Jumat, 22.45 – Sebuah Lounge di Selatan Jakarta
Tempat itu bukan tempat baru bagi Kirana. Dia tahu di mana harus berdiri, ke mana harus melangkah agar tetap di tengah keramaian tapi tak terlalu jadi pusat perhatian. Sepatu hak pendeknya mantap menapak lantai, sementara dress hitam selututnya membungkus tubuh rampingnya dengan pas—elegan, tidak berlebihan, tapi jelas tidak untuk jam kantor.
Malam itu Kirana tidak datang dengan teman-temannya. Dia butuh waktu sendiri dan dia tidak merasa keberatan dengan hal itu. Atau setidaknya begitu niat awalnya.
Tapi seseorang sudah ada di sana lebih dulu. Duduk di sofa samping bar, dengan kemeja gelap yang digulung hingga siku, Ares memperhatikan lantai dansa dengan gelas berembun di tangannya.
Matanya tak perlu lama mencari. Begitu Kirana muncul dari balik crowd, dia tahu.
“Gila. Dia memang beda.” kata Ares sambil tersenyum
Ares tidak menargetkan bertemu dengannya malam ini, tapi takdir berkata lain. Malam ini mereka tetap bertemu bahkan tidak di