeluk kaki Naya, menjatuhkan kepalanya di perut sang istri, "Jangan seperti ini! Aku mohon!"
Lingga merasa dadanya kian sesak, perempuan yang selama ini lembut, penuh dengan cinta menjadi wanita yang paling kejam untuknya.
Bagaimana bisa, hadiah perpisahan yang justru membuat Lingga tak bisa kemanapun?
Bukankah lebih baik tak ada hadiah atau jatah mantan itu? Bukankah itu semua justru semakin menyakiti mereka.
"Mas ... Keputusanku tak akan berubah sedikitpun! Bahkan jika kamu ada laki-laki yang keluargaku tunggu sejak lama! Aku tak bisa kembali lagi bersamamu!"
"Lalu, kenapa harus ada kejadian tadi siang? Kau sengaja? Kau tau aku begitu susah melepaskanmu, dan kau sengaja menyiksaku?" kejar Lingga.
Marah, sedih, sakit, sesak, bercampur jadi satu di hati Lingga saat ini.
"Kau terlalu terbawa perasaan, Mas, itu hanya aktifitas biasa! Aktifitas yang bahkan bisa dilakukan pada orang asing tanpa perasaan!" jawab Naya.
"Tanpa perasaa