"Num. Sibuk gak?" tanya Keanu yang tahu-tahu membuka pintu ruangan Shanum. Membuat Shanum sedikit terkejut karena tadinya ia sedang menuliskan buku rekam medis milik pasien terakhirnya.
"Mas ih! Salam dulu kek. Bikin kaget aja." Shanum malah menggerutu. Untung saja jantungnya sangat sehat.
Keanu malah tersenyum geli." Assalamualaikum." Ia pun menuruti keinginan sahabatnya itu.
"Waalaikumsalam." Shanum akhirnya tersenyum juga." Kenapa emang, Mas? Aku baru aja selesai praktek sih."
"Eh iya besok kamu mau cuti bulan madu ya. Pasti sibuk mau packing ya?" tanya Keanu.
"Gak kok. Santai aja lagipula berangkatnya kan malam. Memang kenapa sih?"
"Temenin Haidar yuk," ucap Keanu membuat kening Shanum mengerut.
"Memangnya Mas Haidar kenapa?"
"Galau. Baru putus. Kasihan orangnya bengong terus di taman padahal harusnya udah pulang daritadi. Takut sawan." Keanu malah tertawa kecil. Seakan pria itu memang tak pernah bisa serius.
Shanum pun akhirnya segera menyelesaikan pekerjaannya." Ya udah yuk," ucapnya setelah merapihkan meja dan melepas jas putihnya. Ia pun mengikuti Keanu ke arah taman yang berada di belakang gedung rumah sakit.
Di sana Haidar tampak duduk menghadap air mancur di depannya. Kepalanya tertunduk seakan tak ingin melihat sekelilingnya, mungkin hanya merasakan rasa sakit yang teramat sangat dari dalam hatinya. Meski hubungannya dengan Meta baru sebentar, Haidar sudah sangat mencintai gadis itu. Ia merasa bisa mengikhlaskan kepergian Sofia dulu juga kekecewaannya terhadap mendiang istrinya terdahulu yang tidak ia ketahui. Tapi nyatanya kehilangan Meta malah memperparah lukanya, membuatnya seakan menjadi pria terlemah saat ini. Ia tidak menyangka kehilangan Meta malah membuatnya seakan kehilangan arah. Ia terlalu berharap dengan hubungan singkatnya nanti bisa berlanjut ke hubungan serius, menjadikan Meta istri sekaligus pengganti Sofia di hatinya.
Haidar jadi teringat begitu banyak dosanya pada Shanum yang juga mantan istrinya. Ia terlalu banyak bersikap dzolim pada Shanum sampai membuat wanita itu selalu merasakan tekanan dalam batinnya. Sampai semua perlakuan Sofia terhadap Shanum pun Haidar seakan menutup mata. Penyesalannya semakin mendalam saat menyadari kebahagiaan Shanum bukan pada dirinya meski ia mencoba untuk membahagiakan mantan istrinya itu dulu. Haidar mengira ini pasti karma untuk dirinya dan segala kesalahan yang ia perbuat di masa lalu. Ia siap menerimanya jika memang hal ini harus ia lewati karena kesalahannya sendiri.
"Mas, Mas Haidar baik-baik aja?" Suara Shanum membuat Haidar mendongakkan kepalanya dan menatap wanita yang pernah menjadi istrinya selama beberapa bulan itu.
Tiba-tiba Haidar beranjak dari tempatnya dan berlutut di hadapan Shanum, membuat wanita itu terkejut sampai memundurkan langkahnya." Maafin aku, Num. Maafin kesalahan aku dulu yang mengabaikan kamu."
"Mas. Jangan begini," ucap Shanum yang tak enak hati. Apalagi sekarang mereka jadi tontonan di taman rumah sakit yang lumayan ramai ini. Shanum melirik sekilas ke Keanu yang hanya mengangguk kecil seolah membiarkan Haidar bertindak seperti itu.
"Maafin kesalahan aku. Aku udah banyak dosa selama jadi suami kamu dulu. Sampai sekarang ketika aku sadar dengan pentingnya kehadiran seseorang, Allah seakan gak merestuinya. Aku tahu ini semua karena kesalahanku. Tolong maafin aku. Doakan biar semua kehidupanku bisa lancar. Maaf karena dosaku terlalu banyak pada kamu, Num."
Tanpa sadar Shanum menitikkan air matanya. Bagaimana pun juga ia masih sangat mengingat rasa sakitnya dulu saat diabaikan suaminya sendiri sampai rasa itu akhirnya kian hampa dan malah mencintai pria lain. Shanum sadar ia juga banyak kesalahan. Sekarang Shanum sudah merelakan segala kejadian dalam pernikahannya dulu dan membiarkannya menjadi kisah masa lalu. Ia tidak ingin luka di masa lalunya menjadi penghambat kebahagiaannya. Nyatanya masa lalunya malah seakan menjadi penghambat untuk kebahagiaan Haidar, mantan suaminya." Shanum sudah memaafkan Mas sejak dulu," ucapnya sembari membantu Haidar berdiri. Pria itu masih tertunduk di depannya." Mas harus kuat. Cobaan yang Mas hadapi bukan hukuman dari Allah. Itu hanya salah satu rintangan untuk Mas hadapi. Kalo pun Mas dan Meta belum berjodoh, mungkin memang jodoh Mas ada di wanita lain yang InsyaAllah lebih baik untuk Mas. Jangan hukum diri Mas sendiri. Mas harus kuat seperti sebelumnya."
Haidar perlahan mengangkat wajahnya dan menatap Shanum." Mungkin memang belum saatnya aku memulai kehidupan baru."
Shanum tersenyum mengerti." Menikahlah saat kamu siap, bukan saat kamu merasa tertinggal dengan kawan-kawanmu yang lain. Jodoh Mas pasti ada hanya belum Mas temui saja. Lebih baik Mas memperbaiki diri Mas sendiri, dengan begitu jodoh Mas di sana juga memperbaiki dirinya dan insyaAllah kalian akan bertemu di saat yang tepat."
Haidar tersenyum getir, baru menyadari kedewasaan wanita di depannya. Bahkan setelah semua rasa sakit yang dia rasakan, Shanum tetap ikhlas menjalani kehidupannya tanpa pernah mengeluh sedikit pun. Sampai-sampai dia bisa menemukan kebahagiaannya sendiri. Jauh lebih baik dari dirinya.
Keanu pun akhirnya maju dan memeluk pundak Haidar demi menguatkan sahabatnya itu. "Kalo Meta bukan jodoh lo, masih ada ikan di laut kok."
Haidar mendelik ke arah Keanu, "gue nyari jodoh bukan mau mancing!"
Keanu tertawa geli. Perlahan orang-orang pun bubar meninggalkan mereka bertiga di tengah taman.
Shanum hanya tersenyum melihat Haidar dan Keanu yang sibuk bertengkar mulut seperti biasa. Wanita itu kemudian melirik sekilas ke arah lobby rumah sakit, Abizar tampak berdiri di sana dan tersenyum ke arahnya. Shanum pun akhirnya menghampiri pria itu yang sejak pagi sudah sibuk dengan operasi usus buntu salah satu pasiennya. "Mas. Udah selesai?"
Abizar mengangguk. "Iya. Baru selesai operasi eh ngeliat drama mengharukan," ucapnya.
Shanum mengerucutkan bibirnya, "jangan begitu. Mas Haidar lagi galau tau."
Abizar tersenyum kemudian mengusap puncak kepala Shanum dengan lembut. "Iya iya. Semoga dia bisa mendapat yang terbaik ya."
"Aamiin."
"Ya udah Mas siap-siap dulu nanti kita pulang bareng ya."
Shanum pun mengangguk lalu ia memilih untuk kembali ke ruangannya sementara Haidar dan Keanu tampak masih mengobrol di taman.
"Iya. Pada akhirnya Meta akan dijodohkan oleh orangtuanya. Mereka kayaknya takut jika Meta terus berhubungan sama gue yang cuma duda ini," ucap Haidar dengan nada putus asa setelah Keanu memaksanya untuk bercerita.
Keanu menghela nafas. Tak menyangka kisah cinta sahabatnya akan sepelik ini. Ia pikir semua akan berjalan lancar. "Terus lo gimana?"
Haidar mengedikkan bahunya, "mungkin gue harus melupakannya. Gue gak mungkin memaksakan hubungan ini. Restu orangtuanya aja gak dapet." Ia terlihat sangat putus asa dan mencoba ikhlas dengan hal ini.
Keanu menepuk-nepuk pundak Haidar, berusaha menguatkan sahabatnya. "Tenang. Nanti gue kenalin lagi sama cewek."
Haidar berdecak. Bahkan di saat seperti ini Keanu masih saja bergurau. "Gak deh makasih! Gue cari sendiri aja yang mau nerima gue apa adanya."
Keanu tergelak. "Iya deh iya. Gue yakin lo bisa nyari calon istri yang baik kok. Jangan salah pilih lagi ya."
Haidar mendengus kasar, "mudah-mudahan aja. Gue juga capek kalo salah pilih terus. Gue kan ingin menikah dengan jangka panjang dan punya partner seumur hidup."
"Mungkin jodoh lo belum lahir, Dar. Atau masih sekolah. Anggap aja begitu."
"Sialan!"
Sepulangnya Shanum dan Abizar ke rumah, mereka langsung beristirahat demi menjaga stamina untuk perjalanan panjang besok malam."Mas mau dibuatin kopi?" tanya Shanum saat melihat Abizar sedang duduk bersandar di ranjangnya."Gak usah, sayang. Lagian nanti jadi gak bisa tidur cepat. Kita kan besok mau perjalanan panjang.""Iya juga sih." Shanum pun beranjak menuju lemarinya dan menga
Sekitar tengah malam, Abizar dan Shanum baru sampai di Labuan Bajo. Mereka pun melanjutkan perjalanan dengan mobil beserta supir yang sudah mereka pesan sebelumnya. Mereka pun dibawa ke Mohini Resort, salah satu tempat penginapan yang berada tak jauh dari pantai dan bukit. Meski malam hari, Shanum tahu jika pemandangan di sekelilingnya sangatlah indah.Aroma pantai.Angin malam.Mem
Bulan madu Shanum dan Abizar berlalu begitu cepat. Mungkin benar kata orang, apapun hal bahagia di dalam hidupmu terasa berlalu sangat cepat. Lain jika sebuah rasa sakit dan sedih, pasti terasa lama sekali hari berjalan karena sibuk meratapi kekecewaan seperti yang Haidar alami kini.Sejak hubungannya dengan Meta yang tak berjalan mulus, Haidar memilih untuk bekerja lebih keras di bagian penyakit dalam. Bahkan seringkali ia tak pulang ke rumah hanya demi bekerja. Karena jika di rumah pun, ia hanya akan merasa kesepian karena tidak ada satu pun orang yang menyambutnya di rumah.
Siang harinya...Setelah menyelesaikan konsultasi dengan pasien terakhirnya, Shanum segera keluar dari ruangannya. Ia hampir saja terjungkal karena kaget saat membuka pintu ruangannya, Abizar berdiri di sana dengan tatapan yang tak bisa ia artikan. "Mas, ngagetin tahu!" Ia memegangi dadanya yang berdegup cepat.Abizar hanya diam kemudian menarik tangan Shanum dan masuk lagi ke dalam ruangan istrinya yang telah kosong itu dan menutup pintunya. Perawat yang mendampingi Shanum praktek juga sudah kelur lebih dulu.
Haidar menatap Meta yang kini duduk di depannya. Tadinya ia dan wanita itu memang tidak berniat untuk bertemu apalagi duduk berdua lagi seperti ini. Rasanya terlalu sakit untuk Haidar melakukannya lagi, seakan mengulang kisah lama mereka. Sayangnya kini Meta sudah menerima perjodohannya dengan pria pilihan orang tuanya. Itu berarti hubungan mereka berdua juga sudah berakhir.Namun saat sedang berada di sebuah cafe, tiba-tiba Haidar tak sengaja berpapasan dengan Meta yang baru saja memesan matcha latte favoritnya. Wanita itu akhirnya mengajak Haidar untuk bergabung."Apa kabar?" tanya Meta yang berbasa-basi. Meski ia sadar jika kehadi
"Mas, kenapa?" tanya Shanum yang merasa suaminya lebih banyak diam akhir-akhir ini. Ia pun berinisiatif membuatkan coklat panas dan mengantarkannya ke Abizar yang sedang duduk di balkon kamar mereka sembari menatap langit malam yang cerah saat itu.Abizar menoleh pada istrinya dan tersenyum kecil. "Aku gak apa-apa kok. Sini." Ia menepuk tempat kosong di sebelahnya.
Abizar berdiri di depan kamar rawat Camelia yang pintunya tertutup. Tak lama seorang pria yang Abizar ketahui adalah suami dari Camelia itu keluar. Pria itu pun menyapanya dengan sopan meski wajahnya terlihat kelelahan tapi dia tetap tersenyum saat menyapanya. Sebelum pintu kamar rawat itu tertutup kembali, Abizar dapat melihat sosok Camelia yang tengah duduk bersandar di brankarnya dan menatap ke arahnya tanpa ekspresi.Benar-benar mirip. Abizar memb
Sekitar tengah malam, Shanum dan Abizar sudah sampai di Bandung. Jasmine dan Januar pun tampak menunggu kedatangan anak dan menantunya itu. Bahkan keduanya tidak terlihat mengantuk sama sekali dan malah mengajak Shanum dan Abizar membicarakan soal pembuatan ijin untuk yayasan yang akan mereka bangun nanti.Karena keantusiasan Jasmine dan Januar, Shanum dan Abizar jadi ikut semangat dan tidak merasa lelah sama sekali meski mereka sudah melalui perjalanan jau