Kabut menebal saat malam benar-benar turun. Cahaya bulan hanya berupa bias samar di balik dinding pepohonan tinggi yang saling menjulang. Tak ada burung. Tak ada binatang. Hanya suara dedaunan dan langkah sepatu di tanah lembap.
Sua berjalan di depan, tubuhnya dibungkus jubah kabut seperti para penyusup Klan Hei. Di sisinya, Rai berjalan pelan, menjaga ritme yang pas agar selalu satu langkah di dekatnya.
Di belakang mereka, Chunying dan dua prajurit bayangan menyebar perlahan, menghilang ke sisi kanan jalur, menyamar sebagai kafilah dari Jalur Garam. Mereka sudah tahu sinyal yang akan digunakan jika segalanya berantakan: tiga kilatan merah dari benih batu pelacak.
Namun untuk saat ini, tidak ada ledakan. Tidak ada jebakan.
Hanya mereka.
Sua menoleh pelan ke samping, melihat Rai yang tetap diam sejak kabut mulai menebal. Bias cahaya dari batu lentera di pinggangnya memantulkan siluet tajam di rahangnya.
"Kenapa diam?" bisik Sua, pelan tapi cukup untuk terdengar.
Rai menoleh sedikit. “A