Share

11. Tanda Untuk Kembali Pulang

    Yuuto yang baru saja selesai latihan bersama sang guru, berjalan pelan menuju sebuah pohon yang tampak rindang. Cuaca yang cukup terik membuatnya sedikit merasakan gerah. Walaupun ia sudah memakai yukata tipis berwarna gelap, tetapi tetap saja panas mengenai kulit sawo matang sang pemuda.

Pemuda itu ingin berteduh sebentar sebelum kembali berlatih lagi bersama Hiroshi.

Langkah laki-laki dewasa itu terlihat melambat ketika ia mendengar suara derap langkah kaki seseorang yang mengarah padanya dengan sangat cepat. Sebelum sempat berbalik badan sepenuhnya, Yuuto telah diterjang oleh seseorang dari belakang.

"Kakak!" teriak orang itu penuh semangat. Suaranya terdengar seperti seorang perempuan muda yang begitu ceria. Manis dan menyenangkan. 

Yuuto tertegun di tempat saat seorang remaja perempuan melompat ke arahnya secara tiba-tiba dan memeluknya dengan sangat erat. Helaian rambut hitam panjangnya mengingatkan Yuuto terhadap sang adik. Belum lagi dengan sang gadis yang memanggilnya kakak tadi, membuat Yuuto semakin penasaran.

"Rin?" panggil pemuda itu pelan, memastikan apakah suara yang tadi ia dengar dari seseorang yang sedang memeluknya ini adalah adiknya yang tersayang, Rin. Adik yang sangat dia rindukan. Yuuto takut jika itu hanyalah khayalannya semata.

"Kaukah itu, Adikku?" tanyanya lagi. Suara sang pemuda Akibara terdengar ragu, tetapi tak ada salahnya jika ia bertanya, bukan?

Gadis itu lalu memundurkan tubuhnya, dan memberikan kesempatan kepada Yuuto untuk berbalik badan. Ketika Yuuto sudah memutar badannya, gadis cantik itu menatap Yuuto dengan bola matanya yang besar dan jernih. Warna mata yang serupa dengannya itu memandangi Yuuto dengan penuh kasih sayang. Meski warna mata Yuuto agak sedikit kecokelatan.

"Apa kabar, Kak?" tanya sang gadis sambil tersenyum lebar. Matanya memandangi Yuuto dengan sinar kebahagiaan yang menenangkan. Bagaikan seorang malaikat yang memandangi Yuuto dengan penuh kasih. "Rin sungguh sangat merindukan Kakak!"

Yuuto yang mulanya kebingungan dan merasa ragu, seketika tersenyum lebar hingga gigi-gigi rapinya terlihat. Walau belasan tahun tak berjumpa, ia tetap dapat mengenali gadis ini. Ternyata benar ... gadis yang berdiri di depannya ini adalah adik kesayangannya, Rin. Adiknya kini berada di hadapannya, dan terlihat nyata.

"Rin ... ba-bagaimana bisa kau berada di sini?" tanya Yuuto. Ia lalu memperhatikan penampilan sang adik dari atas ke bawah. Tangannya terulur menyentuh pipi sang gadis Akibara, sembari memeriksa keadaan adiknya dengan cekatan.

Matanya bergerak cepat bak radar. Adiknya nyata, dan ini sama sekali bukan mimpi. "Ka-kau sama sekali tak terluka, bukan?" tanyanya dengan suara bergetar. Yuuto saat ini sedang merasa bahagia sekali.

Setelah sekian lama, akhirnya ia berjumpa lagi dengan adik kesayangan yang sudah lama terpisah darinya. Sekitar 11 tahun, sungguh bukan waktu yang sebentar untuk menahan rindu di dada.

Mendapat pertanyaan dari sang kakak, lantas membuat Rin mengangguk mantap. Gadis itu tersenyum manis sebelum menjawab pertanyaan Yuuto. "Tentu saja Rin baik-baik saja, Kak! Tidak ada luka sedikit pun!" jawabnya dengan nada riang gembira.

Jawaban gadis berhidung mungil kontan saja membuat Yuuto menghela napas lega. Lelaki itu kembali mengajukan pertanyaan kepada sang gadis. "Bagaimana kabarmu, Adikku?" tanyanya.

Pemuda itu lantas menatap adiknya dari atas ke bawah dengan pandangan kagum. "Ternyata kau sekarang benar-benar menjadi seorang miko, Rin?" komentar Yuuto dengan ekspresinya yang terlihat sangat bahagia.

"Keluarga kita pasti bangga dengan perubahanmu ini, Adikku. Apalagi Ayah dan Ibu sudah pernah bercerita bahwa kau kelak harus menjadi gadis penjaga kuil. Aku senang mengetahui kau mengambil tugas suci ini, Adikku."

Gadis itu tersenyum samar selama beberapa saat, ekspresi lugunya masih sama seperti belasan tahun silam. Betapa Yuuto sangat merindukan gadis di depannya ini.

"Aku baik! Bagaimana dengan Kakak?" Gadis itu melempar pertanyaan kepada sang kakak. Yuuto yang gemas lantas mencubit pipi Rin pelan. "Kakak juga baik-baik saja, Adikku! Senang dapat bertemu lagi denganmu."

Rin memasang ekspresi sendu. "Kapan Kak Yuuto akan datang menemuiku?" tanya gadis itu seraya melingkarkan tangannya di tubuh sang kakak, memeluk Yuuto dengan erat. Yuuto tak sempat menangkap raut kesedihan di wajah sang adik, ia terlalu sibuk menatap rambut halus adiknya yang berwarna hitam legam.

Pemuda itu membalas pelukan sang adik dengan kening yang berkerut. Bukankah saat ini mereka berdua sudah bertemu? Mengapa Rin menanyakan sesuatu yang terdengar aneh, dan juga mengapa adiknya itu mengabaikan pertanyaannya yang kedua tentang gadis itu yang menjadi seorang gadis kuil?

Apa ada sesuatu yang terjadi kepada adiknya itu? Yuuto sedikit penasaran tentang hal itu.

"Apa maksudmu, Rin?" tanya Yuuto, roman mukanya menunjukkan kebingungan. Tangannya bergerak pelan mengusap rambut panjang sang adik.

Tinggi Rin yang hanya berkisar 155 cm, begitu pas di pelukan Yuuto yang memiliki tinggi sedikit di atas 170 cm. Tidak terlalu tinggi, tidak pula terlalu rendah. Yuuto dapat menaruh dagunya di puncak kepala sang adik, sembari menunggu pertanyaannya dijawab.

Rin mendongakkan kepalanya perlahan, lalu menatap dalam-dalam iris sehitam jelaga milik sang kakak. Tanpa melepaskan pelukannya terhadap Yuuto, gadis Akibara itu menjawab, "Kenapa Kakak pergi lama sekali? Kenapa tidak pulang ke rumah?"

Yuuto kembali membelai lembut rambut gadis di depannya. Senyum penuh kasih sayang ia perlihatkan. Sebelas tahun berpisah dengan sang adik, membuatnya benar-benar rindu dengan kampung halaman.

Yuuto rindu dengan berbagai kegiatan yang biasa ia lakukan dengan sang adik; bercerita sampai salah satunya tertidur, atau bermain air sampai dimarahi oleh ibu. Semuanya sangat indah, bagaikan mimpi. Terasa menyejukkan hati ketika mengingatnya.

Tangan Yuuto lantas berpindah ke pipi gembil milik adik kesayangannya, Rin. Pemuda itu terkekeh pelan saat menyadari pipi sang adik sama sekali tidak berubah. Masih sama seperti belasan tahun silam, begitu putih, mulus dan juga menggemaskan.

"Maafkan Kakak, Rin. Setelah ini, ayo kita pulang bersama-sama," ajak Yuuto sambil tersenyum hangat. Berusaha menenangkan sang adik dengan jawabannya. Pemuda itu bahkan mengucap janji dalam hati, bahwa ia akan berpamitan kepada sang guru dan pulang bersama adiknya.

Entah dengan cara apa, ia akan memikirkannya nanti. Untuk sekarang, Yuuto ingin bersama adiknya sedikit lebih lama lagi sampai keduanya akan kembali pulang bersama-sama.

Rin termenung diam di posisinya selama beberapa saat, setitik air bening jatuh menetes dari pelupuk mata sang gadis Akibara yang indah. Yuuto menyaksikan semua itu, menyaksikan air mata Rin yang jatuh.

"Mungkin ... seperti inilah takdirku, Kak," bisik gadis itu dengan sendu. Ekspresinya terlihat begitu menyedihkan, seolah ada sesuatu yang mengganjal pikiran sang gadis miko. 

Yuuto seketika kebingungan. Tak mengerti dengan perubahan roman muka sang adik yang sebelumnya ceria menjadi muram. Belum lagi air mata yang seperkian detik lalu ditunjukkan olehnya.

"Apa maksudmu, adikku?" tanya Yuuto keheranan. "Mengapa kau menangis? Apa ada sesuatu yang telah terjadi kepadamu, Adikku?"

Rin melepaskan pelukan mereka begitu Yuuto melonggarkan pelukannya dari sang adik. Gadis itu lalu menundukkan kepalanya dalam-dalam dan menatap ke bawah. Lebih memilih memandangi alas kakinya yang terbuat dari kayu yang diwarnai merah tua. Gurat kesedihan tampak di wajah ayu sang gadis Akibara.

"Kak, tolong maafkan Rin." Secara tiba-tiba, gadis itu mengucap maaf.

Yuuto yang tak mengerti alasan adiknya meminta maaf, lantas memegang erat kedua bahu gadis itu dan sedikit menundukkan badannya demi menatap kesenduan di wajah sang adik.

Rin mengangkat wajahnya perlahan, dan Yuuto menunggunya dengan sabar. Pemuda itu masih penasaran terhadap apa yang terjadi kepada adiknya. Ia ingin tahu alasannya. Mengapa sang adik tiba-tiba memasang ekspresi wajah yang begitu sendu?

"Ada apa, Rin?" Yuuto akhirnya mengajukan pertanyaan setelah hening selama beberapa menit. Tak tahan melihat kebungkaman adiknya sendiri. Begitu melihat sang adik tak terlihat ingin menatap kedua bola matanya, Yuuto lantas berucap pelan, "Rin, tatap mata Kakak ...."

"Aku ... aku sangat merindukan Kakak." Sang gadis menjawab dengan lirih. "Cepatlah kembali ke rumah dan menolongku, Kak," ujar Rin lagi seraya mempertemukan kedua matanya dengan sepasang manik hitam milik sang kakak.

"Aku ... aku ... aku sangat merindukan Kakak." Rin berkata sembari menitikkan air mata. Ia menatap Yuuto dengan sorot mata penuh kesedihan. "Tolong Rin, Kak Yuuto .... Selamatkan Rin."

Perlahan, tubuh gadis itu menguap bagaikan gas. Yuuto terbelalak saat menyadari tubuh adiknya perlahan memudar—terlihat berubah menjadi sedikit tembus pandang. Secara perlahan, tubuhnya semakin transparan hingga akhirnya gadis itu mulai menghilang dari pandangan sang kakak.

"RIN!" teriak Yuuto memanggil nama sang gadis. Gadis itu menyempatkan dirinya tersenyum kepada Yuuto sebelum benar-benar menghilang dari pandangan sang kakak. Pemuda Akibara terlihat tak percaya terhadap apa yang ia lihat. 

Yuuto berusaha menggapai-gapai apa yang bisa ia tangkap dari gadis bercelana lipit warna merah, seraya berteriak memanggil nama sang adik dengan kencang. "RIN! RIN! KEMBALI, RIN!"

Pemuda itu berlari, mencoba menangkap asap yang tertinggal dari tubuh adiknya sendiri. Jantungnya berdebar kencang, napasnya memburu. Wajahnya tampak merah padam, seperti sedang menahan kepanikan yang menggerogoti relung hatinya.

Kemana adiknya pergi? Kemana adiknya menghilang? Di mana ... Rin?

"Jangan, jangan ... jangan pergi, Rin!"

"RIN, KEMBALI!" Yuuto melompat-lompat sekuat tenaga, berharap dapat menjangkau jejak-jejak yang tertinggal dari adiknya yang lenyap secara tiba-tiba dari pandangannya. Yuuto tidak boleh lagi kehilangan sang adik, Rin tidak boleh pergi lagi dari sisinya.

"RIN!!" teriak sang pemuda dengan kencang. Yuuto tersentak dalam tidurnya, menyebabkan kedua matanya memelotot tajam. Buru-buru Yuuto duduk dan memijat keningnya sendiri. Peluh bercucuran dari kening sang pemuda Akibara. "Ta-tadi hanya mimpi?" gumamnya tak percaya. Suara Yuuto bergetar pelan.

"Jadi, semua tadi hanyalah mimpi? Bahkan pelukannya?"

Yuuto lalu menormalkan deru napasnya yang sempat berpacu cepat akibat mimpi yang baru saja ia dapatkan. Mimpi tadi terasa begitu nyata, Yuuto bahkan masih bisa mengingat betapa lembutnya surai berwarna hitam dan lebat milik adiknya, Rin.

Lelaki itu lalu kembali merebahkan dirinya di atas ranjang kayu. Ia yang memang tinggal bersama Hiroshi sejak kecil, sangat bersyukur dapat tidur di bawah atap, walau tempatnya begitu sederhana.

Yuuto kembali mengingat Rin yang muncul di dalam mimpinya untuk pertama kalinya sejak terakhir kali bertemu dengan gadis itu sebelas tahun silam. Yuuto telah memutuskan, ia akan kembali pulang ke dunia manusia dan menemui adik kesayangannya itu.

+++++

Yuuto berjongkok, demi memperhatikan kupu-kupu kecil yang hinggap di salah satu bunga mawar di dekatnya, berpikir tentang betapa cantiknya sayap biru dengan bintik-bintik hitam yang dimiliki makhluk kecil berantena itu.

Yuuto lalu berdiri dan meneruskan perjalanannya sambil bersenandung pelan. Waktunya telah tiba untuk mengunjungi adik kesayangan dan keluarganya di dunia manusia.

Yuuto sadar, setiap pergi ke dunia yang fana—tempat para manusia bermukim itu, Yuuto pasti tidak pernah menemui keluarganya. Alasannya karena ia ingin memberinya kejutan terlebih dahulu kepada mereka semua.

Memang, alasannya tidak terlalu jelas, tetapi sesungguhnya itu adalah benar. Yuuto hanya ingin lmemberi kejutan kepada keluarganya.

Setelah sekian lama tak bertemu secara langsung, Yuuto pun memantapkan hatinya untuk pulang dan menemui adik perempuan kesayangannya, Rin.

Seusai Rin yang datang ke dalam mimpinya, Yuuto benar-benar merindukan gelak tawa bahagia sang adik. Melihat adiknya tumbuh dewasa, sungguh membuat hati Yuuto gembira.

Walau sempat terkejut dan bingung saat gadis ceria itu meminta maaf di dalam mimpinya, setidaknya Yuuto tahu bahwa keadaan gadis itu baik-baik saja. Sayangnya Yuuto tak tahu, bahwa apa yang ia lihat sebelumnya adalah pertanda.

Tanda dari Rin untuk sang kakak agar segera pulang dan mencari keberadaannya. Mimpi memang pertanda yang sangat baik, tergantung seperti apa mimpi yang didapatkan. 

Rin, tunggu kakak pulang, Yuuto berkata dalam hati lalu tersenyum setelahnya. Pemuda itu sudah berpamitan dengan gurunya, Hiroshi, bahwa ia akan pulang sebentar dan kembali lagi setelah selesai mengunjungi keluarganya di dunia manusia.

Pria yang masih memakai marga keluarga Akibara itu lantas membentuk sebuah segel tangan berupa dua jari tangan kiri yang digabungkan dengan dua jari di tangan kanannya. Yuuto sedang membuat jurus pembuka portal yang sudah ia pelajari dari sang guru.

Begitu jalan masuk terbentuk, Yuuto langsung memasuki pintu gerbang yang akan mengantarkannya kembali ke dunia manusia, untuk bertemu dengan anggota keluarga yang telah ditinggalkannya selama belasan tahun lamanya. 

Satu kata untuk dunia yang akan ia masuki; tadaima*.... Kini, Akibara Yuuto telah kembali. 

Note :

Tadaima*: Yang berarti adalah "Aku pulang"

✧◦✦◦✧ Lapak Promosi Karya ✧◦✦◦✧

Haloha, Nadnad atau Sefish kembali lagi menyapa! Semoga tidak bosan membaca cuap-cuap di akhir chapter ya, hehe. Kali ini, Nad membawakan satu cerita yang sangat menarik! Nad suka sama ceritanya, karya dari Hairunnisa Ys, kalian bisa cek di akunnya ya. Jangan lupa kasih Love hihi. 

Berikut ringkasan dari cerita yang berjudul Lost My Heart. Cekidot! Blurb:

Claudia Basuki hanya seorang perempuan biasa yang ingin terlihat meski hanya sesaat di mata Raka. 

Setiap manusia pernah berbuat kesalahan begitupun dengannya. Ia yang mengorbankan segalanya demi menjadikan Raka miliknya. Ia yang dibutakan oleh cintanya hingga melukai banyak pihak termasuk keluarganya. Ketika benci berakar sempurna maka setiap pengorbanan akan terlihat sia-sia. Claudia yang begitu banyak berkorban untuk Raka hanya dipandang sebelah mata. Hingga sebuah kecelakaan yang menimpa kakaknya membuat ia harus merendahkan egonya dan melepaskan suaminya untuk sang kakak. 

Namun sebuah luka membawanya menjadi pribadi yang dingin tak tersentuh.

✧◦✦◦✧✧◦✦◦✧✧◦✦◦✧✧◦✦◦✧✧◦✦◦✧

Ceritanya bikin baper, Nad pengen nangis pas bacanya, huwaaa, huhu. Kasihan ya. Biasalah, Nad orangnya suka mendramatisir apa yang dirasakannya, wkwkwk. Sekian cuap-cuap Nad hari ini. Semoga kalian baik-baik saja, dan ingat, jagalah kesehatan kalian. Sampai jumpa lagi.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status