Udara malam Bandung selalu punya cara sendiri untuk membuat orang ingin diam lebih lama.
Jam sudah menunjukkan pukul 22:47 saat Kirana berdiri sendirian di balkon kamarnya, memandang lampu-lampu kota dari lantai tujuh hotel. Suasana tenang, tapi pikirannya tidak.
Hari itu terlalu... lancar. Dan entah kenapa, dia merasa nyaman dan cocok kerja bareng Ares. Dan itu justru membuatnya tidak nyaman.
Apa mungkin gue terlalu keras menilai orang?
Apa gue mulai terbiasa sama kehadiran dia?
Dia tidak suka pertanyaan-pertanyaan itu.
Ponselnya berbunyi.
Ares:
“Lagi gak tidur? Ke rooftop yuk. Mau ngobrol aja, sumpah.”
Kirana sempat menimbang. Tapi akhirnya ia mengambil cardigan dan keluar dari kamar. Entah kenapa... dia merasa perlu ke atas.
Rooftop Hotel – 23:03
Tempat itu sepi. Hanya ada beberapa kursi santai dan suara angin malam. Ares duduk di pojokan, dengan kopi kaleng di tangan dan earphone tergantung di leher.
Saat Kirana muncul, dia hanya tersenyum singkat dan mengangkat alis. “Gue kira lo