Share

Bab 82

Penulis: SILAN
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-24 00:12:43
Sepanjang malam, kapal terayun lembut namun konsisten oleh gelombang laut yang tak pernah benar-benar tidur. Bunyi suara air yang membentur lambung kapal, serta tiupan angin yang menyelinap lewat celah-celah jendela menjadi latar alami malam mereka.

Saat Hazel membuka mata, sinar matahari samar mulai menembus masuk dari jendela, membias di antara percikan air yang menempel di kaca. Ia menggeliat pelan, selimut melorot dari bahunya, memperlihatkan bahu telanjang yang masih hangat oleh sisa pelukan semalam.

Di seberang ruangan, Xavier tengah membungkuk mengenakan bajunya yang semalam tergeletak begitu saja di lantai. Bahunya lebar, rambutnya masih sedikit berantakan, namun gerakannya tenang dan teratur seperti biasa.

"Apa kita sudah sampai?" suara Hazel serak, berat karena baru terbangun, tapi cukup untuk membuat Xavier menoleh.

Ia melemparkan pandangan ke jendela bundar di dinding kabin. “Belum. Tapi sebentar lagi. Aku akan memberitahumu saat kita hampir sampai.”

Tanpa menunggu jawaban,
SILAN

Jangan lupa di komen ya :D

| 14
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (4)
goodnovel comment avatar
Rosy
siapa peduli ... wkwkwkwkwk
goodnovel comment avatar
Chanel Gado-gado
lanjut kak... semangat...
goodnovel comment avatar
namanya
happy ending ya kak silan ... plisss
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Tawanan Mafia Mesum    Bab 165

    Yacht melaju mulus membelah permukaan laut, semakin menjauh dari daratan hingga hanya menyisakan siluet tipis di belakang. Hazel mengikuti Xavier menuju ruang kemudi, di mana seorang pria berseragam sudah berdiri sigap, matanya fokus pada arah layar navigasi.“Anak buahmu?” tanya Hazel pelan, setengah berbisik.“Benar. Hanya ada dua orang yang mendapat izin khusus dari kakek untuk mengendalikan kapal ini,” jawab Xavier sambil melangkah melewati Hazel. Ia memberi instruksi singkat kepada pria itu, mengubah jalur pelayaran menuju tujuan yang hanya ada di pikirannya.Hazel memutuskan untuk berkeliling. Yacht ini begitu besar, dua kali lipat ukuran kapal milik Jacob. Bukan hanya tiga kamar tidur dan satu ruang santai, tapi juga lorong-lorong berlapis karpet tebal, interior kayu mengkilap, dan aroma lembut cologne bercampur wangi laut. Hazel tidak bisa menyebutkan semua ruangan yang dilewatinya, terlalu banyak, terlalu mewah untuk ukuran sebuah yacht."Kau tidak bilang keluargamu punya yac

  • Tawanan Mafia Mesum    Bab 164

    Xavier berdiri di ambang pembatas pagar, melihat sosok Hazel sudah tidak terlihat. Sementara di sebelahnya, pria paruh baya yang menceburkan Hazel tertawa mengejek."Kenapa tidak melompat menyelamatkan kekasihmu? Ah, aku lupa kalau kau kau terjun menyelamatkannya, kau juga pasti tidak akan bisa berenang, kaki robotmu itu pasti akan bermasalah, kan?" katanya.Xavier menoleh, dengan cepat tanpa aba-aba. Bughh!Kepalan tinjunya menghantam tepat ke wajah pria tua itu, hidungnya mengeluarkan darah, dan saat dia menyeka darah itu dari hidungnya, Xavier sudah mendekat lagi dan menghantamkan pukulan kedua yang lebih kuat.Pada akhirnya, anak buah pria tua itu kembali menyerang Xavier, namun jumlahnya tidak begitu banyak sehingga tidak terlalu sulit untuk Xavier kalahkan. Ya, itulah pikiran awal Xavier sebelum mereka mengeluarkan kembali alat kejut listrik yang membuat alat bantu di kakinya mengalami masalah lagi.Ugh! Geram Xavier, ia terjadih dengan kondisi kakinya yang seperti mati rasa."

  • Tawanan Mafia Mesum    Bab 163

    Hazel memukul dengan kekuatan penuh, menghantam rahang penjaga pertama hingga terdengar bunyi retakan samar. Lelaki itu terhuyung ke belakang, kehilangan keseimbangan sebelum jatuh menghantam dek kapal. Penjaga kedua, yang semula memegang lengannya, sempat mencoba memelintir tangan Hazel, namun ia berbalik cepat, menghantam ulu hati pria itu dengan lututnya. Suara nafas yang tercekik terdengar ketika penjaga itu meringkuk, lalu Hazel menyikut kepalanya hingga terkapar. “Menjauh dariku, brengsek!” hardik Hazel, dadanya naik turun karena napas terengah. Hazel berhasil menjatuhkan keduanya. Tanpa pikir panjang, dia berlari menghampiri Xavier dan melepaskan simpul ikatan di tangan pria itu. “Ayo, kita harus pergi!” serunya tergesa-gesa. Namun Xavier hanya menggeleng. Bukan karena enggan, melainkan kakinya tak bisa digerakkan. Hazel menatapnya bingung. “Ada apa? Kapal ini makin menjauh dari dermaga!” suaranya hampir pecah oleh panik. Xavier menepuk tangan Hazel, seolah ingin men

  • Tawanan Mafia Mesum    Bab 162

    Hazel menatap Xavier yang duduk bersandar santai di sofa, MacBook terpangku di pahanya. Sudah hampir setengah jam pria itu fokus pada layar, jarinya menari cepat di atas keyboard, seolah Hazel yang duduk hanya beberapa langkah darinya tak pernah ada."Kapan kamu akan menunjukkan Black Viper padaku?" suara Hazel memecah keheningan, sedikit meninggi karena tak sabar.Xavier berhenti mengetik, menoleh perlahan dengan alis terangkat, tatapannya tajam namun tenang. Belum sempat ia membuka mulut, Hazel sudah menyusul dengan nada mendesak."Kau pernah bilang, setelah kondisimu membaik, kau akan tunjukkan benda itu padaku. Sekarang, aku menagih janji itu."MacBook ia letakkan di meja. Sebuah senyum tipis, terbit di bibirnya. "Aku tahu kau penasaran, Hazel. Aku akan menunjukkannya… tapi bersabarlah.""Bagaimana aku bisa sabar kalau kau selalu bilang ‘bukan waktunya’? Kapan ‘waktu yang tepat’ itu, hmm?" Hazel menatapnya penuh tantangan.Xavier hanya mengangkat sudut bibirnya, senyum misterius ya

  • Tawanan Mafia Mesum    Bab 161

    Selesai sarapan, Xavier kembali melanjutkan olahraganya. Alat bantu yang dibuat khusus oleh Diego benar-benar bekerja dengan baik. Bukan hanya membuatnya bisa berdiri, tapi juga menopang beban tubuhnya dan alat gym yang berat tanpa membuatnya kehilangan keseimbangan.Bagi Xavier, ini adalah kemajuan besar. Ia bukan tipe pria yang betah duduk diam, dan kini ia bisa kembali beraktivitas dengan leluasa. Sementara itu, di sudut ruangan gym, Hazel sedang berjalan di atas treadmill. Namun, perhatiannya tidak benar-benar tertuju pada layar di depannya. Matanya justru sesekali melirik ke arah Xavier yang membelakanginya.Ucapan pria itu di meja makan tadi masih bergaung di kepalanya. Satu kalimat sederhana, namun cukup untuk membuat jantungnya berdebar tanpa kendali."Bersama denganmu."Dan... anak.Hazel menelan ludah. Hanya mengingat kata itu saja sudah membuat perutnya terasa geli seperti ada kupu-kupu beterbangan di dalamnya. Wajahnya memanas. Akhir-akhir ini, Xavier memang sering menying

  • Tawanan Mafia Mesum    Bab 160

    Ketika Xavier tiba di hotel, ia sudah mendapati Hazel tertidur. Dengan jahil, Xavier menyentuh sisi pipi Hazel dengan ujung jarinya, namun Hazel tidak bangun dan seperti putri tidur yang membutuhkan ciuman seorang pangeran."Kau manis sekali saat tidur seperti ini." batin Xavier.**Langit pagi memancarkan sinar keemasan yang hangat, namun bagi Hazel, cahaya itu justru terasa menyilaukan. Ia mengerjap beberapa kali, kelopak matanya berat, hingga akhirnya terpaksa mengangkat tangan untuk menutupi sinar matahari yang menusuk penglihatannya.“Selamat pagi, Nyonya,” suara beberapa orang terdengar serentak, teratur, dan begitu dekat.Hazel sontak tersentak bangun, tubuhnya tegak di atas ranjang. Namun, keterkejutannya bertambah berkali lipat saat matanya menangkap pemandangan yang sama sekali tak masuk akal, lima orang pelayan berdiri berbaris rapi di kaki ranjangnya, menatapnya dengan penuh hormat.Apa… aku sedang bermimpi? pikirnya panik.Ia buru-buru mengusap wajah dan mengucek mata, ber

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status