Bara melangkahkan kakinya hendak menuju ke ruang kerjanya, tetapi langkahnya seketika terhenti di kala melihat kursi meja kerja Bintang kosong. Pria tampan itu melirik arloji yang melingkar di pergelangan tangannya—melihat ini jam makan siang. Namun, seketika kepingan memori Bara mengingat akan percakapan singkat Bintang dan Mario kemarin tentang rencana Mario mengajak Bintang makan siang bersama.
Bara mengembuskan napas kasar seraya mengepalkan tangan kuat. Emosi di dalam diri tak bisa lagi teratasi. Hal yang paling dia benci adalah Bintang terus menerus menunjukkan kedekatan pada Mario. Ini memang terdengar gila. Dia membenci Bintang dekat dengan Mario, tetapi sialnya dia tak bisa membenci begitu dalam pada sosok Bintang—yang selalu menghancurkan segala hal di pikirannya.
Bara memejamkan mata singkat, dan memilih untuk masuk ke dalam ruang kerjanya. Pria tampan itu tahu bahwa sekeras apa pun dia akan tetap percuma, karena tetap dirinya dan Bintang memiliki batasan—di mana dia tak