Pagi ini Aisya masih disibukan dengan rutinitasnya seperti biasa, bersiap-siap untuk pergi sekolah. Hari ini ia mengendarai motornya sendiri. Ia memarkirkan Motornya di parkiran seperti biasa, ia menuju kelasnya di sana ia belum menemukan sahabatnya Nisa. Ia duduk dan menaruh tasnya di laci bawah meja.
"Door" suara Nisa yang berusaha membuat Aisya kaget, tapi Aisya biasa saja Nisa kan jadinya kesel.
"Biasa aja kali itu bibirnya" cibir Aisya karena Nisa mengerucutkan bibirnya.
"Ngomong-ngomong, setelah lulus nanti lo mau kuliah jurusan apa" kata Nisa pada Aisya sambil menatap sohibnya itu
"Belum tahu gue" jawab Aisya
"Iih, yang mau kuliahkan lo masa gak tau" protes Nisa
"Iya, belum ada bayangan soalnya"
"Dasar somplak lo" kata Nisa seraya melempar Aisya dengan gulungan kertas.
"Apa gue nikah aja kali yah, abis lulus langsung nikah" ucapnya dengan tangan bertumpu didagu
"Gila lo, di kira nikah enak apa" jawab Nisa yang gak habis pikir dengan kata-kata temannya itu
"Lagian lo abis kejedot di mana sih? Tumben bener seorang Aisya yang cuek dan gak pernah peduli sama hal begituan tiba-tiba ngomong begitu, lo sehat kan, apa otok lo sudah geser" cicit Nisa
"Yey, gitu aja di anggap serius. Becanda doang gue" sahut Aisya sambil menoyor temannya.
"Ya, siapa tau aja kan lo benaran mau nikah."
"Nikah sama siapa?? Calonnya aja belum terlihat bayangannya." Kata Nisa
"Mungkin sama Reno kali" kata Nisa dan ia langsung mendapat cubitan dari Aisya
"Sembarangan lo, gue gak tertarik sama dia biar di kata orang-orang dia ganteng maksimal" balasnya
"Ya, siapa tau nanti kalian berjodoh, kan gak ada yang tau kedepannya gimana"
"Hmm, malas gue sama lo lama-lama,. Gue mau ketoilet dulu" kata Aisya seraya berjalan meninggalkan Nisa dan mengabaikan teriakan sahabatnya itu.
Di dalam toilet, Aisya selesai buang air, kemudian ia mencuci tangannya, di sana ia mendengarkan Siska dan gengnya yang menggosipkan tentang Reno dan Aisya.
"Apa sih, cantik si cewek gak jelas itu. Sampai-sampai itu si Reno ngejar-ngejar dia mulu" kata Siska pada teman-temannya yang sibuk bercermin dan berdandan.
"Iya, ya padahal cantikan lo juga ke mana-mana" sahut temannya yang lagi mengoleskan lipstik ke bibirnya.
Aisya diam saja mendengarkan kata-kata yang merendahkannya, ia mengepalkan tangannya ingin sekali dia menjambak, dan menyumpal mulut Siska dan gengnya dengan kaos kaki. Tapi ia tahan, dia malas membuat keributan apalagi ini masih pagi. Ia berlalu ke luar meninggalkan Siska dan teman-teman gengnya. Siska yang melihat Aisya berlalu keluar dari toilet tersenyum mengejek. Siska sudah lama menyukai Reno tetapi Reno tidak menggubrisnya. Setelah mengetahui Reno mengejar dan menyukai Aisya, Siska jadi membenci Aisya. Menurutnya Aisya adalah penghalang dia untuk mendapatkan cinta Reno. Padahal Aisya tak pernah menanggapi Reno.
Aisya kembali ke kelasnya dengan wajah yang ditekuk, Nisa yang melihatnya heran dan bingung, kenapa sahabatnya ini abis dari toilet, wajahnya terlihat ditekuk dan tak bersemangat seperti biasanya. Apakah Aisya kerasukan jin dari toilet pikirnya.
"Lo kenapa, Sya. Tiba muka ditekuk aja? Tanyanya
"Gue lagi sebel sama ulat keladi dan kawan-kawannya" jawabnya
"Mang tu ulat keladi ngapain lo." Tanya Nisa, ia sudah tau kalau ulat keladi adalah Siska dan kawan-kawan.
"Masa ni ya, dia bilangin gue kegatalan sama Reno, terus katanya gue pake pelet segala biar Reno ngejar-ngejar gue, padahalkan gue gak ada apa-apa sama Reno" ucapnya sambil marah-marah
"Terus ni ya, mereka nyindir-nyindir gue, ngerendahin gue, pengen banget rasanya gue tabok itu mulutnya" ucapnya berapi-api
"Sabar ini masih pagi, Nyonya. Tahan emosi lo." Kata Nisa
"Ya ini juga gue masih sabar kalo gak, dah babak belur tu anak gue buat" katanya pada Nisa
"Iya, iya percaya gue mah." Menyudahi obrolannya, kalau Aisya sedang marah didiamin aja, dari pada jiwa bar-barnya tiba-tiba bangkit kan bahaya.
Aisya, dan Nisa mengikuti pelajaran seperti biasanya, ya walaupun si Aisya lagi badmood dia tetap berusaha mengikuti pelajaran dengan baik.
=======
Kini Aisya sudah berada di rumahnya, ia lagi rebahan di atas kasur di kamarnya sambil bermain ponsel. Ia berselancar di dunia maya. Tiba-tiba satu pesan dari Dino teman satu kompleksnya masuk ke ponselnya.
Dino: Sya, lo mau ikutan gak nonton pertandingan bola, kita sama anak-anak mau tanding neh sama sama anak kompeks sebelah.
Aisya: Ok, gue ikutan. Jam berapa kumpulnya.
Dino: sekitar jam 16.30. Kita dah kumpul semua di rumahnya Edo.
Aisya: Ok. Nanti gue kesana.
Dino: sipp.
Begitulah isi percakapan diHP Aisya, ia segera mandi dan bersiap-siap untuk berangkat dan berkumpul di rumah Edo. Ia memakai kaos oblong berwarna hitam, celana jens selutut, rambutnya dikuncir seperti ekor Kuda, setelah siap ia memasukan ponselnya kedalam saku celananya. Ia keluar dari kamar sambil menenteng kunci Motor. Aisya mencari sosok Bundanya di dapur dan ditemuinya wanita kesayangannya itu lagi sibuk memasak di dapur.
"Bun, Aisya pergi dulu ya." Pamitnya
"Loh, mau kemana kamu sore-sore begini keluyuran" ucap bundanya menatap Aisya
"Mau kerumah Edo, ngumpul. Mereka mau tanding bentar lagi sama anak kompleks sebelah" papar Aisya pada Bundanya
" Hmm, tapi ingat pulangnya jangan telat sebelum waktu Magrib udah di rumah lagi" Pesan Bu Dewi pada Aisya.
"Siap Bundaku sayang" jawab Aisya. Ia pamit dan mencium tangan bundanya
"Assalamu'allaikum"
"Walaikumsalam" jawab Bu Dewi
Aisya segera melajukan Motornya menuju rumah Edo, di sana sudah ada beberapa teman-temannya yang sudah datang. Ia memarkirkan motornya di bawah pohon mangga di depan rumah Edo.
"Yang lain mana?" Tanyanya
"Belum pada datang" ujar Dino yang sudah datang lebih awal
"Nah, tu mereka" kata Edo seraya menunjuk temannya yang baru saja datang.
"Ya, sudah kita langsung saja berangkatnya, bentar lagi dah mau di mulai pertandingannya" seru salah satu temannya, mereka pun berangkat menggunakan motor masing-masing menuju lapangan bola dikompleks sebelah.
Aisya duduk saja di sebuah kursi melihat teman-temannya melakukan pemanasan sebelum pertandingan dimulai. Tak berapa lama pertandingan pun di mulai mereka saling mengejar, dan berusaha merebut bola yang berada dibawah kendali lawan dan menendang, mengoper, dan menendang bola menuju gawang. Suara teriakan, sorakan, dan tepuk tangan dari pendukung kubu masing-masing terdengar riuh.
Tim kesebelasan dari kompleksnya Aisya berhasil memegang rekor, mereka berhasil mencetak satu gol 1-0.
"Semangaaatt......" teriak Aisya memberikan semangat pada teman-temannya yang sedang bertanding.
Tiba-tiba, Aisya melihat Dino terjatuh karena di dorong oleh lawannya, ia terlihat kesakitan karena kakinya sengaja diinjak oleh lawan mainnya. Akhirnya mereka saling menyalahkan dan terjadilah doron-mendorong karena tak terima temannya didorong dan diinjak, entah siapa yang memulak lebih dulu suasana mulai semakin panas dan terjadi lah baku hantam diantara mereka.
Aisya yang melihat teman-temannya dikeroyak pun berlari kearah lapangan untuk membantu temannya. Baku hantam pun tak terelakan lagi, mereka saling memukul, menendang, dan meninju.
Bersambung.....
Terima kasih. Ditunggu kritik dan sarannya
Di sinilah Aisya dan teman-temannya berada yaitu di kantor Polisi. Bu Dewi yang merima telpon dari pihak kantor Polisi langsung lemas saat mendengar anaknya berada di sana, ia memutuskan untuk menelpon suaminya Ayah Aisya, dan memberi tahu suaminya bahwa anak gadisnya berada di kantor Polisi. Pak Ali pun segera pulang dan menjemput istrinya untuk pergi ke kantor Polisi.Betapa kagetnya Bu Dewi yang melihat anaknya babak belur, ia langsung menangis histeris."Ya Allah, Aisya." Pekik Bu Dewi.Aisya dan kedua orang tuanya sudah berada di rumah setelah menyelesaikan urusan di kantor polisi, mereka memutuskan untuk langsung pulang ke rumah. Andra dan Dimas melihat Adiknya yang terlihat kusut, acak-acakan muka juga biru-biru. Mereka langsung mendekat dan bertanya."Ada apa ini? Kenapa mukamu, Dek? Abis berantem sama siapa? Tanya Dimas langsung."Biasa, bang." kata Aisya dengan santainya"Biasa apan
Aisya hari ini sudah kembali bersekolah lagi, tanda-tanda memar di wajahnya sudah menghilang. Ia melajukan motor kesayangannya menuju sekolah. Kini ia sudah berada di parkiran sekolahnya, ia melepas helm dan bercermin sebentar di spion motornya seraya merapikan rambutnya yang agak sedikt berantakan karena tertiup angin. "Aisya." Panggil Nisa, sahabatnya. Aisya menoleh seraya melambaikan tangannya pada Nisa yang sedang berlari ke arahnya. "Gimana, kabar lo?? Udah sehatkan ?" ucap Nisa setelah ia berada di samping Aisya. Aisya mengaku izin sakit kemaren padahal emang sakit benaran sih, abis main baku hantam. Eh emang ada ya, permainan baku hantam. Ah, ya sudahlah. "Iyalah, makanya gue ada di sini," sahut Aisya cuek. "Ah lo mah." Kata Nisa. Mereka berjalan beriringan menuju kelas. "Hai, Sya. Udah masuk nih, kangen gue," itu adalah suara Reno yang baru saja datang. "Apaan sih, lo. Gue gak kangen sama lo," jawabnya jutek
Di sinilah Aisya dan Reyhan duduk, di ruang tamu rumah Aisya dan di kelilingi oleh beberapa warga, mereka menuduh Aisya dan Reyhan telah berbuat mesum. Karena mereka hanya berdua saja di rumah, karena orang tua Aisya dan Abang-abangnya sedang tidak berada di rumah. Aisya sudah menjelaskan kalau dia hanya membantu Reyhan dan meminjamkan baju Abangnya sebab baju Reyhan basah terkena air hujan pas saat mengantarnya pulang. Tetapi para warga di sana tidak percaya dan tetap kekeh menuduh mereka berbuat yang tidak- tidak. "Saya, berani bersumpah. Bapak-bapak. Saya tidak mungkin melakukan hal sekeji itu," kata Aisya, ia tetap membela diri karena merasa tidak bersalah. Tetapi warga semakin gencar menuduhnya apalagi Pak Rudi semakin mengompori mereka dengan kata-kata yang menyudutkan Aisya. "Apa yang di katakan, Aisya semuanya benar. Saya hanya menumpang untuk meminjam baju dan berganti pakaian itu saja." Ujar Reyhan membenarkan perkataan Aisya. Tapi para warga
Reyhan duduk di tepi ranjang sambil meringis memegang sudut bibirnya yang berdarah, Aisya datang membawa kotak P3K. Ia mendekati Reyhan dan membantu mengobati luka suaminya itu dengan pelan. "Maafin, bang Andra ya, Bang." Ujarnya. Ia merasa tidak enak karena dia Reyhan sampai babak belur. "Hmm, gapapa, Sya. Mungkin kalo Abang jadi Andra akan melakukan hal yang sama," kata Reyhan sambil meringis menahan perih luka di sudut bibirnya. "Ya, sudah Abang istirahat saja di kamar, Aisya mau keluar sebentar," ujarnya setelah selesai mengobati Reyhan. Reyhan hanya menganggukkan kepala, dan berbaring di ranjang Aisya. "Bunda, sedang apa?" Tanyanya, kini ia berada di dapur untuk membuang air bekas membersihkan luka Reyhan. "Bunda, lagi masak Ayam kecap sama tumis kangkung," "Reyhan, bagaimana keadaan Reyhan?" Bu Dewi menanyakan keadaan menantunya. "Aisya, suruh Bang Reyhan istirahat di kamar, kayanya lukanya masih saki
Aisya terbangun dari tidurnya karena merasa perutnya lapar, ia melirik jam yang menempel di atas didinding, sudah jam 9.00 malam. Aisya mengedarkan pandangan tak ditemuinya Reyhan. Ia pun melangkah keluar dari kamar dan tetap sama, ia tak menemukan Reyhan.'Apa dia belum pulang sejak dari tadi' gumam Aisya.Aisya beranjak ke dapur, ia membuka lemari es yang berada didapur Apartement Reyhan, ternyata isinya kosong melompong, gak ada makanan yang bisa ia makan. Cacing-cacing di perutnya sudah pada protes minta jatah lagi. Reyhan juga kemana, jam segini belum pulang, gak tahu apa dia kalau istrinya lagi kelaparan dirumah.Aisya kembali masuk ke kamar, ia membuka tas kresek yang berisi jajanan yang dia dan Reyhan beli sewaktu di jalan tadi. Hmm makan ginian mana bakalan kenyang. Setelah habis memakan jajanannya, ia segera meneguk air mineral dalam kemasan yang sisa setengah.Ia memutuskan untuk menonton Tv saja, sambil menunggu Reyhan pulang
Lanjutan Bab 9 ya, kemaren langsung kepencet publish gara-gara batrei hp saya low. Mau mengedit layarnya kok gak bisa geser jadi ya sudah lanjutnya di sini saja. Eh malah curhat lagi. Ya udah nih lanjutannya.======="Sini, biar Abang bantu," Reyhan dengan sigap mengambil dan menyusun belanjaan mereka, sedangkan Aisya masih duduk di atas kursi ia kelelahan.Tak berapa lama Reyhan duduk di samping Aisya."Udah, selesai?" Tanya Aisya"Iya, sudah." Jawabnya sambil meminum air mineral dalam kemasan yang ada di atas meja."Kamu bisa masak, Sya??" Ia menatap Aisya."Gak bisa, Bang. Kalo mie instan bisa," jawabnya"Terus, bahan-bahan yang kita beli tadi, siapa yang mau masak?" Ia kira Aisya bisa masak jadi dia ambil-ambil aja itu, seperti ayam, ikan, daging, dan sayuran dia ambil."Hmm, nanti Aisya yang masak,"" Katanya, gak bisa masak. Gak usah di paksakan kalo gak bisa." Ujar Reyhan"Nanti, masaknya
"Mami." Seru Reyhan kaget.Reyhan dan Aisya langsung melepaskan pelukan mereka. Aisya juga lupa kalau ada Bu Rasti masih berada di sana. Ia jadi kikuk dan menundukan wajahnya. Agak sedikit malu-malu meong."Kok mami bisa di sini?" Ujar Reyhan yang membuat mata Bu Rasti melotot kearahnya."Kenapa, Mami gak boleh gitu datang kesini!?""Bukan begitu, Mi. Maksud Reyhan..""Apa!?" Kata Bu Rasti memotong ucapan anaknya."Cepat, jelaskan pada Mami. Apa kalian tinggal bareng berdua disini?""Iya." Reyhan dan Aisya menjawab berbarengan sambil menganggukan kepala mereka."Apa!?. Astagfirullah, Reyhan apa yang sudah kamu lakukan. Ya Allah Reyhan." Ujarnya pada Reyhan."Sabar, mi. Ini semua gak seperti apa yang Mami pikirkan.""Gak seperti pikiran mami gimana? Laki-laki dan perempuan tinggal satu atap bersama tanpa adanya ikatan, orang-orang pasti akan berpikiran yang tidak-tidak, apalagi mami melihatnya dengan kepala
"Abang, kapan datang?" Tanya Aisya yang baru saja keluar dari kamar mandi."Tadi, pas kamu lagi tidur.""Oh.""Kita shalat Magrib bareng mau!?" Tawar Reyhan."Boleh.""Ya udah, Abang ambil wudhu duluan ya." Kata Reyhan."Ok."Reyhan berjalan menuju kamar mandi dan segera berwudhu. Selesai Reyhan berwudhu Aisya segera masuk ke kamar mandi untuk berwudhu.Mereka melaksanakan shalat Magrib bareng, dan Reyhan sebagai imamnya. Ini pertama kalinya mereka bisa shalat bersama. Biasanya sendiri-sendiri. Setelah selesai shalat Aisya meraih tangan Reyhan dan menciumnya, sedangkan Reyhan mencium kening istrinya.Walaupun pernikahan mereka, menikah karena terpaksa tetapi mereka berdua berusaha untuk mempertahankan dan menjalankan kewajiban mereka masing-masing. Tak berapa lama setelah mereka merapikan peralatan shalat mereka, terdengar suara pintu kamar mereka di ketok.Tok tok"Reyhan, Aisya ayo