Di tempat berbeda, Nilam sedang sibuk menelepon Nana sambil menatap layar laptopnya. Di hadapannya, beberapa undangan pernikahan sudah tertata rapi, siap untuk dikirimkan.
"Aku bakal nikah bulan depan, Na!" seru Nilam dengan nada ceria.
Dari seberang telepon, Nana menghela napas panjang sebelum menjawab, "Apa? Nikah?"
"Iyaa. Aku mau nikah."
"Sama siapa? Jean?"
Perempuan itu tersenyum malu-malu sambil memainkan pulpennya. "Iyalah. Emangnya sama siapa lagi?"
"Kayak baru kemarin kamu balikan lagi ama Jean. Sekarang udah siap nikah aja?"
Nilam tertawa kecil. "Ya mau gimana lagi? Kita udah lama bareng. Pak Jean bilang gak ada alasan buat nunda-nunda lagi. Lagipula, semua persiapan udah beres. Tinggal sebar undangan aja."
"Akhirnyaaa...." Terdengar helaan nafas panjang dari line seberang. "Sumpah aku lega banget dengernya. Setelah sekian lama dan setelah mengalami banyak cobaan, akhirnya kamu dan Jean nikah juga."
Nilam tersenyum kecil, merasa senang tapi juga sedikit malu saat mendengar uc