Home / Romansa / Kakak Kelas Jahat Itu Suamiku / Malam Pertama 2 ( Sesi Kejujuran)

Share

Malam Pertama 2 ( Sesi Kejujuran)

Author: Valen Ash
last update Huling Na-update: 2021-04-16 16:33:05

"Tunggu!!"Piona tiba-tiba menghentikan Edwin.

"Ada apa Piona?" Tanya Edwin dengan lembut

"Biarkan aku, meredakan detak jantungku." Kata piona menghembuskan nafasnya.

Edwin tertawa kecil,"Apakah kamu segugup itu?" Tanya Edwin sambil tersenyum

"Apa kamu tidak gugup? Ini bukan masalah kecil bagiku?" Piona ngambek dan melepaskan tangan Edwin lalu berbalik membelakanginya.

Edwin mendekatkan tubuhnya ke Piona dan memeluknya dari belakang.

"Edwin, apa yang kamu lakukan??" Piona mencoba melepaskan pelukan Edwin. Tapi tetap tidak berhasil.

"Ssttss dengarkan aku!" Edwin membisikkan ketelinga piona dengan lembut

"Apa kamu sudah mulai menyukaiku?" tanya edwin masih ditelinga piona.

Piona terdiam, aku nggak ngerti apa yang aku rasakan saat ini, tapi aku selalu deg-geg-an ketika dia disampingku dan kebencianku sedikit berkurang tapi aku masih nggak ngerti perasaan apa ini.

"Piona!" Panggil Edwin.

"kok diam?" tanya Edwin.

"Aku masih belum tahu, jangan tanya lagi," jawab Piona dengan ketusnya.

"Terus kenapa kamu gugup?" Edwin mulai menggodanya

"Bisa nggak jangan bertanya lagi, lepaskan pelukanmu!" Kata Piona meronta.

"Nggak, aku nggak akan melepasnya. Lagian statusmu bukan orang lain. Kamu istriku Piona dan aku tidak berdosa untuk memelukmu." Kata Edwin masih tersenyum menggoda Piona.

"Kamu keterlaluan Edwin !" Kata Piona masih mencoba melepas pelukan Edwin.

Tidak sengaja gerakan itu malah membuat Piona berbalik arah menghadap ke Edwin.

Tangan Edwin yang masih memeluknya juga sama sekali tidak bergerak.

Mereka berdua terperangkap sendiri dalam situasi yang tak terduga itu.

"Boleh aku bertanya sesuatu?" Tanya Piona.

"Hemmm,silahkan!" Edwin menganggukan kepala.

"Kenapa kamu trauma dengan perjodohan?"Tanya piona.

"Karena mereka dekat denganku hanya demi harta dan dibelakangku memiliki kekasih lain" jelas Edwin.

" Apakah semua seperti itu?" Piona penasaran.

"Iya, semuanya memang seperti itu dan sebenarnya sejak SMA aku punya penyakit aneh yang membuatku takut untuk dicintai dan dikagumi. Untuk itu aku membuat semua orang terluka agar tidak ada lagi yang menyukaiku karena jika mereka menyukaiku,aku akan lama mengurung diri dikamar dan merasa ketakutan, awalnya aku menerima setiap perjodohan itu dan belajar untuk melawan penyakitku itu tapi mereka malah menghianatiku dan mengincar hartaku. Itu yang membuatku trauma dengan perjodohan." Jelas edwin

Aku mengerti sekarang. Piona mulai bersimpati dengan Edwin

"Bukankah kasusku sama? kita menikah karena ekonomi keluargaku dan bisnis keluarga kita?Bukankah itu sama saja aku mengejar materi?" Tambah Piona

"Aku masih berfikir alasan itu nggak masuk akal karena mama kita berdua bersahabat sejak SMP jika menikahkan kita hanya demi harta itu masih nggak masuk di logikaku dan lagi wanita pengincar harta tidak sejujur kamu seperti ini." Jelas Edwin mendekatkan hidungnya ke hidup piona dan menggoyangkanya.

Sejenak Piona teringat penyakit tante Marta, tapi dia tidak sanggup untuk menyampaikannya Mungkin edwin memang merasa ada yang aneh tapi dia tidak mampu menebaknya. kata Piona dalam hati.

"Terus kenapa kamu memilihku ? dan apa sekarang penyakitmu sudah sembuh?aku takut ketika nanti aku mulai menyukaimu kamu akan pergi dan menyiksaku lagi," Kata Piona masih penasaran.

"Kamu sebenarnya cinta pertamaku dan dokter sudah menyatakan aku sembuh sejak lama. Sepertinya kamu mulai penasaran ya terhadapku?" ' oh jadi itu alasannya ?' Edwin tersenyum

Piona tersipu, Jadi benar dia menyukai ku sejak SMA dan aku cinta pertamanya?Jantung Piona kembali berdebar mendengarkan penjelasanya. Seperti lepas sudah semua rasa penasarannya Lalu Piona menatap mata edwin

Ternyata orang ini tidak benar-benar jahat, aku salah menilainya. Apa Tuhan sedang memberitahuku untuk mulai menyukainya? Gumam Piona dalam hati.

Tiba-tiba Piona mendekatkan bibirnya ke bibir Edwin untuk sekedar mengecupnya.

Edwin terkejut dan terpaku sejenak dengan kecupan Piona seolah Edwin mengerti dengan situasi itu, lalu hasratnya bermain dan mendekap Piona sambil mencium bibir ranumnya dan kesekian kalinya melumatnya dengan lembut dan perlahan. Nafasnya memburu disetiap detik, Edwin mendorongnya perlahan untuk bergerak keatas Piona. Perlahan ciuman itu berhenti sejenak dan mereka membuka mata.

"Apa kamu sudah mulai menyukaiku?"

Piona hanya menganggukkan kepalanya dengan perasaan malu.

Edwin tersenyum dan kembali melanjutkan ciumannya.

Kali ini ciuman itu semakin dalam dan semakin dalam. helai demi helai pakaian itu terlepas dari tubuh Edwin dan Piona. Ciuman itu semakin liar. Piona mendesah begitu hebat ketika Edwin mengecup lembut leher piona hingga ke bagian dadanya. Desahan itu pecah ketika Edwin sampai pada puncaknya untuk menjadi lelaki seutuhnya.Piona mencengkeram seprai dengan begitu kuatnya hingga untuk pertama kalinya Piona menjadi wanita yang sempurna.

Keesokan harinya....

Kamar itu menjadi saksi bisu kejadian semalam, pakaian Piona dan pakaian Edwin bertebaran dimana- mana. Mereka tidur tanpa sehelai kainpun menempel ditubuh mereka hanya tertutup selimut putih yang cukup besar.

Pagi itu sekitar pukul 06.00 pagi. Edwin terbangun dari tidur lelapnya. Menoleh kesamping melihat Piona yang masih terlelap. Edwin mencium keningnya dan membangunkan Piona sambil tersenyum dengan penuh rasa bahagia.

"Piona, bangun!" Edwin membangunkannya dengan lembut sambil membelai rambutnya.

Pelan-pelan Piona membuka matanya, sekilas tersadar tidak ada sehelai kain pun menutupi tubuhnya.

Wajahnya tiba-tiba memerah ketika Edwin terus tersenyum menatapnya.

"Kamu kenapa Piona?" Edwin tersenyum sedikit geli

Piona melihat kedalam selimut lagi

Piona tersenyum sangat malu dan menutupi kepalanya dengan selimut.

"Hei!" Edwin membuka selimutnya.

"Kenapa seperti ini?" Dengan polosnya Piona bertanya

"Kamu malu jika aku melihatnya ?tapi semalam Aku sudah melihat semuanya," Edwin tertawa jahil.

"Kamu jahat Edwin!" sambil memegangi selimutnya yang hanya menutupi dadanya. Piona memukul Edwin dengan bantal guling.

"Aduhh!kamu ini," Edwin kembali memeluk Piona.

"Bukankah kamu juga menikmatinya? Kamu juga melihat semuanya semalam?" Edwin menggodanya lagi. sambil mencium keningnya.

"Sudah diam!kamu ini ingin aku mati karena malu?" Piona menyumbat mulut Edwin dengan tangannya.

Tiba-tiba Edwin menyingkirkan tangan Piona dan mengecup bibir Piona.

"Selamat pagi,sayang "

Piona terkejut dengan sebutan itu....

"Dasar kamu ini, lihai membuatku malu."

Tiba-tiba ada yang datang tanpa mengetuk pintu

Valen Ash

Ini wajib waspada dengan imajinasi masing-masing pembaca ya! Baper loh.... wkwkwkwkw oke masih sama jangan lupa bintang dan komentarnya.... lanjutin Yukk!

| 1
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Kakak Kelas Jahat Itu Suamiku   Hal Tersembunyi 2

    Perasaan tidak menentu mulai menyelimuti pikiran Edwin, bagaimana tidak, seorang yang ada di telepon adalah saudara kembarnya. Banyak hal yang belum diceritakan ke Piona, walaupun papa Edwin sudah tahu semuanya, karena perasaan orang tua tidak bisa di bohongi. Mereka tahu perbedaan antara Edwin dan saudara kembarnya itu. Secepat kilat Edwin melajukan mobilnya untuk sampai di perusahaan, setelah membuka pintu ruangan kantornya. Dia mendudukkan dirinya di sofa yang ada di ruangannya itu, dia berusaha menenangkan diri sebelum akhirnya memutuskan untuk menelpon saudara kembarnya itu. “Kring, Kring, Kring.” Suara handphone berdering, saudara kembar Edwin sudah otomatis menerima panggilan dari Edwin yang merupakan adik kembarnya itu. “Lama sekali kamu menjawab pesanku?” suara yang tidak asing menyapa di telinga Edwin. “Aku harus menjauh dari istriku dulu, baru aku bisa menghubungimu.” Jawab Edwin sambil membetulkan posisi duduknya. “Salah sendiri ka

  • Kakak Kelas Jahat Itu Suamiku   Keberangkatan

    Setelah pertengkaran kecil yang terjadi di meja makan, mereka mulai menyelesaikan makan malam itu dengan lahap. Hari itu Papa dan Mama Piona tidak menginap di rumah Edwin dan Piona. Mereka memutuskan untuk pulang karena ada kepentingan yang harus mereka selesaikan. "Sayang, besok nenek akan kesini lagi ya, baik-baik dirumah sama mama dan papa," mama Piona memegang kedua pipi cucu kembar itu. Mereka berdua tersenyum memandang neneknya. "Kalian ini memang sangat menggemaskan," komentar mama Piona. "Win, Piona, papa sama mama pulang dulu ya. Buat kamu Edwin hati-hati dijalan saat keberangkatanmu ke Eropa!" jelas papa Piona. "Makasih pah, pasti!papa sama mama juga hati-hati dijalan!" ucap Edwin sambil bersalaman dan memberi hormat kepada mertuanya itu. Mama dan papa Piona juga berpamitan juga dengan papa Edwin. Akhirnya mereka keluar dan masuk ke dalam mobil. Mobil mereka sudah keluar dari gerbang, Piona yang masih kesal dengan Edw

  • Kakak Kelas Jahat Itu Suamiku   Tidak Rela

    Piona yang ikut berteriak langsung loncat dan menutupi suaminya dari pandangan mamanya yang berdiri masih terbelalak melihat kejadian yang tidak terduga ini. "Mama, kenapa nggak ketuk pintu dulu?" Piona yang sudah berdiri di depan Edwin menghalangi pandangan mamanya ke arah sana. "Apa kalian terbiasa teledor?Kenapa pintunya tidak di kunci?Aku kira tidak ada Edwin, kalau yang masuk Wibi dan Wiska gimana?" selagi mama Piona ngomel panjang Lebar, Edwin mengambil handuk yang terjatuh lalu kembali memakainya lagi. "Ma-maaf ma," Edwin tiba-tiba menyahut. "Iya, ma maaf!" Piona ikut memohon. "Ya udah, mama sama papa tunggu dibawah!" Mama Piona menutup pintu dengan segera. Kali ini mama Piona memang sangat terkejut dia juga mengelus dadanya dan ingin menghilangkan pemandangan milik menantunya itu di dalam kepalanya. Mataku benar-benar ternodai saat ini, Oh Tuhan! mama Piona langsung turun ke bawah. Piona memandang Edwin dan mem

  • Kakak Kelas Jahat Itu Suamiku   Terkejut

    “Nggak dong, sayang. Lagian ini sudah jam pulang kantor, biarkan saja!Yuk, aku kangen kedua anak kita,” Piona langsung menggeret lengan Edwin untuk pergi meninggalkan perusahaan saat itu juga. Edwin langsung berjalan bersama dengan istrinya itu,”Kamu memang istriku yang sangat hebat, sayang. Kamu mulai bisa seperti mama,” komentar Edwin yang membukakan pintu mobil untuknya. Piona masuk ke mobil dan disusul Edwin yang bersiap menyetir mobilnya, “Aku harus menjalankan amanat mama dengan baik, dia sudah mempercayakan perusahaan ini padaku, aku nggak mungkin kan akan menelantarkannya dan membuat perusahaan ini menurun?” “Aku terlalu bangga sama istriku yang satu ini, pinter ngurus rumah, ngurus anak, ngurus perusahaan, kamu memang nggak ada duanya sayang. Eh tadi kamu bilang kangen kedua anak kita, la kamu nggak kangen aku?” Puji Edwin membuat pipi Piona sedikit memerah dan sedikit ingin tertawa karena suaminya itu. “Jangan berlebihan!Nanti aku ngga

  • Kakak Kelas Jahat Itu Suamiku   Rutinitas

    Nafas yang terus memburu membuat Dina dan Gandi sedikit terengah-engah sejenak mengambil nafas, menarik ciuman itu sebentar sambil saling memandang dengan begitu intens, Gandi membetulkan sehelai rambut Dina yang menutupi wajahnya, lalu menyingkirkan rambutnya ke belakang telinganya, “Bolehkah aku melakukannya sekarang?” Gandi masih memandang istrinya itu dengan intens. Dina mengangguk pelan sambil memandang suaminya yang benar-benar membuatnya terbuai saat itu juga, Gandi menyentuh bibir itu lagi. Memagutnya pelan membuat Dina menggeliat, suara desahan mulai nyaring terdengar, ketika dengan liar Gandi membuka kancing baju atas Dina dan memainkan jarinya disana. Gandi melepaskan kaosnya, kembali membuai istrinya itu dengan sentuhan yang beralih ke lehernya, Dina tak kuasa menahan desahan yang membuatnya sedikit meronta, Gandi mulai menelusuri tubuh Dina hingga ke area yang paling sensitif, perlahan segalanya terlepas dari tubuh mereka masing-masing, Gandi menar

  • Kakak Kelas Jahat Itu Suamiku   Bulan Madu Dina dan Gandi

    Edwin dan Piona sama-sama masuk ke dalam kamar Wibi dan Wiska, mereka menangis sudah bersiap dengan tangan menengadah untuk minta di gendong.“Mama, hiks”“Papa, hiks”Piona dan Edwin tersenyum melihat anak mereka yang begitu manja,“Anak mama udah bangun, sini sayangku!” Piona berhasil menggendong Wiska.“Sini sama papa, Wibi ganteng , haus ya?” Edwin berhasil menggendong Wibi.Piona dengan cekatan membuatkan susu di dekat box mereka sembari menggendong Wiska, setelah di gendong anak kembar itu berhenti menangis, menunggu susu di dalam botol yang di buatkan oleh Piona jadi.“Dua botol sudah jadi,” Piona mengumumkan membuat anak mereka sudah siap untuk berbaring di pangkuan papa dan mamanya.Piona menyerahkan satu botol kepada Edwin, lalu dia mengambil sebotol lagi untuk di berikan kepada Wiska.Dikamar itu mereka menunggu susu yang di berikan habis di minum anak kembar mereka.“Sayang, anak kita semakin lahap saa

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status