Share

06. Penghargaan Terhadap Sang Miko

    Kaisar Tachibana merasa apa yang disampaikan oleh komandan pasukan pengawal miliknya itu terdengar aneh. Kyeo berkata seperti itu? 

Untuk apa iblis kejam mengutarakan apa yang ia rasakan? Bukankah iblis tak punya perasaan? Tanggapan seperti apa yang ingin Kyeo utarakan kepadanya selaku penguasa negeri? Sungguh, sang kaisar negeri Awan itu tak mengerti maksudnya.

Tidak ada satu pun makhluk yang mampu membuat sang iblis kelelawar menghargai nyawa manusia. Ia akan leluasa membunuh, menghancurkan atau melenyapkan makhluk hidup bernama manusia, karena baginya nyawa mereka itu sangatlah rapuh dan iblis tidak menyukai kerapuhan. Mereka juga sangat tidak menyukai kelemahan yang identik dengan umat manusia.

Tak beberapa lama kemudian, rombongan para pengawal yang datang membawa kurungan tempat Kyeo dikurung pun tiba di hadapan Kaisar Tachibana. Sang iblis diletakkan di depan umum, karena ada banyak warga yang meminta untuk melihat wujud Kyeo secara langsung.

Tanpa disangka-sangka, suara teriakan yang penuh dengan kata-kata makian dan cemoohan itu terdengar memenuhi kerumunan orang-orang yang kelihatannya sedang marah. Tidak, lebih dari itu. Mereka murka. Kyeo langsung merotasikan mata, ia sangat tahu hal ini akan terjadi juga padanya. Ditonton oleh sekumpulan makhluk-makhluk bodoh yang marah karena suatu hal yang tidak bisa ia pahami. Toh, sama sekali tak ada urusannya jika Kyeo mengurusi manusia seperti mereka semua. Membosankan. 

Sang iblis lantas menatap tajam ke arah ratusan manusia yang saat ini sedang melihatnya di dalam sangkar. Kyeo menggeram tertahan. Ini semua memuakkan, ia tidak suka berada di posisi yang menyebalkan seperti ini. Sang iblis tidak suka menjadi sumber hujatan manusia, meskipun sering mendengarnya, baik secara langsung ataupun tidak, tetapi rasanya tetap menjengkelkan.

Seluruh penghuni negeri tersebut membuatnya muak. Mereka benar-benar memuakkan, hingga membuat Kyeo merasa ingin muntah. Padahal mereka hanyalah manusia lemah yang tidak berarti, tetapi masih berani memandangi Kyeo dengan kepala terangkat angkug.

Sialan! Seandainya saja ia tidak dikurung ... mungkin saja saat ini ia sedang bersenang-senang dengan jasad mereka. Membayangkannya saja sudah membuat perasaan lelaki iblis tak berbusana itu merasa senang.

Ah, kata andai memang selalu indah. Kyeo benar-benar ingin segera menikmati sensasi itu lagi, ia ingin memangsa manusia.

Ceh! Ini semua gara-gara perbuatan miko sial itu! Gerutu sang iblis kelelawar tidak terima dalam hati. Seandainya saja saat penangkapan tadi ia tidak lengah, mungkin saja saat ini ia masih berada di tempat persembunyian yang aman. Bebas dari berbagai masalah dan orang-orang yang berniat membunuhnya.

Kyeo terpaksa menghentikan lamunannya saat sebuah kerikil kecil mengenai kepalanya secara tiba-tiba. Ia lantas mencari-cari sang pelaku di tengah kerumunan, dan berniat memberikan tatapan maut terbaiknya kepada orang yang berani melemparinya batu kerikil. Bukan karena merasa sakit, tetapi para iblis memang sering membalas perbuatan makhluk yang mencoba menyakiti tubuh mereka dengan berbagai cara.

Kyeo kemudian menghentikan pencariannya setelah merasa semua yang ia lalukan tadi hanya sia-sia belaka, sebab sulit mencari manusia yang melemparinya batu di tengah kerumunan orang-orang. Sang iblis kemudian mengedarkan mata, menatap para penduduk sebuah negeri yang tak ia ketahui apa namanya.

Menurut Kyeo itu semua tidak penting. Ia tahu atau tidak dengan nama dari negeri sialan itu, toh, sama sekali tak ada untungnya bagi iblis sepertinya. Iblis rupawan itu lantas memilih untuk tidak peduli. Baginya, semua itu hanyalah perbuatan yang sia-sia belaka.

Melihat Kyeo diam saja tanpa berkata apa-apa seperti yang sebelumnya diucapkan oleh salah seorang pengawalnya, membuat Kaisar Tachibana menyadari itu semua hanyalah akal-akalan busuk dari sang iblis kelelawar saja.

Kaisar lalu menghela napas panjang. Lebih baik ia menjelaskan apa yang terjadi kepada rakyatnya.

"Makhluk di depan kalian ini telah menewaskan sebanyak 999 orang di negeri kita. Sungguh angka yang mengerikan dalam sejarah umat manusia, bahkan mengalahkan perang sekalipun."

"Dia adalah seorang pembunuh yang tidak peduli dengan nyawa manusia," ucap sang penguasa Negeri Awan, mengakhiri penjelasan singkatnya.

Kyeo terkekeh mendengar ucapan sang kaisar. Mustahil ia takut. "Karena aku adalah iblis, apalagi yang kalian harapkan? Apa kalian berpikir aku akan bersikap baik dan ramah terhadap kalian, para manusia yang naif? Aku ini pembunuh, itulah aku yang sebenarnya."

"Aku adalah kegelapan, gelap itu adalah aku sendiri. Dan kalian manusia yang tak berarti hanya sekadar mangsa yang akan kucabik-cabik nantinya!" teriak Kyeo panjang lebar saat menjelaskan tentang siapa dirinya. Seringai kejam pun mengembang di wajah rupawannya, menyebabkan seluruh penduduk berteriak lantang, meminta iblis laknat itu untuk segera dibunuh saja. 

Lebih baik iblis itu mati daripada mereka yang mati karena perbuatan sang iblis. 

"Jangan lepaskan dia!"

"Jika kita melepaskannya, dia pasti akan membunuh manusia lagi! Kita pasti korban selanjutnya!"

"Ya! Bunuh saja dia!" teriak seorang wanita muda dari balik kerumunan. "Dia sudah membunuh bayiku! Padahal anakku baru berusia dua tahun! Iblis itu tidak punya hati ... DASAR MONSTER!"

Kyeo merasa terusik dengan teriakan seorang manusia. Ia lalu mencari-cari sumber teriakan yang terdengar memuakkan di telinganya itu. Ketika ia sudah berhasil menemukannya, Kyeo langsung memberikan pelototan mengerikan kepada wanita tersebut.

"Aku memang tidak punya hati, Manusia! Aku adalah iblis. Iblis tidak peduli dengan makhluk lain selain dirinya sendiri!" terang Kyeo dengan tegas. Para penduduk terus menyumpahi dan melemparinya dengan batu, tetapi Kyeo tak peduli.

Melihat penduduk negerinya semakin anarkis, akhirnya sang kaisar kembali memerintahkan para prajuritnya untuk membawa Kyeo pergi dari sana.

Sebelum itu, Kyeo sempat menatap tajam Himiko yang juga melihat ke arahnya. Dalam hati, Kyeo menyimpan dendam terhadap gadis kuil itu. Dan bertekad untuk membalaskan dendam di hatinya. 

Himiko lalu menghadapkan badannya ke arah sang kaisar Tachibana, kaisar itu lalu tersenyum kepada sang gadis penjaga kuil.

"Mulai hari ini, atas jasa dan kepahlawanan dari nona Miko yang baik hati, saya dengan bangga akan menjadikannya salah satu penasihat saya," tutur sang penguasa dengan senyuman yang begitu cerah.

Penduduk negeri langsung bersorak gembira mendengar ucapan kaisar mereka. Para pria mengangkat peralatan tani mereka tinggi-tinggi, sedangkan para wanita bertepuk tangan dengan meriah.

Himiko terkejut, melihat semua penduduk bersorak-sorai menyambutnya sebagai pahlawan. Padahal yang ia lakukan memang sudah termasuk tugasnya sebagai seorang miko.

"Ampuni hamba, Yang Mulia Kaisar." Himiko langsung menjatuhkan dirinya ke bumi, berlutut dan menempelkan dahinya ke tanah, lalu melanjutkan ucapannya, "tapi hamba menolaknya."

Kaisar Tachibana sedikit terpana. "Mengapa kau menolaknya?" tanya sang kaisar kebingungan.

Perbuatan gadis tersebut menimbulkan tanda tanya bagi Kaisar maupun penduduk yang tengah menyaksikan, buru-buru Himiko berdiri dan menundukkan kepalanya. Tak berani menatap iris cokelat sang penguasa yang sedang menunggu alasannya karena telah menolak tawaran.

Gadis yang mengabdikan dirinya untuk dewa tersebut menaruh tangan kanan di depan dada dengan ekspresi wajah yang damai. Kemudian berkata, "Saya hanya seorang pendeta biasa yang berkeliling di dunia ini untuk menciptakan kedamaian."

"Saya hanya ingin hidup mengembara seperti biasa sesuai dengan permintaan ibu saya, dan saya tidak ingin terikat di satu tempat saja. Yang Mulia, mohon ampuni saya."

Kaisar Tachibana tersenyum kecil, ia tidak merasa marah ataupun tersinggung karena tawarannya itu ditolak oleh sang miko. Justru, sang penguasa merasa senang karena gadis di depannya itu tidak haus dengan jabatan yang ia tawarkan. 

"Lalu, apa yang kau inginkan, Miko-san?" tanya sang kaisar lagi.

Himiko tersenyum tipis, ia harus menyuarakan isi hatinya. "Hamba hanya ingin melanjutkan perjalanan spiritual saya saja, Yang Mulia Kaisar," jawabnya. "Saya harus mengumpulkan banyak kekuatan, agar bisa menjaga nama baik dari marga keluarga saya."

Kaisar tampak penasaran. "Apa marga keluargamu?" tanyanya.

Himiko menjawab, "Marga saya Akibara."

Kaisar Tachibana telah memutuskan. "Kalau seperti itu, bawalah pengikut-pengikut setiaku ini untuk mendampingi perjalananmu! Mereka pasti akan menjagamu sepanjang jalan nanti," ucapnya terdengar seperti perintah.

Himiko terperangah, tak percaya jika sang kaisar begitu gigih. Dengan cepat ia berkata, "Tidak, tidak perlu, Yang Mulia."

Gadis itu lagi-lagi menolak tawaran sang penguasa, lalu kembali berkata, "Terima kasih atas kemurahan hati Anda. Tapi, saya harus melanjutkan perjalanan saya sesegera mungkin."

Himiko lagi-lagi tersenyum kecil. "Sekali lagi terima kasih, dan sampai jumpa," ucapnya. 

Sang miko lalu menundukkan badan, kemudian berlalu pergi meninggalkan Kaisar dan rakyatnya begitu saja. Tanpa wanita anggun tersebut ketahui, sang kaisar Tachibana tersenyum penuh arti menatap kepergian sang gadis kuil.

"Aku akan tetap memberikanmu hadiah, sebagai jasamu memerangkap Kyeo sang iblis kelelawar."

"Pengawal, tolong cari tahu semua tentang gadis kuil itu, dan bawa dia dan keluarganya ke negeri ini, ke kota kita. Aku akan mempersembahkan perumahan dan kuil khusus untuknya dan keluarganya."

"Baik, Paduka Kaisar!"

Para pengawal pun berbaris dan mempersiapkan diri untuk mencari tahu tentang keberadaan miko penyelamat mereka. Dengan berbekal nama marga sang gadis, Akibara.

~•~•~

"Sial," umpat Kyeo seraya memperhatikan luka yang belum kering sejak pertarungannya dengan gadis manusia lemah bertudung merah. Luka yang Kyeo dapat dari pertempurannya dengan sang gadis miko itu masih belum menutup setelah sekian lama waktu berlalu. Perlu waktu yang tak sebentar untuk sekadar memulihkan dirinya.

Kyeo bahkan harus kehilangan salah satu sayap kebanggaannya dalam pertarungan tersebut, dan ia tidak dapat meregerenasi pertumbuhan dari sayap iblisnya itu karena ada energi murni yang menghalangi niatannya. Miko sialan tersebut, sampai akhir pun tetap saja merepotkannya.

"Sial, sial, sial!"

Mengumpat, memaki, dan menyumpah adalah perbuatan yang setiap hari Kyeo lakukan semenjak ia dikurung di kurungan emas. Iblis itu tidak mempunyai tenaga lebih untuk mematahkan segel yang ada di tempat itu.

Meski, sebenarnya sangat mudah baginya untuk menghancurkan pelindung kecil sang miko, jika saja tubuhnya dalam kondisi yang prima dan tidak dalam keadaan terluka parah seperti ini. Tentu saja dia sangat kuat, tetapi dia tidak mungkin mengeluarkan seluruh tenaganya untuk menghancurkan segel. Itu berbahaya.

Kyeo lantas menatap sekeliling, hanya ada gelap di sekitarnya. Iblis yang memiliki wujud asli kelelawar besar itu bahkan tidak tahu berapa lama dia telah melewati masa. Dia tidak tahu waktu yang terjadi di sekitarnya. Dia juga tidak tahu, apakah hari sudah berganti siang atau kembali menjadi malam.

Waktu seolah berjalan lambat baginya di dalam penjara emas tersebut. Semua terasa membosankan. 

Yang Kyeo ketahui dari kurungan yang kini menjadi tempat tinggalnya ialah; secepatnya ia harus membebaskan diri dari tempat itu dan membalaskan dendamnya kepada gadis manusia yang sudah berani mengurungnya di sana.

Setiap mengingat manusia yang sudah berani menyegel dan menempatkannya dalam sangkar layaknya burung di tempat antah berantah, membuat Kyeo ingin sekali mencabik-cabik tubuh sang miko, lalu membuangnya ke lahar panas, atau menyobek tubuhnya menjadi bagian kecil-kecil. 

Kyeo bahkan berpikir untuk memakan jiwanya, meski jiwa murni seseorang yang penuh kepercayaan kepada tuhan terasa pahit di lidahnya. Ya, dia memang kejam.

"Lihat saja," monolog sang iblis, dalam mengisi kekosongan di kurungan gelap tersebut. Mata kuning keemasannya seketika berubah menjadi warna merah darah, sebuah bentuk pertahanan ketika marah mulai menyelimutinya. "Aku akan membunuh dan membantai habis semua anak keturunannya! Tak terkecuali!" sungutnya seraya mendengkus kesal.

Iblis itu kembali bermonolog, "Aku juga tak peduli dengan akhir hidup mereka selanjutnya akan seperti apa. Yang jelas, aku akan menghabisi mereka semua dengan tanganku ini." Kyeo mengangkat tangannya tinggi-tinggi, lalu ia pun tertawa jahat.

Tanpa mengetahui bahwa tangan sang takdir tengah memeluknya erat. Sebuah takdir antara Kyeo dengan salah seorang gadis yang akan mengubah pandangan sang iblis untuk selamanya tentang makhluk-makhluk bernama manusia. 

Mungkinkah nanti, Kyeo akan mengerti dengan jalan takdir yang harus ia lewati bersama gadis itu? Bersama gadis yang seharusnya ia benci? 

"Cih, jangan harap aku akan mengampunimu, Manusia," ucap Kyeo lagi dengan datar. Untuk sekarang, biarlah iblis itu menunggu waktu di sekitarnya cepat berlalu.

+Tambah tahu, tambah banyak ilmu+

San* : Panggilan -san digunakan untuk memanggil orang yang belum terlalu dikenal, dan itu adalah panggilan yang sopan untuk orang yang belum dikenal atau orang asing dalam budaya Jepang.

Ojigi* : Budaya membungkuk di Jepang. Ojigi adalah salah satu kegiatan dalam budaya orang Jepang untuk melakukan penghormatan bagi orang lain.

Otoroshi – Monster Penjaga

Otoroshi adalah monster yang berbentuk kepala dengan mata yang mengerikan.

Jika di Indonesia mungkin seperti kuyang di Kalimantan. Di Jepang, Otoroshi digambarkan sebagai ukiran kayu yang terdapat di beberapa kuil.

Fungsinya adalah menjaga kuil dari kejahatan siapa saja.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status