Suasana pesta semakin hidup. Tawa para tamu berpadu dengan denting gelas dan irama musik yang dimainkan oleh band profesional di sisi taman. Xavier memandu Hazel di antara kerumunan dengan langkah tenang dan penuh percaya diri, setiap orang yang mengenalnya memberi salam, dan beberapa bahkan terlihat canggung.
Hazel memperhatikan semuanya dengan seksama. Ia tahu Xavier bukan sekadar orang kaya biasa. Kehadirannya seperti magnet, memikat, sekaligus menakutkan bagi sebagian orang.
“Xavier, senang sekali kau datang,” seorang pria tua berjubah biru laut menghampiri mereka. Wajahnya dihiasi senyum hangat, namun tatapannya tajam.
“Count Verano,” balas Xavier sopan. “Kau masih menjadi pusat pesta seperti biasa.”
Hazel hanya mengangguk saat diperkenalkan, tapi di balik senyumnya, ia bisa merasakan tekanan sosial yang perlahan menyesakkan. Ini bukan sekadar pesta. Ini adalah tempat pertemuan para penguasa bayangan, para pemain utama dari politik, senjata, dan kekuasaan.
Tak lama kemudian, Xavi