author-banner
Agnes
Agnes
Author

Novels by Agnes

UTANG DIBAYAR CINTA?

UTANG DIBAYAR CINTA?

Lunas atau Cinta? Satu kontrak. Dua harga diri. Tak ada yang siap menyerah. Ketika Ayuna dipaksa menanggung utang ayahnya yang meninggal, ia dihadapkan pada dua pilihan: menyerah pada gugatan hukum atau menandatangani kontrak kerja sebagai asisten pribadi CEO dingin yang membenci keluarganya—Aqil Wicaksono. Hubungan mereka tak pernah mudah: penuh adu argumen, kesalahpahaman, dan prinsip yang saling berbenturan. Tapi semakin lama bersama, perlahan mulai terungkap—bahwa yang benar-benar ingin mereka lunasi bukan hanya utang masa lalu, melainkan luka yang belum sembuh… dan rasa yang tak mereka harapkan. Cinta bukan bagian dari kontrak, tapi mungkinkah itu jadi satu-satunya yang tak bisa mereka tolak?
อ่าน
Chapter: Bab 26 – Tanpa Kata Kontrak
Ruang konferensi di lantai 15 terasa lebih sunyi dari biasanya. Lampu temaram, dan hanya dua cangkir kopi yang tersisa di meja panjang yang belum dibereskan. Ayuna dan Aqil duduk berseberangan. Di antara mereka, kotak kecil yang tadi dibawa Ayuna.Aqil menatapnya, matanya tak melepaskan pandangan sejak mereka duduk. “Kamu mau mulai duluan atau aku?”Ayuna menarik napas panjang. “Aku dulu.”Ia membuka kotak, mengeluarkan kertas kontrak pertama yang dulu ia tandatangani. “Kita mulai dari ini. Selembar kertas yang mengikat semuanya. Tapi juga… yang merusak banyak hal.”Aqil mengangguk pelan. “Aku tahu. Dan aku nyesel.”“Aku juga salah karena menyetujui itu tanpa benar-benar mikir jauh. Tapi saat itu aku butuh... terlalu butuh jalan keluar,” ucap Ayuna. “Aku nggak pernah sangka, dalam prosesnya, aku bakal kehilangan banyak bagian dari diriku sendiri.”Aqil bersandar, tangan dikepal di pangkuan. “Ayuna, aku nggak pernah anggap kamu hanya bagian dari solusi. Aku tahu sejak awal kamu lebih d
ปรับปรุงล่าสุด: 2025-08-08
Chapter: Bab 25 – Rahasia yang Terkubur
Suara notifikasi ponsel berdering bertubi-tubi sejak pagi. Ayuna duduk di tepi tempat tidur, menatap layar dengan ekspresi kosong. Banyak pesan masuk, sebagian dari rekan kerja lama, sebagian dari orang asing yang menyebar simpati sekaligus sindiran.Satu pesan dari Vina membuatnya benar-benar bangkit dari tempat tidur:"Yun, kamu harus lihat ini. Ada video wawancara ibu kandung Aqil di kanal berita gosip. Kayaknya ada hal besar yang dia sembunyiin selama ini."Ayuna membuka tautan yang dikirimkan. Video itu memperlihatkan seorang wanita elegan, berusia sekitar enam puluhan. Wajahnya masih cantik meski dihiasi garis-garis usia. Dialah Bu Arlina, ibu kandung Aqil yang selama ini jarang muncul ke publik.“Aqil selalu anak yang keras kepala,” ucap Bu Arlina di video. “Dan dia punya trauma yang tak semua orang tahu. Ketika ayahnya pergi dari rumah—bukan karena perceraian, tapi karena memilih perempuan lain—Aqil yang menyaksikan semuanya. Usianya baru delapan tahun saat itu.”Ayuna membeku
ปรับปรุงล่าสุด: 2025-07-01
Chapter: Bab 24 – Senjata Masa Lalu
Pagi itu, Ayuna membuka pintu kontrakan setelah ketukan panjang yang mengganggu. Ia mengira kurir makanan atau tetangga, tapi ternyata...“Nggak nyangka kamu beneran tinggal di tempat seperti ini,” ujar Nabila sambil mengamati interior kontrakan mungil itu dengan ekspresi geli.Ayuna menahan napas. “Kamu datang ke sini tanpa izin. Aku bisa lapor.”Nabila masuk begitu saja, tanpa menunggu dipersilakan. “Silakan. Tapi kamu tahu, aku bisa bikin cerita lebih dulu—tentang perempuan yang ‘diselundupkan’ ke hidup seorang CEO. Kamu tahu seberapa cepat berita itu menyebar?”Ayuna mengepalkan tangan. “Apa sih sebenarnya maumu?”Nabila menoleh dengan senyum miring. “Mudah. Pergi dari hidup Aqil. Serahkan dia padaku. Dengan begitu, semua kembali seperti seharusnya.”“‘Seharusnya’ versi siapa?” Ayuna menyela tajam namun tetap tenang.“Versi dunia yang biasa menerima seseorang seperti aku, dan akan selalu menolak orang seperti kamu,” kata Nabila dingin.Ayuna menghela napas. “Kamu terlambat. Aku su
ปรับปรุงล่าสุด: 2025-07-01
Chapter: Bab 23 – Pilihan yang Tak Sederhana
Pagi itu, apartemen Ayuna terasa sunyi. Hana sudah berangkat sekolah bersama Ibu Nur yang kini justru sering membantunya, setelah dulu nyaris jadi sumber masalah. Ayuna berdiri di depan cermin, memandangi wajahnya yang tampak lelah—mata sembab dan kulit pucat tak bisa disembunyikan dengan riasan tipis.Kata-kata Bu Rumi masih terngiang jelas dalam kepalanya. Tentang cinta. Tentang keberanian. Tentang ketidakadilan yang harus dihadapi sendiri.Teleponnya berdering. Nama Vina muncul di layar. Ayuna ragu sejenak, lalu menjawab.“Yun, gue harus bilang sesuatu,” kata Vina tanpa basa-basi. “Hari ini, nama lo muncul di grup kantor Mahendra Creative. Ada gosip lo dibilang jadi ‘simpenan’ bos besar. Lo ngerti artinya?”Ayuna membeku.“Aqil...?”“Dia nggak ngomong apa-apa. Tapi orang-orang mulai tanya-tanya. Beberapa ada yang nyari tahu siapa lo sebelum kerja jadi kontrakannya. Gila, Yun. Gila banget.”Ayuna menarik napas panjang. “Vina, kalau ini makin besar... gue nggak bisa nyeret lo juga ke
ปรับปรุงล่าสุด: 2025-05-02
Chapter: Bab 22 – Tumbal yang Tak Terucap
Malam itu, Ayuna duduk sendiri di balkon rumahnya. Hana sudah tidur, dan Vina baru saja pulang. Ia menatap langit Jakarta yang kelam, lampu-lampu terlihat samar dari balik tirai tipis yang bergerak perlahan. Di tangannya, surat pengunduran diri dari beasiswa masih terlipat rapi. Ia belum benar-benar menyerahkannya—meski dalam hati, ia sudah mulai melepaskan banyak hal. Lalu ponselnya berbunyi. Sebuah pesan dari nomor tidak dikenal masuk: “Besok pukul 10 pagi. Café Nostalgia, Jl. Suryo. Datanglah sendiri. – Nabila.” Ayuna memandangi layar itu lama. Dalam benaknya, terngiang ucapan Vina beberapa hari lalu: "Kadang, lo harus tahu siapa musuh lo sebenarnya, Yun. Bukan cuma dari kata-kata, tapi dari caranya tersenyum didepan lo , sambil nyiapin pisau dari belakang." Keesokan paginya, Ayuna datang ke kafe itu dengan jaket panjang dan syal, mencoba menyamarkan dirinya dari perhatian publik. Nabila sudah duduk di pojok, dengan segelas kopi latte dan kacamata hitam besar seperti selebrita
ปรับปรุงล่าสุด: 2025-04-28
Chapter: Bab 21 – Jarak yang Tak Pernah Diminta
Sudah seminggu lamanya sejak Ayuna memutuskan mengambil jarak diantara mereka berdua. Tidak ada pesan dari Aqil, tidak ada tugas dadakan atau meeting dadakan yang harus di ikuti , atau entah tugas tugas lain yang sebenarnya hanya basa basi untuk bertemu. Bahkan tidak ada tanda-tanda keberadaan pria itu di media sosial. Ayuna duduk di meja kerja kecilnya, mencoba menulis ulang resume. Ia memutuskan untuk kembali mencari pekerjaan tetap. Kontraknya dengan Aqil belum selesai secara hukum, tapi untuk saat ini, Ayuna memilih berdiri sendiri. Vina datang sore itu, membawa dua gelas kopi dingin dan ekspresi khawatir yang tak bisa disembunyikan. “Lo yakin mau balik kerja, Yun? Kontrak lo masih berjalan.” Ayuna mengangguk sambil memandangi layar laptopnya yang kosong. “Justru karena masih berjalan. Aku nggak mau hidup cuma nunggu di balik status itu. Kalau semua ini cuma sementara, setidaknya aku udah siap.” Vina duduk di ujung ranjang, menatapnya lekat-lekat. “Gue ngerti sih... tap
ปรับปรุงล่าสุด: 2025-04-28
Two Sides Of KIRANA

Two Sides Of KIRANA

Ares Mahendra. putra tunggal Komisaris Utama di perusahaan teknologi ternama MahendraTech, memilih hidup di balik bayang-bayang nama besar ayahnya. Menyamar sebagai asisten manajer di departemen strategi, Ares ingin membuktikan bahwa ia mampu berdiri di atas kaki sendiri. Di balik wajah tampan dan sikap santainya, Ares dikenal di kalangan elit dunia malam—minuman, musik, dan lampu temaram adalah sahabat lamanya. Tapi ada satu prinsip yang selalu ia pegang: tidak akan menyentuh hal yang suci sebelum waktunya halal. Di sisi lain ada Kirana Larasati, manajer muda cerdas yang kalem di kantor, perfeksionis, dan selalu tampil tenang. Namun di luar kantor, Kirana adalah pribadi yang menyukai kebebasan—suka dugem, mengendarai motor besar, dan menikmati hidup tanpa peduli omongan orang. Meski begitu, ia punya batasan moral yang kuat. Ia bisa nakal, tapi tidak murahan. Ia masih perawan, dan berprinsip bahwa dirinya hanya akan menyerahkan semuanya pada pria yang benar-benar menghargainya. Ketika keduanya dipertemukan dalam dinamika kantor sebagai atasan dan bawahan, gesekan terjadi. Tapi seiring waktu, mereka justru menemukan ketertarikan satu sama lain. Rahasia demi rahasia terkuak—tentang siapa Ares sebenarnya, dan sisi gelap yang tak diketahui siapa pun tentang Kirana. Di antara ambisi, ego, dan dunia yang mereka sembunyikan, benarkah cinta bisa tumbuh tanpa syarat?
อ่าน
Chapter: Bab 52 – Validasi yang Tak Diminta
Senin, 13.08 – Ruang Meeting Tim ProdukMeeting siang ini cukup padat. Dihadiri perwakilan dari tim produk, marketing, dan strategy. Di layar, sudah terpampang slide yang disiapkan Kirana—tentang kemungkinan pivot pendek untuk campaign bulan depan, berdasarkan insight dari kota-kota tier dua seperti Surabaya dan Semarang.Semua data - data tersebut hasil diskusi tim Kirana yang dipoles dan diperhalus oleh Ares secara komunikasi besarnya. Dimana itu memang keahlian Ares yang cukup diakui Kirana. “Menurut data dan consumer response yang kami temui di lapangan,” ucap Kirana, tenang, “ada gap antara persepsi produk dan kebiasaan konsumsi harian di market ini. Itu kenapa, approach-nya gak bisa disamain kayak campaign Jakarta.”Beberapa dari tim produk mengangguk, tapi ada satu manajer senior yang menyela.“Gimana ya, soalnya kalau kita terlalu menyesuaikan dengan local behavior, campaign kita bisa kehilangan benang merahnya. Brand voice-nya jadi gak konsisten, apa yang dikomunikasikan di j
ปรับปรุงล่าสุด: 2025-07-02
Chapter: Bab 51 – Seperti Biasa, Tapi Tidak Biasa
Senin, 08.48 – Ruang Divisi Strategy, Mahendra GroupSuasana di ruang kerja pagi ini tenang. Beberapa orang sudah membuka laptop, menyeduh kopi, atau diskusi pelan. Kirana masuk seperti biasa: rambut diikat rapi, blouse putih dan celana hitam dengan potongan tegas, langkah mantap tanpa basa-basi.Ares sudah datang lebih dulu. Dia berdiri ke depan meja Kirana, membawa dua gelas kopi dari kafe langganan kantor.“Good morning, Boss.” ucap Ares santai seperti biasa “Pagi. Udah segar?” jawab Kirana, sekilas menatap Ares.“Segar... tapi agak kurang tidur.” “Salah siapa?” “Mungkin... yang ngajak joget semalam.” “Gue gak ngajak,” Kirana angkat alis. “Tapi juga gak nolak.” jawab Ares dengan nada sedikit becandaKirana hanya tersenyum kecil lalu duduk. Membuka laptopnya tanpa menanggapi lebih jauh. Percakapan selesai di situ. Bukan karena canggung. Tapi karena Kirana tahu persis batasan antara dunia malam dan dunia kerja. Dan sekarang Kirana di setting dalam keadaan kerja. Dan Ares...
ปรับปรุงล่าสุด: 2025-06-21
Chapter: Bab 50 – Hening yang Berisik
Minggu, 08.30 – Apartemen KiranaSinar matahari masuk dari celah gorden yang setengah terbuka. Kirana menggeliat di atas kasur, lalu duduk. Rambutnya acak-acakan, mata masih sedikit berat. Tapi tubuhnya terasa tenang.Dia berjalan ke dapur, membuat kopi dengan langkah lambat. Menyalakan musik instrumental seperti biasa. Minggu adalah hari di mana dunia tidak boleh ribut. Termasuk isi kepalanya sendiri.Semalam... bukan pertama kalinya dia berdansa dengan seseorang. Tapi memang jarang ada yang membuatnya diam lebih lama dari dua lagu.Ares...Dia menghela napas, tapi tidak sambil memikirkan terlalu dalam. Ada sebersit rasa penasaran, iya. Tapi tidak cukup kuat untuk membuatnya menunggu kabar. Tidak cukup dalam untuk membuatnya berharap apapun.“Mungkin cuma karena dia tahu mainnya. Cuma itu.”Setelah menyeruput kopi, Kirana mengambil matras yoga. Dia memilih untuk kembali ke zen zone-nya. Fokus pada dirinya sendiri. Seperti biasa. Seperti semua Minggu sebelumnya.Minggu, 10.12 – Apartem
ปรับปรุงล่าสุด: 2025-06-17
Chapter: Bab 49 – Retakan Kecil di Malam Panjang
Sabtu, 23.47 – Velvet GigsKirana belum kembali ke mejanya. Dia dan Ares masih berada di area dansa, tapi sudah bergeser ke sisi yang lebih tenang, agak dekat dinding dengan lampu lebih redup. Musik tetap kencang, tapi entah bagaimana... ruang itu terasa berbeda.Mereka sudah tidak banyak bicara sejak lagu ketiga. Tapi bahasa tubuh mereka bicara banyak. Jarak yang tadinya dijaga kini hanya setipis udara. Setiap gerak tubuh serasa mengikuti ritme yang sama, seperti dua orang yang sudah biasa berdansa bersama—padahal belum lama saling bersentuhan dunia.Walaupun perhatian mereka tertuju satu sama lain, namun pesona Kirana memang cukup menganggu sekitar jika hanya di diamkan saja. Sejak tadi Ares melihat lebih dari satu pria, sekitar 4 pria yang memang sengaja mendekat dengan gesture mengoda atau pun sengaja menyenggol.Baru kali ini Ares merasa tidak dilihat dan itu membuat dia cukup geram, apakah orang orang tidak tahu jika Kirana menari dengannya kenapa masih saja mengambil kesempatan
ปรับปรุงล่าสุด: 2025-06-16
Chapter: Bab 48 – Bukan Lagi Pengamatan
Sabtu, 22.10 – Velvet GigsLampu neon ungu dan merah muda menyapu ruangan yang mulai padat. Musik sudah mengguncang lantai, dan DJ malam ini memainkan set yang familiar. Nada-nada elektronik bercampur groove yang menyenangkan membuat atmosfer cepat panas.Ares masuk dari sisi bar. Hoodie gelap dan celana jeans slim fit membuatnya nyaris tidak mencolok. Tapi niatnya malam ini jelas—dia bukan ke sini untuk menikmati musik.Dia menelusuri kerumunan. Matanya menyapu cepat. Dan… ada dia. Kirana.Berdiri tak jauh dari sisi panggung, bersama dua temannya. Dress putih halus dengan sepatu platform membuatnya terlihat lebih ringan, lebih berpendar di tengah ruangan penuh bayangan.Kirana tidak melihat Ares. Dia sedang tertawa—entah karena apa, tapi wajahnya terlihat lega. Malam ini Kirana ada di elemennya. Tapi Ares tahu, dia tak akan sekadar mengamati dari kejauhan seperti malam-malam sebelumnya.Dia bergerak pelan ke arah bar. Tidak memesan apa-apa—dia hanya menunggu. Menunggu saat Kirana dan
ปรับปรุงล่าสุด: 2025-05-20
Chapter: Bab 47 – Sabtu yang Terasa Panjang
Sabtu, 13.05 – Apartemen Ares Lagu jazz mengalun pelan dari speaker di sudut ruang. Ares duduk di balkon apartemennya, kaos putih dan celana training, laptop terbuka tapi tidak disentuh. Kopi dingin di tangan kiri, sedangkan di pikirannya—ada potongan gerakan dari semalam. Tatapan Kirana. Cara dia bicara dengan tenang saat di bar. Dan jawaban terakhirnya... “Karena lo gak perlu gue hindari.” Kalimat itu berulang-ulang di kepala Ares. Mungkin bisa dimaknai biasa saja. Tapi Ares tahu... itu adalah pintu. “Dia ngasih celah. Sedikit. Tapi jelas.Dia mau tau pilihan gue dari statement yang dia keluarkan. Menarik ” Ares laki laki normal dia tidak mungkin bisa baik baik saja setelah semua gerakan yang dia lihat dari Kirana. Bukan gerakan mengoda tapi jelas memperlihatkan keahlian lain Kirana selain bekerja. Definisi perempuan yang tidak pernah Ares temukan selama ini, handal bekerja atau pun handal menikmati dunia. Kebanyakan perempuan yang Ares kenal akan menjujung tinggi pergaulanny
ปรับปรุงล่าสุด: 2025-05-20
สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status