Share

Bulan Madu 1

Seketika itu pintu terbuka pelan, Piona dan edwin menaikkan selimutnya sambil saling mendekap. 

Suara pintu terbuka 

"Krekkkkkmm...."

Ada kepala yang mengintip sambil menutup mata nya, ternyata itu adalah tante Marta.

"Piona ... Edwin apa kalian sudah bangun ?" tanya tante Marta agak lirih 

Mereka berdua menghela nafas....

"Apa Mama boleh masuk?" Kata tante Marta sekali lagi.

Edwin dan Piona serentak menjawab." Nggak ma, nggak boleh !" Kata mereka berdua panik.

"Apa kalian--" Tante Marta mencoba membuka sedikit matanya.

Aku tahu mereka nggak memakai sekalipun kain ditubuh mereka tante Marta tertawa kecil.

Mereka semakin meringkuk diselimutnya dan tidak sengaja menahan nafas tanpa mengatakan sepatah katapun.

"Mama bercanda, ayo sarapan kalian harus terbang ke Amerika pagi ini!! Mama tunggu di bawah ya sayang." Kata tante Marta kemudian meninggalkan mereka.

"Iya ma" jawab mereka berdua 

"Huhhhhh," Kata Piona dan Edwin membuang nafas mereka yang tertahan.

Tiba-tiba Edwin berbisik di telinga Piona

"Sayang, mau mandi bersama ku? "

Kata edwin lirih sambil tersenyum berharap.

Muka piona memerah seketika....

"Nggak Win, nggak aku nggak mau. Sudah Edwin, pergi mandi sana!" Piona mendorong Edwin untuk segera turun dari ranjang.

' Dia malah semakin berani.' batin piona

Edwin pun turun dari ranjang tanpa berpakaian sedikitpun. Piona yang melihat itu langsung meringkuk dibawah selimutnya.

"Edwin sana mandi!" teriak Piona dari bawah selimut.

Edwin tertawa terkikih melihat Piona bertingkah seperti itu.

"Iya, iya aku mandi" Edwin menuju kekamar mandi.

Setengah jam kemudian....

Edwin dan Piona sudah selesai mandi dan mempersiapkan koper mereka untuk dibawa ke Amerika.

"Piona sayang kamu udah siap ? "Kata Edwin sambil memasang jam tanganya.

"Udah sa--" Piona terhenti lalu membetulkan kata-katanya lagi.

"Udah win." Piona tertunduk sambil menutup kopernya.

Mulutku ini, bisa- bisanya kelepasan, Bodoh! Kata Piona dalam hati.

"Aku nggak keberatan kalau istriku memanggilku sayang." Edwin menggoda Piona lagi sambil tersenyum.

Piona beranjak pergi melewati edwin sambil menggigit bibirnya.

"Aku turun!" Kata Piona sambil berjalan meninggalkan kamar.

Aku semakin jatuh cinta padanya, Oh Tuhan. Edwin menggerutu sambil tersenyum 

Edwin akhirnya menyusul kebawah untuk sarapan bersama.

Di Ruang makan

"Piona ambilkan piring untuk suamimu!!" Kata mama piona

"Iya ma," Kata Piona menurut.

Piona segera mengambil piring didapur dan mengambilkan nasi juga untuk Edwin.

"Edwin, kamu mau pakai apa?" 

"Bisa kamu ambilkan aku telur dadar dan tumis brokoli !" Kata Edwin menunjuknya dimeja.

"Baiklah," Piona mengambilkannya kemudian memberikan piring itu kepada Edwin.

Edwin tidak bisa berhenti tersenyum, dia sangat ceria pagi hari ini.

"Sayang, Kenapa suamimu ceria sekali hari ini? apa yang kamu lakukan semalam?" Kata mama Piona spontan.

Astaga, aku harus jawab apa? Piona panik.

"E-anu, ma, emm-ee" Mata Piona melirik Edwin dengan muka merahnya 

Edwin tersenyum cukup geli kali ini ....

"Jeng, tadi pagi waktu aku membangunkan mereka. Ya, aku tahu mereka tidak--" 

Kalimat tante Marta terputus setelah Edwin menatapnya.

"Ma, please! nggak usah dibahas ya, ma!" Edwin berbicara ke mamanya dengan muka sangat manis dan halus.

Tante Marta pun terdiam. 

Waktu sudah menunjukkan pukul setengah delapan. Waktunya mereka berangkat ke bandara.

"Ma, aku berangkat ya ma, pah," Piona mencium pipi kedua orang tuanya dan memeluk tante Marta Dan papa Edwin lalu masuk ke mobil.

Edwin selesai menata bagasi mobilnya 

"Ma, pah, Edwin berangkat ya!" Edwin ikut pamit.

"Edwin!"Panggil papa Edwin tiba-tiba.

"Iya pah." Edwin menoleh.

"Win minum ramuan ini! kamu akan tahu khasiatnya nanti."Kata papa Edwin sambil memberikan bungkusan berisi ramuan.

Papa memberiku ramuan ? Sepertinya aku tahu ini apa. Akhirnya Edwin memasukkan itu disaku celananya.

"Makasih, pah." jawab Edwin. 

Kemudian Edwin masuk ke mobil lalu memakai kaca mata hitamnya dan berangkat.

Piona yang disebelahnya hari ini berdandan sangat cantik memakai dress selutut berwarna putih motif berbunga, tak luput juga Piona mengenakan kaca mata hitamnya yang menambah aura kecantikannya.

"Hei kamu diam saja?" Tanya Edwin masih menyetir.

"Aku tidak ingin membuyarkan konsentrasimu menyetir karena kita dikejar waktu." Jelas Piona.

"Baiklah." Jawab Edwin singkat.

Akhirnya Edwin tancap gas dan ngebut untuk sampai ke bandara.

Waktunya masuk kebandara dan ke counter check in karena sudah waktunya keberangkatan.

"Piona, barang-barang kita tidak ada yang tertinggal dimobil kan sayang ?" Tanya Edwin.

"Nggak ada win." Jawab piona.

"Oke, ayo kita berangkat!"Ajak Edwin sambil merangkul pundak Piona.

Kala itu wajah mereka sangat cerah, mereka berdua sudah mulai terlihat akrap dan suasana menjadi begitu menyenangkan.

Ketika berada di dalam pesawat 

Piona mendapatkan tempat duduk tepat di sebelah jendela kiri, lalu Edwin berada tepat disamping kanan. Pemandangan diatas pesawat saat itu sangat indah membuat Piona terpesona dan beberapa menit melamun memandang pemandangan yang indah itu. Edwin tiba-tiba mulai jahil mencolek hidung Piona sampai Piona berbalik melihat Edwin karena terkejut. 

"Mau coklat nggak ?" Tanya Edwin sembari membuka bungkusan merah berisi coklat berbentuk bola.

Piona hanya spontan membuka mulutnya.

" Aaaa ..."

Edwin memasukan coklat bola itu dimulutnya.

"Eummmmymym, makasih." Piona mengunyah coklat dengan begitu enaknya.

Edwin tertawa kecil, Edwin tidak bisa berhenti memandang istrinya itu.

Piona, setelah sekian tahun kamu memang sudah berubah menjadi wanita dewasa yang anggun. Kamu juga sangat baik, maafkan aku karena aku baru bisa jujur dengan perasaan ini sekarang, Edwin bergumam sendiri sambil mengunyah coklatnya.

Edwin sepertinya melihatku terus dari tadi, Dia kenapa sih? Batin Piona masih melihat kearah luar jendela pesawat.

Edwin teringat bungkusan yang diberikan papanya lalu spontan mengambil ramuan itu dari dalam kantongnya. Beberapa detik Edwin memandang bungkusan itu,

Pah, mungkin tanpa ini aku juga bisa memberimu seorang cucu, Batin edwin masih melihat bungkusan itu ditanganya. Edwin sama sekali tidak berniat untuk meminum ramuan itu.

"Itu apa?" Tanya Piona dengan polosnya 

Edwin terkejut."Nggak kok, nggak itu bukan apa-apa." Edwin masih terpaku karena Piona bertanya.

Aneh, aku jadi penasaran, gumam Piona.

"Aku boleh lihat!" Tiba-tiba Piona merebut dari tangan Edwin

"Nggak, jangan!!"Kata Edwin yang tiba-tiba panik.

"Edwin, aku mau lihat!!"Piona masih berusaha mendapatkan bungkusan itu.

Tanpa sadar mereka bertengkar untuk memperebutkan bungkusan itu.

"Sudah ku bilang jangan!!"

Dan akhirnya Edwin berhasil merebutnya dari tangan Piona.

Ihh kenapa sih aku nggak boleh lihat? Batin Piona kesal. Piona kembali melihat pemandangan diluar jendela dengan wajah masamnya.

Bungkusan itu akhirnya di letakkan Edwin di kantong kursinya. Piona memperhatikanya dan masih penasaran. Edwin yang melihat Piona kesal mencoba menghiburnya. 

"Sayang, jangan marah ya ?"Kata Edwin mengelus rambut Piona dengan penuh kasih sayang.

"Hemm, " Piona masih terlihat kesal

Tiba-tiba Edwin ingin kekamar mandi.

"Sepertinya aku kebelet, aku kekamar mandi sebentar ya syang "Kata Edwin 

Piona yang masih marah Hanya mengaggukan kepalanya.

Setelah Edwin beranjak pergi dari kursinya menuju kekamar mandi. Piona perlahan mengambil bungkusan itu dari kantong kursi Edwin sambil melihat ke kanan dan kekiri.

Astaga aku penasaran, maaf Edwin, gumam Piona lagi.

Setelah bungkusan itu dibuka, Piona bingung bentuknya seperti minuman saset tapi tulisannya huruf China. Tapi rasa penasarannya nggak berhenti, Piona membuka tutup saset itu dan mencicipinya sedikit.

Rasa anggur, Kata Piona dalam hati.

Tanpa pikir panjang Piona meminumnya sampai habis setengah lalu tiba-tiba Edwin kembali ke kursinya dan melihat Piona meminum ramuan itu.

"Eitss, berhenti!!"Edwin merebut minuman itu dari tangan Piona.

Edwin menghela nafas panjang sambil menahan emosinya lalu kembali duduk di kursinya. 

"Astaga!! kenapa kamu meminumnya sayang? kan sudah kubilang jangan!"Edwin terkejut.

Gawat!Edwin bergumam sambil melihat bungkusan itu dan dia terkejut isinya tinggal setengah.

"Maaf, aku sangat penasaran tapi rasanya benar-benar enak," Kata Piona dengan nada penyesalan sekaligus lega karena rasa penasarannya akhirnya terobati.

Edwin terduduk dan terdiam sejenak.

"Sayang, kamu merasakan hal aneh?"Tanya Edwin berbisik.

"Sama sekali nggak, hanya saja minuman ini membuat tubuhku lebih segar mungkinkah itu minuman suplemen?" Tanya Piona jadi penasaran.

"Ah, iya suplemen ya?seharusnya kamu tidak meminumnya."Kata Edwin lirih dan bingung.

"Apa?kenapa kamu bicara lirih sekali? "Kata piona.

"Ah nggak kok, iya itu suplemen."Edwin semakin bingung dan terpaksa berbohong.

"Kenapa kamu sangat pelit, jika itu suplemen?" Piona mengernyitkan dahinya serasa ada yang aneh.

"E-e-e soalnya ..."Edwin bingung menjelaskan.

Aneh kenapa Edwin jadi bingung begitu, seperti tidak rela aku meminumnya. Padahal aku hanya meminum setengahnya dan rasanya pun enak emang dasar Edwin pelit! Kata Piona agak sedikit kesal.

"Huuammmnnn, kenapa tiba-tiba aku mengantuk ya?win aku tidur dulu ya,"Piona tiba-tiba mengantuk lalu membetulkan bantal yang ada di kepalanya dan dengan cepat terlelap.

Piona mengantuk?Apa efek ramuannya bisa membuat kantuk? Apa papa salah memberikan ramuannya ya? Harusnya efeknya nggak kaya gini kan?Gumam Edwin penasaran.

Valen Ash

GImana Seru kan? lagi-lagi author ingetin yah komentar dan bintangnya sekali lagi! kalau misal udah dikunci novel ini, kalian tidak perlu berkecil hati, log in aja di applikasi ini tiap hari bakal dapat koin juga kok. bisa baca tiap hari

| 1

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status