Bintang duduk di kursi kerjanya, kembali melanjutkan pekerjaannya setelah tadi dirinya selesai makan siang bersama dengan Mario. Sungguh, hingga detik ini hati Bintang benar-benar merasa tidak enak menolak tawaran Mario, tetapi dirinya sendiri tak bisa memaksakan diri.
Bintang sadar bahwa selama ini terlalu banyak hal yang Mario lakukan untuknya. Bahkan Mario rela hingga dibenci Bara, karena dirinya. Namun, pindah bekerja bukan sebuah solusi hanya karena dirinya merasa tak enak pada Mario—yang selama ini terus menerus menolongnya.
Suara dering telepon masuk terdengar, membuat Bintang membuyarkan lamunannya. Wanita cantik itu menoleh, dan mengambil gagang telepon—langsung menjawab telepon yang dia tahu itu adalah panggilan dari Bara.
“Halo, Pak?” jawab Bintang sopan kala panggilan terhubung.
“Segera ke ruanganku sekarang,” titah Bara tegas dari seberang sana, dan langsung mematikan panggilan secara sepihak di kala sudah memberikan perintah.
Bintang menghela napas dalam mendapatkan