Pagi itu, rumah kontrakan Ayuna lebih tenang dari biasanya. Hana masih tidur, dan Ayuna duduk di dapur dengan segelas teh manis hangat, mencoba mencerna kenyataan.
Utangnya lunas. Tapi hatinya belum.
Ia merasa... terikat. Tapi bukan hanya oleh kontrak. Aqil mulai menempati ruang-ruang dalam dirinya yang dulu terkunci rapat. Sialnya, justru saat itu ia makin bingung: apakah ia hanya bersyukur dan ketergantungan? Atau mulai merasakan sesuatu yang lebih dari itu?
Ponselnya bergetar. Vina.
“Yun, kamu udah baca berita pagi ini?”
Ayuna buru-buru membuka laman gosip daring. Judul utama menusuk dadanya:
“CEO Mahendra Corp Diduga Punya ‘Kontrak Personal’ dengan Wanita Misterius: Keluarga Menolak Komentar”
Dan di bawahnya, foto dirinya saat keluar dari kantor, tersenyum pada Hana yang menunggu di parkiran. Sudut pengambilan fotonya terlalu sempurna. Terlalu... diatur?
Nabila.
“Aku nggak akan diam.” Aqil melempar koran pagi ke meja kerjanya, menatap Marwan—rekan kerja sekaligus tangan
