"Iya sus, anak saya sedang hamil. Tolong segera periksa bayinya juga… saya pikir mantu saya sudah memberitahukannya pada dokter."
Danu melirik ke arah Dewa. Wajahnya menegang, kini tiba-tiba tampak begitu peduli. Dalam benaknya, bayi yang dikandung Tara adalah harapan besar, calon pewaris Perusahaan Eonik yang tak bisa dia abaikan.
Sementara itu, Dewa hanya terdiam. Wajahnya datar, seolah semua yang terjadi tak menyentuhnya sedikit pun. Di saat yang sama, langkah tergesa terdengar dari lorong. Rina muncul, napasnya memburu.
"Mas, kenapa dengan Tara?" tanyanya, nada suaranya mencemaskan.
"Katanya dipukul orang," jawab Danu, singkat.
Rina langsung menghampiri Dewa, sorot matanya tajam, menusuk.
"Kamu benar-benar nggak bisa diandalkan!" hardiknya.
Danu melangkah cepat lalu menggenggam lengan Rina, menariknya menjauh. Ia baru ingat bahwa selama ini ia belum sempat memberitahu siapa Dewa sebenarnya.
"Jangan buat keributan, ini rumah sakit," ucap Danu pelan, namun nadanya tegas dan mengand