Byakta melirik mobil yang ringsek dengan darah segar masih menggenang di dekat dua benda besi yang beradu itu tak bisa menahan embun di matanya, "Ke rumah sakit dimana korban mobil itu dilarikan, Sus!"
"Baik, Pak!" Byakta masuk dan sesaat kemudian, Byakta menggenggam tangan adiknya, "Yang kuat, dik!" "Ya Allah, Lingga ... Semoga kamu baik-baik saja!" lirih Byakta mengusap kasar air matanya yang jatuh. Hatinya tak karuan melihat mobil ringsek itu, dan jelas kerusakan terparah ada di mobil Lingga. Jika ada korban yang meninggal dunia dan luka-luka, tentu sudah bisa diprediksi siapa yang paling parah. Byakta merasakan kesedihan mendalam itu, bagaimanapun Lingga adalah adiknya dan juga teman masa kecilnya dulu. Tak Lupa Byakta menghubungi Bia yang kini menggantikan dirinya dibalik kemudi mobil agar menyusul di rumah sakit Mangun Kusumo. "Mas harap, kamu kuat me