Hari Rabu, jam 15.20 – Ruang kerja tim project
Kirana sedang mengutak-atik presentasi visual untuk klien. Matanya fokus ke layar, dahi sedikit berkerut. Ia ingin hasil yang presisi, tajam, dan langsung to the point. Tapi slide itu masih terasa... datar.
Sampai tiba-tiba Ares duduk di sampingnya, membawa segelas kopi.
“Lo butuh warna,” katanya tanpa basa-basi.
Kirana melirik. “Warnanya udah cukup kok.”
“Bukan warna visual. Tapi warna cerita,” jawab Ares sambil melihat slide. “Lo punya data, insight, dan solusi. Tapi nggak ada hook-nya. Orang perlu ngeh dulu, baru peduli.”
Kirana membuka sedikit mulutnya, lalu menutup lagi. Kesal karena dia tahu Ares benar.
“Gue bisa bantuin copy-nya. Biar tone-nya nggak kaku banget,” lanjut Ares, dengan ekspresi santai. “Lo bagian otaknya, gue bagian lidahnya.”
“Lidah?”
“Lo ngerti maksud gue, kan.”
Dan Kirana, walau malas mengakuinya, tertawa kecil.
---
Beberapa hari kemudian – Kantin kantor
Kirana melihat Ares duduk di tengah kerumunan tim l