Jumat, 22.45 – Lantai Dua, Club Karma
Tempat itu gelap. Bukan gelap yang muram, tapi gelap yang penuh energi. Cahaya strobo menyapu setiap inci ruang, menciptakan kilatan singkat wajah-wajah yang berpindah, menari, tertawa, melompat.
Ares berdiri di balkon atas, gelas minuman dingin di tangan. Bukan mabuk, hanya menemani.
Matanya menyisir lantai dansa di bawah. Musik EDM sedang tinggi-tingginya. Beberapa wajah tampak familiar. Tapi satu menarik perhatiannya.
Kirana.
Bukan Kirana yang duduk di ruang meeting dengan blazer dan spreadsheet.
Tapi Kirana dengan tanktop hitam dan rok kulit, rambut tergerai liar, bibirnya merah gelap, dan mata yang seperti menantang malam.
Ares tidak langsung yakin karena penampilan Kirana yang selalu 180 derajat berbeda dengan yang dia lihat dikantor, jadi dia perlu meyakinkan diri dua kali bahwa itu memang Kirana yang dia kenal.
Tapi cara dia bergerak… caranya tertawa dengan sahabat-sahabatnya… dan senyum miring yang muncul setiap beberapa detik—tidak sala