Jujur, Naya tidak pernah berfikir Lingga akan mengugatnya hari ini, karena masih ada sisa satu minggu untuk tinggal bersama.
'Apa kemarin sangat menyakitimu, Mas?' batinnya.
"Iya, begitu tadi kata Bapaknya! Memangnya tidak ada obrolan?" tanya Bia.
"Kemarin sudah bicara, Mbak ... Cuma Naya kira tidak hari ini, suruh Mas Lingga ambil sendiri di almari putih paling ujung di kamar, Mbak! Naya ada pertemuan penting hari ini!" jawabnya kemudian mematikan panggilannya sepihak.
Rasanya Naya tak bisa lagi menahan suaranya, dan benar saja, air mata Naya luruh namun cepat-cepat dia usap.
'Ini jalan terbaik, Nay! Jangan bersedih!' batinnya mengenyahkan perasaan sakit ini.
Naya sangat terkejut, Naya tak ingin hadiah untuk sang putra di hari ulang tahun adalah sebuah perpisahan orang tuanya.
Tiba-tiba perasaan tak tega menggelayuti hatinya.
Naya kemudian mengingat permohonan Lingga kemarin dengan air mata kepedihan, Naya ingat betul ekspresi itu.
Naya ingat dirinya tetap berkeras hati bahk