Minggu pagi.
Apartemen Kirana sunyi. Tak ada suara TV, tak ada notifikasi ponsel. Bahkan dia tak membuka tirai jendela sampai lewat pukul sepuluh. Belum ada tanda tanda kehidupan manusia sampai pukul sepuluh.
Hari Minggu untuk Kirana bukan hari untuk jadi produktif.
Bukan juga untuk party di kehidupan malamnya.
Ini adalah hari kudus versi Kirana—hari untuk diri sendiri, dan hanya diri sendiri.
Dia melangkah pelan ke dapur. Membuat teh hijau. Tanpa gula.
Pakai mug favorit berwarna ivory, dengan tulisan “Breathe” yang sudah mulai pudar.
Hari ini dia memilih yoga.
Mood-nya sedang tidak cocok untuk lari atau olahraga high impact.
Dia ingin pikirannya tenang, ingin waktu berjalan pelan, dan mendengar tubuhnya bicara.
Setelah satu jam yoga ringan dengan instruktur virtual, dan cukup berkeringat, Kirana duduk bersila di balkon. Rambut diikat seadanya, wajah tanpa make-up, hanya mengenakan tank top dan celana pendek ketat.
Sinar matahari pagi menjelang siang itu menyentuh kulitnya, dan ang