Share

3- Kegalauan Haidar

Haidar menghela nafas dan mengaduk-aduk matchiato latte-nya dengan tatapan kosong ke luar jendela cafetaria yang berada di lantai sepuluh. Dari sini ia bisa melihat pemandangan kota Jakarta dan hiruk pikuk kemacetan di jalan raya. Dirinya sedang tak bersemangat setelah dinas malam yang terasa panjang dan melelahkan. Ditambah hubungannya dengan Meta yang masih stuck dan belum ada perkembangan apapun. Apalagi untuk meyakinkan kedua orangtua Meta jika dirinya bisa menjadi imam yang baik untuk Meta, rasanya akan sangat sulit. Belum meyakinkan saja ia sudah ditolak mentah-mentah.

Lagipula apa yang salah dengan status duda? Hanya pernah menikah sebelumnya bukan berarti ia imam yang buruk kan? Jika memang sudah jalannya untuk berpisah, masa harus dipaksakan? Jalan kehidupan setiap orang kan berbeda. Tentu semua itu sudah digariskan oleh takdir kan?

"Kenapa lo? Galau?" Suara Keanu membuat Haidar mengangkat kepalanya dan mendengus kasar." Udah pacaran masih aja galau. Makanya cepetan nikahin."

Haidar berdecak," gampang banget lo ngomongnya."

"Kenapa sih? Ada masalah apa? Sini Mas Keanu ajarin cara menarik perhatian calon mertua biar direstuin," ucap Keanu dengan gaya tengilnya. Ia merangkul Haidar yang jelas-jelas risih dengan kelakuannya. Tapi Haidar tak menghindar.

"Nyokap bokapnya Meta masih gak setuju sama gue. Gara-gara gue duda," ucap Haidar dengan putus asa.

Keanu tergelak. Menahan tawanya. Bukan menertawakan status Haidar saat ini tapi menertawakan jalan pikiran calon mertuanya yang entah seperti apa sampai mempermasalahkan status seseorang seperti itu." Udah coba ketemu lagi?"

Haidar menggeleng," baru sekali aja gue udah diusir."

Keanu melotot tak percaya. Sedrama itukah?" Terus apa rencana lo?"

Haidar mengedikkan bahunya." Kalo gini terus gue capek. Gue kan berhubungan dengan Meta bukan cuma niat pacaran tapi mau nikahin dia juga. Tapi kalo dipersulit begini rasanya kayak gak dihargain aja. Niat gue kan baik. Gue gak pernah ngapa-ngapain si Meta juga. Tapi di mata orangtuanya tuh gue salah terus. Sekarang aja gue backstreet sama Meta. Sial banget kan?"

"Tapi masa lo nyerah gitu aja?"

Haidar mendesah pelan." Bukan nyerah juga sih, Nu. Tapi terkadang ketika perjuangan lo gak dihargai kan rasanya mending nyerah dari awal deh. Cari seseorang yang bisa nerima status gue apa adanya. Gak cuma pasangan tapi juga keluarganya. Karena pernikahan itu kan bukan hanya menyatukan dua hati tapi menyatukan dua keluarga juga. Restu keluarga jelas penting. Kalo restu keluarganya aja gue gak dapet gimana gue bisa lanjutin hubungan ini?"

"Terus Meta gimana?"

"Seperti biasa. Dia minta dinikahin cepet-cepet. Tapi masa gue mau ngajak kawin lari anak orang. Gak etis banget."

"Dia udah coba bujuk orangtuanya belum?"

Haidar hanya mengedikkan bahunya dan memilih menatap ke luar jendela lagi.

Keanu mengerutkan keningnya dan berpikir. Meski memang kisah Haidar agak rumit karena bersangkutan dengan keluarga inti si wanita yang ingin dia nikahi. Apalagi wanita kan butuh ayahnya sebagai wali nikah nanti. Jelas aspek itu adalah yang terpenting.

Tak lama Shanum dan Abizar datang ke cafetaria. Mereka membawa nampan berisi makanan masing-masing lalu menghampiri meja Haidar dan Keanu.

"Mas kenapa? Lagi marahan?" tanya Shanum saat melihat Keanu dan Haidar saling duduk membelakangi.

"Eh? Shanum. Gak kok. Lagi bantuin Haidar mikir."

Shanum mengerutkan keningnya sementara Abizar memilih untuk menyantap makanannya.

"Memangnya kenapa?" tanya Shanum lagi.

"Biasa. Gak direstuin calon mertua," ucap Keanu dengan senyuman jahilnya. Tapi Haidar sepertinya sedang tidak bisa diajak bercanda. "Makanya dia galau."

" Masa sih? Orangtua Meta gak setuju?" tanya Shanum yang tak percaya. Padahal ia pikir hubungan Haidar dan Meta berjalan lancar. Bahkan mereka katanya mau menikah.

"Gak tau ah. Pusing." Haidar memegangi kepalanya. Ia malah beranjak dari tempatnya dan pergi.

"Kan ngambek. Biasalah. Kesepian doi," ledek Keanu lagi yang memilih untuk menyantap makan siangnya.

"Tiara mana, Mas? Biasanya bareng," ucap Shanum lagi yang suka kekompakan Keanu dan Tiara. Mereka seringkali makan siang bersama dan mencoba menyesuaikan jadwal mereka. Meski terkadang Tiara atau Keanu yang harus menunggu.

"Tiara lagi sakit jadi gak kerja hari ini," ucap Keanu yang terlihat murung." Kebanyakan lembur karena kemarin kan ganti jadwal pas cuti honeymoon. Katanya ada yang tukeran cuti sama temannya jadi dia jam kerjanya nambah."

"Wah! Pasti capek banget. Apalagi dia sekarang jadi perawat bagian rawat inap ya."

Keanu mengangguk lagi lalu mendelik ke arah Abizar." Iya nih gara-gara peraturan di sini. Suami istri gak boleh kerja dalam satu ruangan yang sama. Bilang aja dia sirik gara-gara gak bisa kerja bareng istrinya juga." Ia mencebik membuat yang dibicarakan menoleh kepadanya dan menunjuk dirinya sendiri." Eh? Ngerasa ya?"

Abizar hanya mendengus," saya kan hanya ingin profesionalitas kalian. Bukan karena iri. Ngapain iri? Toh di rumah juga puas-puasan sama istri sendiri."

Keanu terkekeh geli apalagi wajah Shanum memerah seketika." Jadi gimana kadonya?" tanyanya lagi membuat Shanum memilih beranjak dan membeli kopi dibanding mendengar pembicaraan absurd para pria di sekitarnya ini.

"Apaan? Kayak gituan dijadiin kado. Gak butuh tahu." Abizar mencebik dengan tatapan tak suka.

"Hah? Masa? Kan hampir tujuh tahun gak di asah. Masih normal kan?" tanya Keanu yang kemudian tertawa sendiri karena ucapannya.

"Ya masih lah! Masih kuat, masih bagus, no minus! Jadi gak usah deh ngasih obat kuat begitu. Kalo butuh saya juga bisa beli sendiri."

Keanu tak bisa menahan tawanya lagi. Ia sampai memegangi perutnya sendiri. Sebenarnya ia agak balas dendam ke Abizar yang memberi kado beberapa set lingerie. Walau sangat berguna sih jadi Tiara punya stok seragam malam yang banyak.

Shanum hanya menggelengkan kepalanya saat mendengar suara tawa Keanu yang sangat keras itu. Pasti pembicaraan mereka berdua aneh-aneh deh. Shanum sudah bisa menebaknya.

..........

Denaya memegangi perutnya yang sudah tampak membuncit. Usia kandungannya sudah jalan tiga bulan. Wanita muda itu pun tak jarang harus memuntahkan isi perutnya lagi di saat rasa mual melingkup dirinya. Ia terpaksa tidak bisa melanjutkan KOAS karena keadaannya tak memungkinkan. Tubuhnya sering lemas. Jika ia tetap KOAS yang ada dirinya akan semakin drop dwn Richardo juga tak mengijinkan.

Sekarang Denaya ikut suaminya-- Richardo di Kalimantan. Selain memiliki beberapa cabang restoran, Richardo juga memiliki pekerjaan lain di daerah Kalimantan. Pria itu sedang membangun proyek waduk yang dulunya bekas galian penambangan yang sudah tak terpakai lagi.

Dan demi menutupi aib keluarganya, jadilah Denaya terpaksa ikut suaminya ke pulau sebrang yang jauh dari keluarga intinya. Apalagi tempat tinggalnya kini di dalam hutan dan jauh dari perkotaan. Setiap periksa kandungan saja Denaya harus menempuh perjalanan berjam-jam demi bisa sampai di sebuah klinik kandungan. Meski Richardo kaya raya juga tapi tak sekaya Abizar, Denaya tetap tak bisa menikmatinya. Bagaimana bisa ia menikmati uang di tengah hutan begini? Yang ada kerjaannya hanya main hape atau melihat-lihat kebun. Sangat membosankan. Ia sendiri tak punya teman dan seringkali sendirian di rumah saat Richardo bekerja. Denaya tak bisa banyak protes karena ketidakberdayaan dirinya. Richardo memang memperlakukannya dengan baik tapi semua itu tak membuat Denaya luluh. Ia perlu hiburan, ia butuh tempat yang ramai. Bukan hutan seperti ini.

"Bisa-bisa keluar dari sini aku jadi manusia paling gaptek sedunia."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status