"Sya, cepatan dong" kata Bang Andra memanggil Aisya, karena Aisya yang tak kunjung keluar kamar. Ya, mereka mau pergi ke acara nikahan mantannya si Andra. Akhirnya Aisya, menerima tawaran Abangnya kemaren karena gak tega dia melihat muka Abangnya yang memelas. Jadi dengan berat hati dia iyain aja deh.
"Bentar, Bang. Sabar napa" sahut Aisya, yang baru saja selesai mandi.
"Cepatan, Abang tunggu di bawah, ya" katanya lalu ia berjalan ke ruang tamu di rumahnya meninggalkan kamar Aisya tanpa menunggu jawaban dari adiknya
Aisya, keluar dari kamarnya dan menghampiri Bang Andra, di sana ada Bunda dan Ayahnya yang sedang duduk-duduk santai.
"Hmm, cantiknya anak, Bunda." Puji bu Dewi pada Aisya yang nampak terlihat sangt cantik.
"Iya dong, Anak siapa dulu??." Jawab Aisya
"Anaknya Bunda dong" kata Bu Dewi yang membuat Pak Ali, ayahnya Aisya sewot
"Anak, ayah juga kali, Bun. Kan bikin-bikinnya sama-sama. Masa mau diklaim sendiri, sih" kata Pak Ali menatap istrinya tak terima
"Iya, iya gitu aja. Gak mau ngalah" cibir Bu Dewi. Aisya dan Andra hanya diam dan saling tatap saja mendengarkan perdebatan kedua orang tuanya itu.
"Ya, sudah lanjutkan saja debatnya, giliran kami mau berangkat dulu" sontak saja mereka menghentikan debatnya.
"Hmm, jagain tu adik kamu, ya. Awas kalo sampai lecet itu anak gadis, Bunda" ancam Bu Dewi
"Oke-oke tenang aja, Bun. Andra pinjam dulu anak gadisnya, ya."
"Apaan sih, Bang. Emang Aisya barang pake di pinjam segala" kata Aisya dengan wajah cemberut.
"Aisya, gak jadi aja deh ikutnya." Aiysa merajuk.
"Eeh, jangan dong. Ya udah yuk kita berangkat" ucap Andra
"Ayah, Bunda kita pergi dulu, ya" pamitnya sambil mencium tangan kedua orang tuanya.
"Iya, hati-hati ingat pesan Bunda" timbal Bu Dewi
"Siipp, Bun" kata Andra
Setelah mengucapkan salam.Kini, Aisya dan Bang Andra berada di mobil, Aisya nampak terlihat cantik dengan sapuan make up yang terlihat natural, ia memakai gaun selutut berwarna cream, rambut panjang yang lurus dan selalu diikat itu kini di biarkan terurai, dan satu lagi yang membuatnya ngomel-ngomel ia disuruh memakai high hels (begitu mungkin nyebutnya, kalo salah harap dimaklumi). Belum apa-apa, ia sudah mengeluh kakinya sakit, lecet lah, lebay kalo kata Bang Andra.
=====
Mereka tiba di tempat acara, Andra memarkirkan mobilnya. Aisya sibuk bercermin memerhatikan penampilan, siapa tau ada potongan cabai di giginya, kan gak lucu udah dandan cantik-cantik pas senyum kelihatan ada potongan cabai yang nyelip di sela-sela gigi.
"Ayuk, turun" celetuk Bang Andra yang membuat Aisya, meletakan cerminnya dan memasukannya kembali ke dalam tas.
"Iya, iya ini juga mau turun" sungutnya. Ia membuka pintu mobil dan segera turun. Biar Abangnya yang bawel itu gak ngoceh
"Aisya, mesti ngapain nih, Bang?" Tanyanya
"Bersikap santai, dan biasa aja, jangan malu-maluin gue"
"Lo, diam aja disamping gue. Terus ikutin kemana Abangmu ini pergi" hmm Aisya paham, dia hanya menganggukan kepala sebagai jawaban.
Mereka memasuki lobi Hotel tempat acara pesta pernikahan di langsungkan. Mereka melangkah sambil bergandengan tangan, mereka terlihat seperti pasangan yang serasi, yang lelaki tampan dan wanitanya cantik, tapi siapa yang sangka mereka ini kakak adik. Hmm akting bagus juga.
Andra menyapa beberapa teman-teman yang mengenalinya dan memperkenal Aisya, sebagai kekasihnya (padahal cuma pacar bo'ongan, dasar ni Abang gak ada akhlak batin Aisya). Mereka asyik ngobrol, Aisya mulai merasa Bosan, ia meninggalkan Bang Andra untuk keliling-keliling sambil sesekali mengambil makanan. Di sana Aisya tak sengaja menabrak seorang pria, karena sibuk mengambil handphonenya yang bergetar di dalam tasnya.
"Eeh, maaf bang gak sengaja, Bang" ucap Aisya, tanpa melihat lelaki tersebut.
Sedangkan Reyhan, lelaki yang di tabrak Aisya tadi memandangi Aisya yang sibuk dengan phonselnya. 'Cantik' batin Reyhan.
Sekali lagi Aisya meminta maaf karena tak mendengar jawaban dari lelaki yang tadi ia tabrak "Maaf banget ya, Bang. Saya gak sengaja," ucapnya sekali lagi
"Iya, gak apa-apa santai aja lagi"kata Andra
"Terima kasih" kata Aisya, ia buru-buru beranjak dari tempat tersebut, karena Abangnya sudah menyuruhnya kembali ketempat semula melalui sebuah pesan di ponsel.
Ia menghampiri Abangnya itu " Dari mana sih lo, Dek" seru Andra pelan saat adiknya baru saja tiba di sampingnya
"Keliling, liat-liat, terus ngambil makanan" timpalnya
"Dasar lo, Dek. Gak bisa liat makanan. Abangkan dah bilang jangan jauh-jauh"
"Iya, iya ini juga udah balik lagi. Teman-teman Abang dah pada kemana?" Tanyanya karena sudah tak melihat teman Abangnya berada di dekat mereka.
"Udah pada pulang mereka, lo sih keluyuran gak jelas"
"Ya, kan Aisya bosan nungguin Abang sama teman-teman Abang ngobrol, mana Aisya gak paham lagi kalian ngomongin apa" timpal Aisya
"Ya, udah. Yuk kita ke sana dulu" katanya seraya menunjuk kepelaminan di mana kedua mempelai berada.
"Jangan, nangis ya, Bang. Terus nyanyi 'harusnya aku yang di sana'" ledek Aisya pada Abangnya
"Ya, nggak lah. Ayuk abis tu kita balik" seru Andra sambil melotot gusar karena diolok adiknya.
Andra dan Aisya menuju pelaminan, untuk mengucapkan selamat pada kedua mempelai, raut wajah Andra terlihat santai saja saat bersalaman dan mengucapkan kata 'selamat, semoga bahagia'. Ia menggandeng tangan Aisya saat berlalu dari pelaminan. Mereka keluar dari Hotel tempat acara pesta, Aisya menunggu Bang Andra di lobi hotel dan Bang Andra pergi keparkiran mengambil mobil.
"Hai, lagi nunggu seseorang?" tanya Reyhan yang tiba-tiba sudah berada di samping Aisya, sontak saja Aisya menolehkan wajahnya ke samping dan mendapati lelaki yang ia tabrak tadi.
"Iya, Bang" jawab Aisya singkat
"Lagi nungguin pacarnya ya?" Tanya Reyhan lagi. Aisya hanya membalas pertanyaan Reyhan dengan senyuman manis. Membuat Reyhan tambah mengagumi kecantikan Aisya.
Tak lama suara klakson Mobil Andra terdengar. Aisya segera pamit pada Reyhan "duluan, Bang" ucapnya dan berlalu menghampiri mobil Abangnya, ia membuka pintu mobil dan segera masuk. Andra menjalankan mobilnya dengan perlahan membelah jalanan. Sedangkan Reyhan menatap mobil yang ditumpangi Aisya sampai hilang dari pandangannya.
"Aiss, kenapa gue gak tanya namanya, tadi" gumam Reyhan. Karena belum sempat mengetahui nama gadis cantik tersebut.
'Semoga, nanti bisa bertemu lagi' batin Reyhan.
=====
Aisya dan Andra sudah sampai di depan rumah mereka, Andra memasukan mobilnya ke dalam garasi, bertepatan dengan Dimas yang baru saja pulang kerja. Mereka masuk secara bersamaan kedalam rumah dan mengucapkan salam. Aisya langsung duduk dikursi ruang tamu, ia mengeluh kakinya sakit akibat memakai sepatu hak tinggi.
"Abis dari mana kalian?" tanya Dimas
"Dari kondangan Nikahan mantan pacarnya Bang Andra tuh" jawab Aisya sambil menunjuk Andra menggunakan bibirnya yang dimonyongkan.
"Hahaa, kasian amat dia ditinggal mantan nikah, lah terus kamu kok bisa ikut Andra ke sana?" Tanyanya penasaran karena biasanya Andra tuh paling malas ngajak-ngajak apalagi ngajakin Aisya.
"Tau tuh, Bang Andra yang minta" jawab Aisya ia tidak menceritakan ide gila Abangnya itu yang meminta ia menjadi pasangan pura-pura.
"Hmm, ya udah deh. Aisya capek, ngantuk" katanya seraya berlalu meninggalkan dua Abangnya yang masih duduk di ruang tamu.
Aisya membuka pintu kamar, ia melangkahkan kakinya masuk dan segera meletakan tasnya ke atas meja yang ada di kamar. Aisya masuk ke kamar mandi untuk mencuci muka, kaki dan tangan, menggosok gigi, ia mengganti pakaiannya dengan baju tidur bermotif doraemon. Ia membaringkan badannya dan menutup sebagian tubuhnya, tak lama ia pun terlelap dalam tidurnya.
Bersambung....
Putra Aisya dan Reyhan yang bernama Rasya kini usianya sudah menginjak tiga tahun. Saat ini Aisya sedang sibuk di dapur rumahnya membuat sarapan untuk anak dan suami tercintanya. Aisya membuat nasi goreng dengan tambahan telor ceplok setengah mateng, kesukaan Rasya. Anak Reyhan dan Aisya itu sangat menyukai olahan telor ceplok yang kuning telurnya setengah mateng.Usai membuat sarapan Aisya membangunkan suami dan anaknya."Abang, bangun...!" Aisya menepuk-nepuk lengan suaminya."Emm, cium dulu!" Ucap Reyhan dengan suara serak khas bangun tidur."Iss, manja banget deh. Buruan bangun ntar telat lagi ke kantornya.""Makanya cepatan cium dulu!"CupAisya mencium pipi suaminya."Bukan cium pipi, sayang. Tapi ini!" Reyhan manyun sambil menunjuk bibirnya."Gak, gak. Buruan mandi, atau gak ada cium sama sekali.""Dasar galak." Gerutu Reyhan, sambil menyingkap selimutnya, lalu duduk."Ngomong apa barusan?" Aisya melotot galak ke
Reyhan mondar mandir dengan gelisah di depan sebuah ruangan, penampilannya terlihat kacau dengan pakaian yang penuh oleh noda darah. Sudah 30 menit yang lalu Aisya berada di dalam ruangan tersebut. Reyhan juga sudah menghubungi kedua orang tua beserta kedua mertuanya.Pak Ali dan Bunda Dewi sudah sampai di rumah sakit, dengan tergopoh-gopoh Bunda Dewi berlari menghampiri menantunya yang terlihat kacau itu."Bagaimana keadaan Aisya, Rey?" Tanya Bunda Dewi dengan bercucuran air mata. Setelah menerima kabar dari Reyhan bahwa Aisya menjadi korban tabrak lari, Bunda Dewi tak henti menangis."Belum tau, Bun. Reyhan juga masih menunggu kabar selanjutnya dari Dokter.""Ya Allah, Aisya...."ucap Bunda Dewi, ia terus menangis."Sabar, Bun. Kita berdoa saja semoga Aisya tidak kenapa-kenapa, dia anak yang kuat." Ucap Pak Ali lalu memeluk Bunda Dewi, dan menenangkan istrinya itu."Maafin Reyhan yah, bun. Gak bisa jagain Aisya." Ucap Reyhan pelan."Ini bukan salah kamu,
Pagi ini Aisya dan Reyhan sedang jalan pagi di kompleks perumahan, kata orang-orang jalan di pagi hari saat hamil besar bisa memudahkan proses persalinan nanti. Apalagi saat ini usia kehamilan Aisya sudah memasuki usia delapan bulan, hanya menunggu beberapa minggu saja mereka akan segera menimang bayi mungil mereka."Bang, pengen itu!" Aisya menunjuk salah satu pedagang makanan. Biasanya saat pagi begini di komplek perumahan mereka banyak yang berjualan sarapan."Ayok, kita kesana." Ajak Reyhan sambil menuntun tangan Aisya ke tempat yang di tunjuk oleh Aisya.Reyhan mengambil satu kursi plastik dan menyuruh Aisya untuk duduk, kan kasian kalau bumil berdiri."Kamu tunggu di sini ya, Abang mau pesan dulu.""Iya, Bang.""Mang, lontong sayurnya dua, ya!" Pesan Reyhan pada Mamang penjual lontong sayur."Oh, iya mas. Tunggu sebentar, ya." Ucap Mamang tersebut, sebab dia bersama sang istri masih sibuk melayani pembeli."Iya, Mang." Sahut Reyh
Aisya berlari mengikuti Reyhan yang sedang menarik koper miliknya. Hari ini mereka akan berangkat ke Surabaya."Pelan-pelan dong, yank! Gak usah lari-lari." Ucap Reyhan, saat suaminya itu menoleh ke arah belakang."Abisnya, Abang jalannya cepat betul, kaya kereta aja." Kata Aisya cemberut, Reyhan yang melihat wajah Aisya cemberut jadi gemes dan mencubit pipi istrinya dan menciumnya bertubi-tubi."Hei-hei... kalian ini!! Mau berangkat sekarang apa mau mesra-mesraan dulu?" Sontak Reyhan berhenti menciumi wajah Aisya, dan menatap Mami Rasti yang sedang berdiri di samping mereka. Aisya menundukan wajahnya yang sudah memerah."Ya, mau berangkat sekaranglah, Mi." Jawab Reyhan."Ayok, sarapan dulu....!" Mami Rasti merangkul Aisya."Kalian hati-hati di sana, ya. Kalo udah nyampe jangan lupa kabarin, Mami." Ucap Mami Rasti, saat Reyhan dan Aisya berpamitan."Iya, Mami. Kita berangkat dulu ya Mi, Pi." Reyhan dan Aisya bergantian mencium punggung ta
Aisya duduk di sofa yang ada di kamar sambil memakan keripik kentang, tadinya Aisya dan Reyhan ingin pulang ke rumah orang tua Reyhan, tetapi tiba-tiba saja hujan turun dengan deras. Reyhan yang baru keluar dari kamar mandi menoleh ke arah istrinya yang sedang sibuk mengunyah keripik kentang."Kamu, udah gak merasa mual-mual lagi, Yang?" Kata Reyhan, sebab selama berada di rumah orang tuanya Aisya sama sekali tidak ada mual dan muntah."Gak, Bang. Malahan aku lapar terus ini." Sahut Aisya."Baguslah, yank. Kamu mau makan apa, yank?""Aku mau bakso, Bang." Waduh, pagi-pagi begini mana ada yang buka tukang bakso, batin Reyhan."Yang lain aja, Sayang. Ini masih pagi belum ada yang buka tukang Baksonya.""Hmm, Aisya mau makan nasi goreng aja, deh. Tapi yang bikin Abang.""Abangkan, gak bisa masak, yank.""Yah, padahal Dedeknya pengen makan nasi goreng buatan, Papanya." Ucap Aisya lesu.Tak tega melihat wajah istrinya yang
Reyhan segera berlari keluar dari ruang kerjanya dan masuk ke kamar di mana Aisya sedang menangis sesegukan."Kenapa, sayang?" Kata Reyhan saat dia sudah duduk di samping Aisya."Abang kenapa tinggalin, aku." Ucapnya masih sambil menangis."Abang gak ke mana-mana kok, Sayang." Reyhan merengkuh tubuh Aisya dan memeluknya."Tapi, tadi Abang gak ada di kamar.""Iya, Abang tadi ke ruang kerja sebentar. Udah jangan nangis lagi, donk. Nanti cantiknya ilang." Ucap Reyhan seraya menghapus air mata di pipi Aisya."Jadi, Aisya jelek gitu." Sungut Aisya"Istri Abang cantik, selalu cantik. Udah jangan nangis lagi, oke." Bujuk Reyhan."Hmm, Aisya pengen ke tempat Bunda.""Iya, besok kita ke tempat, bunda. Sekarang Bobo lagi," bujuk Reyhan."Tapi janji, besok kita ke sana.""Iya, Sayang. Tidur lagi, ya.""Iya, tapi peluk. Abang jangan pergi-pergi lagi.""Iya, Abang gak ke mana-mana. Abang d