Dalam ruangan kerja Zimmerman, tampak pria itu menggaruk-garuk kepalanya yang mulai setengah botak. Rautnya sangat masam saat memandang dua orang yang sedang duduk di depannya.
"Kenapa kalian ini selalu meminta izin di saat yang tidak tepat? Kalau kau lupa, Thunder. Baru hari ini, ibumu selesai dimakamkan. Bahkan empat hari yang lalu, ayahmu pun baru meninggal. Makam keduanya belum mengering dan kini, kau sudah ingin mengadakan perayaan untuk pernikahanmu? Anak macam apa kau ini?"
Jelas terdengar rasa marah Zimmerman yang berusaha ditahannya. Baru saja kesedihan ditinggal oleh atasan sekaligus teman baiknya, membuat pria gembal itu sangat emosional.
Cukup sakit hati dengan kata-kata pria baya itu, sorot Gabriel memandang tajam. Ia bukan pria enam tahun lalu, yang begitu saja menerima keputusan pria baya di depannya ini. Ia adalah pria dewasa, yang telah mengalami banyak kesakitan dalam hidupnya. Dan yang paling tahu sedihnya ditinggal orang terkasih adalah dirinya sendiri, bukan orang