Nyonya Ruby bergeming. Dia tidak ingin kehilangan semuanya—suami, menantu, dan cucu. Dadanya terasa sesak, tetapi dia tahu keputusan harus segera diambil.
"Apa tidak ada jalan lain, Arnold?" tanyanya lirih, suaranya hampir tak terdengar seperti rintihan yang ditelan kekhawatiran.
"Hanya itu, Ma." Arnold menatap ibunya dalam-dalam, mencoba menyampaikan keyakinan dari matanya yang lelah. "Arnold mohon Mama mengizinkan Arnold menjalankan rencana ini demi kita semua. Demi keadilan untuk Papa dan juga demi Emily dan calon cucu Mama."
Semuanya membuat Ruby kembali duduk. Pundaknya lunglai seperti kehilangan daya topang, dan tangannya terangkat memegangi kepalanya yang terasa berdenyut hebat.
"Baiklah..." ucapnya akhirnya dengan napas berat, "lakukan saja. Tapi pastikan papamu mendapat pengamanan ekstra. Mama tidak mau sampai terjadi hal-hal yang tidak diinginkan."
Arnold mengangguk cepat. "Terima kasih, Ma," katanya sambil mendekap ibunya erat, seakan memindahkan sebagian beban di pundaknya