Putra Aisya dan Reyhan yang bernama Rasya kini usianya sudah menginjak tiga tahun. Saat ini Aisya sedang sibuk di dapur rumahnya membuat sarapan untuk anak dan suami tercintanya. Aisya membuat nasi goreng dengan tambahan telor ceplok setengah mateng, kesukaan Rasya. Anak Reyhan dan Aisya itu sangat menyukai olahan telor ceplok yang kuning telurnya setengah mateng.
Usai membuat sarapan Aisya membangunkan suami dan anaknya."Abang, bangun...!" Aisya menepuk-nepuk lengan suaminya."Emm, cium dulu!" Ucap Reyhan dengan suara serak khas bangun tidur."Iss, manja banget deh. Buruan bangun ntar telat lagi ke kantornya." "Makanya cepatan cium dulu!" Cup Aisya mencium pipi suaminya."Bukan cium pipi, sayang. Tapi ini!" Reyhan manyun sambil menunjuk bibirnya."Gak, gak. Buruan mandi, atau gak ada cium sama sekali." "Dasar galak." Gerutu Reyhan, sambil menyingkap selimutnya, lalu duduk."Ngomong apa barusan?" Aisya melotot galak keSelesai, terima kasih buat yang udah mengikuti cerita ini. Jangan lupa mampir ke cerita saya yang lainnya, ya. Love you...
Aisya Putri Mahendra, itulah nama yang diberikan oleh kedua orang tuaku, umurku 17 Tahun. Aku mempunyai dua saudara laki-laki yang bernama Dimas Putra Mahendra, dan Andra Putra Mahendra.Jam menunjukan pukul 6.30 pagi, yang mana Aisya masih nyenyak bergelung dengan selimutnya di atas tempat tidur. Tiba-tiba terdengar suara teriakan sang Bunda "Aisya, bangunn..."Aisya, tidak memperdulikan teriakan sang Bunda, ia kembali merapatkan selimutnya, sambil bilang "Apa sih, Bun. Aisya masih ngantuk" katanya karena terus mendengar Bundanya yang tak berhenti ngoceh untuk membangunkannya."Cepatan bangun, nanti kamu telat berangkat Sekolahnya" kata Bu Dewi, sambil mengoyang-goyangkan badan Aisya agar anak tersebut segera bangun."Sebentar lagi, Bun. Lima menit lagi" tawar Aisya"Gak ada tawar menawar. Bunda, gak mau tahu pokoknya cepatan bangun" cicit Bu Dewi. Yang mana membuat Aisya segera membuka selimutnya dan duduk."Udah jam berapa, Bun" tany
Aisya, dan Nisa berjalan menuju kantin sekolah, mereka memesan dua porsi mie Ayam dan dua gelas es jeruk. Saat asyik menikmati makanan mereka, dari arah belakang terdengar suara."Hai, boleh gabung, gak." Kata seorang lelaki dari arah belakang, Aisya menoleh dan melihat Reno yang membawa makanan, Reno segera duduk di depan Aisya."Silahkan" jawab keduanya."Terima kasih" kata Reno, sambil memandang Aisya dengan mata berbinar." Makin cantik aja lo, Sya" kata Reno tanpa mengalihkan pandangannya dari Aisya.Aisya, yang merasa terus dipandang oleh Reno merasa risih, ia memutar bola matanya dengan jengah."Lo, kesini mau makan, apa mau gombalin Aisya,sih." Kata Nisa"Ya, mau dua-duanya. Sayang banget kan pemandangan indah yang berada didepan mata, untuk dilewatkan" kata Reno"Geli, gue dengarnya" cibir Nisa"Yey, lo mah sirik aja, Aisyanya aja santai-santai aja dianya" kata Reno, t
"Sya, cepatan dong" kata Bang Andra memanggil Aisya, karena Aisya yang tak kunjung keluar kamar. Ya, mereka mau pergi ke acara nikahan mantannya si Andra. Akhirnya Aisya, menerima tawaran Abangnya kemaren karena gak tega dia melihat muka Abangnya yang memelas. Jadi dengan berat hati dia iyain aja deh. "Bentar, Bang. Sabar napa" sahut Aisya, yang baru saja selesai mandi. "Cepatan, Abang tunggu di bawah, ya" katanya lalu ia berjalan ke ruang tamu di rumahnya meninggalkan kamar Aisya tanpa menunggu jawaban dari adiknya Aisya, keluar dari kamarnya dan menghampiri Bang Andra, di sana ada Bunda dan Ayahnya yang sedang duduk-duduk santai. "Hmm, cantiknya anak, Bunda." Puji bu Dewi pada Aisya yang nampak terlihat sangt cantik. "Iya dong, Anak siapa dulu??." Jawab Aisya "Anaknya Bunda dong" kata Bu Dewi yang membuat Pak Ali, ayahnya Aisya sewot "Anak, ayah juga kali, Bun. Kan bikin-biki
Pagi ini Aisya masih disibukan dengan rutinitasnya seperti biasa, bersiap-siap untuk pergi sekolah. Hari ini ia mengendarai motornya sendiri. Ia memarkirkan Motornya di parkiran seperti biasa, ia menuju kelasnya di sana ia belum menemukan sahabatnya Nisa. Ia duduk dan menaruh tasnya di laci bawah meja."Door" suara Nisa yang berusaha membuat Aisya kaget, tapi Aisya biasa saja Nisa kan jadinya kesel."Biasa aja kali itu bibirnya" cibir Aisya karena Nisa mengerucutkan bibirnya."Ngomong-ngomong, setelah lulus nanti lo mau kuliah jurusan apa" kata Nisa pada Aisya sambil menatap sohibnya itu"Belum tahu gue" jawab Aisya"Iih, yang mau kuliahkan lo masa gak tau" protes Nisa"Iya, belum ada bayangan soalnya""Dasar somplak lo" kata Nisa seraya melempar Aisya dengan gulungan kertas."Apa gue nikah aja kali yah, abis lulus langsung nikah" ucapnya dengan tangan bertumpu didagu"Gila lo, di kira nikah enak apa" jawab Nisa
Di sinilah Aisya dan teman-temannya berada yaitu di kantor Polisi. Bu Dewi yang merima telpon dari pihak kantor Polisi langsung lemas saat mendengar anaknya berada di sana, ia memutuskan untuk menelpon suaminya Ayah Aisya, dan memberi tahu suaminya bahwa anak gadisnya berada di kantor Polisi. Pak Ali pun segera pulang dan menjemput istrinya untuk pergi ke kantor Polisi.Betapa kagetnya Bu Dewi yang melihat anaknya babak belur, ia langsung menangis histeris."Ya Allah, Aisya." Pekik Bu Dewi.Aisya dan kedua orang tuanya sudah berada di rumah setelah menyelesaikan urusan di kantor polisi, mereka memutuskan untuk langsung pulang ke rumah. Andra dan Dimas melihat Adiknya yang terlihat kusut, acak-acakan muka juga biru-biru. Mereka langsung mendekat dan bertanya."Ada apa ini? Kenapa mukamu, Dek? Abis berantem sama siapa? Tanya Dimas langsung."Biasa, bang." kata Aisya dengan santainya"Biasa apan
Aisya hari ini sudah kembali bersekolah lagi, tanda-tanda memar di wajahnya sudah menghilang. Ia melajukan motor kesayangannya menuju sekolah. Kini ia sudah berada di parkiran sekolahnya, ia melepas helm dan bercermin sebentar di spion motornya seraya merapikan rambutnya yang agak sedikt berantakan karena tertiup angin. "Aisya." Panggil Nisa, sahabatnya. Aisya menoleh seraya melambaikan tangannya pada Nisa yang sedang berlari ke arahnya. "Gimana, kabar lo?? Udah sehatkan ?" ucap Nisa setelah ia berada di samping Aisya. Aisya mengaku izin sakit kemaren padahal emang sakit benaran sih, abis main baku hantam. Eh emang ada ya, permainan baku hantam. Ah, ya sudahlah. "Iyalah, makanya gue ada di sini," sahut Aisya cuek. "Ah lo mah." Kata Nisa. Mereka berjalan beriringan menuju kelas. "Hai, Sya. Udah masuk nih, kangen gue," itu adalah suara Reno yang baru saja datang. "Apaan sih, lo. Gue gak kangen sama lo," jawabnya jutek
Di sinilah Aisya dan Reyhan duduk, di ruang tamu rumah Aisya dan di kelilingi oleh beberapa warga, mereka menuduh Aisya dan Reyhan telah berbuat mesum. Karena mereka hanya berdua saja di rumah, karena orang tua Aisya dan Abang-abangnya sedang tidak berada di rumah. Aisya sudah menjelaskan kalau dia hanya membantu Reyhan dan meminjamkan baju Abangnya sebab baju Reyhan basah terkena air hujan pas saat mengantarnya pulang. Tetapi para warga di sana tidak percaya dan tetap kekeh menuduh mereka berbuat yang tidak- tidak. "Saya, berani bersumpah. Bapak-bapak. Saya tidak mungkin melakukan hal sekeji itu," kata Aisya, ia tetap membela diri karena merasa tidak bersalah. Tetapi warga semakin gencar menuduhnya apalagi Pak Rudi semakin mengompori mereka dengan kata-kata yang menyudutkan Aisya. "Apa yang di katakan, Aisya semuanya benar. Saya hanya menumpang untuk meminjam baju dan berganti pakaian itu saja." Ujar Reyhan membenarkan perkataan Aisya. Tapi para warga
Reyhan duduk di tepi ranjang sambil meringis memegang sudut bibirnya yang berdarah, Aisya datang membawa kotak P3K. Ia mendekati Reyhan dan membantu mengobati luka suaminya itu dengan pelan. "Maafin, bang Andra ya, Bang." Ujarnya. Ia merasa tidak enak karena dia Reyhan sampai babak belur. "Hmm, gapapa, Sya. Mungkin kalo Abang jadi Andra akan melakukan hal yang sama," kata Reyhan sambil meringis menahan perih luka di sudut bibirnya. "Ya, sudah Abang istirahat saja di kamar, Aisya mau keluar sebentar," ujarnya setelah selesai mengobati Reyhan. Reyhan hanya menganggukkan kepala, dan berbaring di ranjang Aisya. "Bunda, sedang apa?" Tanyanya, kini ia berada di dapur untuk membuang air bekas membersihkan luka Reyhan. "Bunda, lagi masak Ayam kecap sama tumis kangkung," "Reyhan, bagaimana keadaan Reyhan?" Bu Dewi menanyakan keadaan menantunya. "Aisya, suruh Bang Reyhan istirahat di kamar, kayanya lukanya masih saki