author-banner
caramelsky
caramelsky
Author

Novel-novel oleh caramelsky

Dosenku Mantan Suamiku

Dosenku Mantan Suamiku

Ardan menceraikan Luna setelah dia mengira bahwa anak yang dikandung Luna bukanlah darah dagingnya, melainkan anak dari laki-laki lain. Lima tahun kemudian, Ardan dan Luna kembali di pertemukan lagi. Ardan yang dulu menjadi pengusaha besar, kini beralih menjadi Dosen di kampus tempat Luna belajar. Siapa sangka, Ardan kembali mengejar Luna dan menyesali keputusannya setelah bertemu dengan anak yang selama ini ia anggap bukan darah dagingnya.
Baca
Chapter: 22. Rencana licik yang terbongkar
Pagi harinya, ketika baru saja bangun dari tidurnya, Ardan masuk ke dalam kamar Wulan untuk mengambil bajunya. Meskipun mereka sudah pisah ranjang, Ardan belum sempat memindahkan pakaian-pakaiannya dari kamar ini. Bahkan tadi malam, ia lebih memilih tidur di sofa ruang tamu daripada bersama Wulan di kamar.Saat sedang mencari baju di lemari, Ardan melihat ponsel Wulan yang menyala karena ada notifikasi masuk. Rasa penasaran tiba-tiba muncul dalam dirinya. Mumpung Wulan sedang berada di kamar mandi, ia pun meraih ponsel itu dan membaca pesan yang masuk.Desy New:[Hari ini Amar berangkat][Aku kasih uang saku lima juta]Ardan menggulir pesan tersebut ke atas, matanya menyipit membaca setiap kata. Begitu membaca pesan yang dikirim oleh Wulan tadi malam, rahang Ardan langsung mengeras dan tangannya meremas ponsel itu dengan kuat."Sialan, beraninya kamu, Wulan!" gumam Ardan dengan suara penuh amarah.Ardan meletakkan ponsel itu kembali, lalu dengan cepat keluar dari kamar dan mengambil p
Terakhir Diperbarui: 2025-05-01
Chapter: 20. Bertemu mantan mertua
Dylan terus melemparkan tatapan sinis ke arah Ardan yang kini sedang menyuapi Luna makan. Ia merasa iri melihat pemandangan itu, harusnya ia yang berada di posisi itu, bukan Ardan. Luna pun terpaksa menerima suapan dari Ardan. Rasa lemas yang melanda tubuhnya membuatnya bahkan tidak mampu mengangkat sendok sendiri. "Udah, Mas," ucap Luna lirih. Ardan mengangguk pelan. "Minum dulu," katanya lembut sambil menyodorkan gelas air putih ke arah Luna. Luna meraih gelas itu dengan tangan gemetar, lalu meneguk airnya dengan perlahan."Ini obatnya," ujar Ardan lagi setelah membuka bungkus obat dan mengeluarkan dua butir tablet.Luna mengambil obat itu dari tangannya dan langsung menelannya bersama sisa air putih di gelas. Setelah itu, ia membaringkan tubuhnya di sofa dan menarik selimut untuk menutupi tubuhnya yang terasa dingin. Melihat Ardan yang membantu membenarkan selimut Luna, hati Dylan semakin kebakaran. Ia pun membaringkan Cio yang sudah mulai tenang, lalu berjalan menghampiri Lun
Terakhir Diperbarui: 2025-05-01
Chapter: 19. Dylan vs Ardan
Dylan keluar tanpa banyak kata, hanya menyempatkan diri melirik sekilas ke arah Ardan sebelum menutup pintu. Begitu Dylan pergi, Ardan langsung mendekati Luna, sementara Luna yang kesal dengan sikapnya hanya melemparkan tatapan sinis."Nggak sopan banget ngusir Dokter," ketus Luna. Ardan mendengus, wajahnya tampak masam. "Dia harus tahu tempat. Selesai memeriksa ya langsung keluar. Buat apa dia lama-lama di sini? Dia cuma Dokter, kan?"Seketika Luna langsung menatapnya dengan tatapan jijik. "Dih… sok-sokan banget," sergahnya tajam. "Dia itu bukan Dokter biasa. Dia Dokter yang selama ini dianggap Cio sebagai Ayah," tegas Luna, menekankan setiap katanya.Ardan terdiam, hatinya semakin diliputi rasa kesal dan cemburu setelah mendengar ucapan Luna. "Siapapun yang dianggap ayahnya, tetap nggak ada yang bisa ngalahin kasih sayang Ayah kandungnya," ujar Ardan sambil memandangi Cio yang sedang tertidur pulas di atas ranjang.Luna memutar bola matanya malas, lalu tertawa sumbang. "Baru juga
Terakhir Diperbarui: 2025-04-30
Chapter: 18. Cio sakit
"Arcio? Wah... namanya mirip sama anaknya Kak Luna!" seru Nayla dengan semangat, membuat beberapa mahasiswa lain ikut memperhatikannya."Mirip doang. Anak tetanggaku juga ada yang namanya Arcio," sahut Siska dengan ketus. Luna hanya tersenyum tipis, mencoba untuk tidak terlalu memikirkan obrolan yang mengarah pada sesuatu yang tidak ingin ia bahas."Kamu kenapa, Sis? Kok sewot?" tanya salah satu temannya. "Enggak. Siapa yang sewot?" balas Siska dengan nada ketus. Luna hanya tersenyum sambil geleng-geleng kepala. Sudah tidak heran lagi, Siska memang selalu sensitif dengan segala hal yang berkaitan dengannya. Sementara itu, Ardan yang memahami situasi segera mengalihkan perhatian. Ia menyuruh mahasiswanya yang sedang presentasi untuk melanjutkan diskusi. Beberapa menit kemudian, Sila kembali dengan membawa satu kantong yang penuh dengan mainan bebek. Sila menyerahkan itu kepada Ardan, lalu kembali duduk di bangkunya dengan sikap sopan. Setelah jam perkuliahan selesai, Ardan mengir
Terakhir Diperbarui: 2025-04-30
Chapter: 17. Sayang anak
"Nggak usah, Mas. Cio masih kecil, dia belum butuh kayak gini. Kalau kamu pengen meluluhkan hati dia, jangan disogok terus pakai materi. Anak kecil itu butuhnya kasih sayang, bukan barang-barang mahal," ujar Luna dengan tegas. Ardan terdiam, lalu mengambil kunci itu dari meja. Tapi, alih-alih menyimpannya kembali, ia justru menggenggam tangan Luna dan menaruh kunci tersebut di sana. "Anggap aja ini gantinya nafkah selama lima tahun ini," ucapnya. Luna menatap kunci di tangannya sambil menghela napas panjang. Hatinya masih berat, bingung antara menerima atau mengembalikan. "Tolong jangan ditolak, Luna. Cuma itu cara yang saya bisa buat menebus nafkah yang terlewatkan. Kalau kamu tolak, saya akan merasa bersalah seumur hidup," ujar Ardan dengan nada tulus. "Masalah kasih sayang, saya akan terus berusaha untuk mendekati dan meluluhkan hati Cio. Saya janji." Luna menatap pria itu dalam diam. Sorot matanya menunjukkan konflik b
Terakhir Diperbarui: 2025-04-29
Chapter: 16. Manja
Setiap kali bertemu dengan Ardan, Luna selalu dibuat pusing. Pokoknya ada saja gebrakannya yang sukses memancing emosinya setiap kali mereka bertemu. Seperti saat ini, kepala Luna masih berdenyut nyeri memikirkan ucapan Ardan di Mal tadi. "Huft... umur segitu emang lagi lucu-lucunya," gumam Luna sambil berbaring di tempat tidurnya. Ia sudah berganti piyama, memakai skincare, dan menyelesaikan semua rutinitas malamnya. Sekarang, tinggal tidur saja karena besok ia harus bangun subuh untuk membuat kue yang harus dijual. "Bunda, mainan Cio ditaruh mana?" tanya Cio sambil berlari kecil memasuki kamar. "Udah Bunda simpan. Sekarang waktunya tidur. Ayo, naik ke sini," jawab Luna, sambil menepuk-nepuk tempat tidur di sampingnya dengan lembut. Cio mengerucutkan bibirnya kesal. Dengan wajah yang cemberut, ia akhirnya memanjat ke atas ranjang dan berbaring di samping bundanya. Luna meletakkan ponselnya ke meja samping t
Terakhir Diperbarui: 2025-04-29
Anda juga akan menyukai
Nyonya Tak Bucin Lagi
Nyonya Tak Bucin Lagi
Romansa · Teh Stroberi
608.9K Dibaca
Another Marriage
Another Marriage
Romansa · Qeqe Sunarya
600.7K Dibaca
Pengantin Tuan Haidar
Pengantin Tuan Haidar
Romansa · Nyi Ratu
581.9K Dibaca
Jerat Tuan Pebinor
Jerat Tuan Pebinor
Romansa · Butiran_Debu
570.6K Dibaca
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status