Share

6- Bulan Madu

Author: adwlstr28
last update Last Updated: 2020-10-20 04:44:51

Sepulangnya Shanum dan Abizar ke rumah, mereka langsung beristirahat demi menjaga stamina untuk perjalanan panjang besok malam.

"Mas mau dibuatin kopi?" tanya Shanum saat melihat Abizar sedang duduk bersandar di ranjangnya.

"Gak usah, sayang. Lagian nanti jadi gak bisa tidur cepat. Kita kan besok mau perjalanan panjang."

"Iya juga sih." Shanum pun beranjak menuju lemarinya dan mengambil koper untuk packing baju-bajunya dan baju Abizar.

"Kamu memang gak capek udah langsung packing aja?" tanya Abizar yang beranjak dari tempatnya dan berniat membantu istrinya.

"Belum ngantuk abisnya, Mas. Jadi sekalian aja biar besok santai."

Abizar mengangguk setuju. Ia pun membantu Shanum memasukkan baju-baju mereka ke dalam koper. Abizar teringat sesuatu dan langsung mengambilnya dari dalam tas kerjanya. "Oh iya. Ini." Ia malah mengeluarkan sebuah paper bag berukuran sedang ke istrinya.

"Apa ini, Mas?" tanya Shanum yang terlihat bingung.

"Dari aku," jawab Abizar dengan wajah memerah.

Shanum mengerutkan keningnya. Apalagi saat wajah suaminya malah bersemu merah seperti tomat. Tanpa kecurigaan sedikit pun, Shanum membuka paper bagnya dan melihat beberapa helai lingerie berbagai model dengan warna merah, hitam dan biru muda. Seketika pipinya memerah lalu melirik suaminya yang menahan geli. "Mas? Kamu yang beli semua ini?"

Abizar menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Iya. Aku beli online kok. Dan kupikir itu cocok buat kamu."

Shanum mengusap wajahnya, menahan malu. Padahal ia sudah sering melakukannya dan ia pun punya beberapa lingerie pemberian Mas Keanu. Karena pria itu selain memberinya kado obat kuat untuk Abizar, juga beberapa potong lingerie. Sepertinya Mas Keanu balas dendam dengan Mas Abizar yang memberi kado lingerie juga di pesta pernikahannya. "Aku bawa nih buat di Labuan Bajo?"

Abizar mengangguk kecil. "Iya. Nanti di sana dipakai ya. Aku udah sewakan villa private buat kita."

Shanum tersenyum geli. Meski ini bulan madu yang tertunda dan bulan madu pertama mereka, tapi rasanya masih berdebar-debar. "Baiklah. Terima kasih ya, Mas." Ia mengecup bibir Abizar sekilas.

"Jangan mancing-mancing deh, sayang. Aku tuh lagi nahan biar di sana aja kita ena-enanya. Kan biar hot dan romantis."

..........

Sorenya setelah solat Ashar, Shanum dan Abizar pergi ke Bandara dengan menggunakan taksi online. Mereka pun membutuhkan waktu sekitar dua jam untuk sampai di Bandara Soekarno Hatta karena memang jalan raya lumayan macet dikarenakan weekdays. Abizar sengaja memesan tiket dan bulan madu di weekdays agar nanti di daerah Labuan Bajo tidak terlalu ramai.

Abizar pun sudah memesan Mohini resort sebagai tempat tinggal mereka selama di Labuan Bajo. Selain tempatnya yang tenang, pemandangannya juga sangat bagus. Ia juga sudah menyewa tour guide untuk perjalanan mereka selama di Labuan Bajo. Yang jelas orang yang mengerti sekali dengan daerah di sana.

Sekitar jam delapan malam, Shanum dan Abizar baru sampai di Bandara. Mereka pun langsung masuk karena jam penerbangan mereka di jam sembilan.

"Mas." Shanum menggenggam tangan Abizar dengan wajah yang terlihat khawatir.

"Kenapa, sayang?"

"A-aku agak takut naik pesawat sebenarnya," cicit Shanum dengan wajah yang begitu polos.

Abizar tersenyum geli lalu mengusap puncak kepala istrinya dengan lembut. "Kan ada aku. Kalo takut pegang tanganku aja."

"Kita gak akan kenapa-napa kan?"

Abizar mengangguk. "InsyaAllah."

...........

Meta terdiam di sebuah cafe sembari mengaduk-aduk matcha lattenya yang sudah dingin. Sesekali ia menghela nafas kemudian menatap ke luar jendela cafe yang kacanya menempel bulir bulir dari air hujan. Sore itu Ibukota kembali diguyur hujan bahkan sejak satu jam yang lalu. Entah apa yang membuatnya menunggu di cafe biasa ia bertemu dengan Haidar. Tapi bukan untuk bertemu pria itu. Ia hanya sekedar duduk di sini, membayangkan Haidar yang duduk di depannya seperti hari hari mereka yang dulu.

Sudah dua minggu lebih Meta dan Haidar tak lagi saling berkomunikasi. Ibunya pun semakin menyuruhnya untuk bertemu dengan pria yang akan dijodohkan dengannya. Tapi sampai saat ini mereka belum pernah bertemu. Meta bersyukur. Lebih baik begitu daripada ia harus menjalani perjodohan dengan pria yang tak ia cintai. Entah seperti apa prianya, Meta berharap perjodohan itu tak pernah terjadi. Mungkin hanya sekedar gertakan dari sang Ibu. Meski ia juga belum tentu bisa melupakan Haidar. Dan sepertinya Haidar juga sudah lelah dan menyerah.

Memang seharusnya begitu kan? Dibanding berkali-kali harga diri pria itu dijatuhkan oleh orangtuanya hanya karena statusnya yang pernah menikah.

"Permisi." suara pria yang terdengar asing di telinga Meta, membuat wanita itu mengangkat kepalanya dan melihat pria berkulit putih dengan mata agak sipit tersenyum kecil ke arahnya dan berdiri di depannya. "Boleh saya duduk di sini? Kamu ... Meta kan?" tanyanya dengan ragu.

"Eh?" Meta tampak bingung.

"Aku Rasya. Anak dari teman Ibumu."

Meta membulatkan tangannya dan seketika keningnya berkerut. Berusaha mengingat-ingat nama itu.

Rasya.

Meta pun teringat soal Ibunya yang menyebut-nyebut nama Rasya. Pria yang dijodohkan dengannya. Tapi kenapa pria itu ada di sini sekarang? Darimana dia tahu jika dirinya di sini? Padahal mereka belum janjian sebelumnya. Apa ini perbuatan Ibunya?

"Aku ke sini karena Tante Resita yang memberi tahu. Katanya kamu kalo gak di klinik ya di cafe ini. Tadi aku sudah ke klinik kamu tapi kamu katanya gak ada dan udah pulang. Jadi aku ke sini." Rasya seolah mengerti apa yang tengah dipikirkan Meta saat ini.

"Oh iya." Meta mengusap batang hidungnya yang mendadak gatal. "Silahkan duduk."

Rasya pun duduk di depan Meta dan meletakkan satu cup greentea latte with ice miliknya. "Kenapa sendirian aja di sini? Aku pikir ada hal yang membuatmu betah berlama-lama di sini?"

Meta tersenyum kecil. Ia memandang ke luar jendela dan melihat Haidar memasuki Cafe bersama Keanu. Mereka menggunakan satu payung yang jelas- jelas tak cukup untuk mereka berdua yang tubuhnya sama besar. Haidar tampak ngedumel saat punggungnya basah.

"Lo sih. Gue jadi basah deh," gerutu Haidar sembari menepuk-nepuk pundaknya yang basah.

"Siapa suruh lo malah ikut gue. Gak bisa banget gue tinggal sebentar ya. Bawaannya ngintilin mulu. Makanya cari istri sana!"

"Apa hubungannya bodoh!"

Mereka berdua pun memesan minuman di kasir dan mereka tidak menyadari kehadiran Meta yang lebih dulu ada di dalam cafe.

Meta hanya terdiam sembari menatap punggung pria berkemeja navy itu. Ia merindukannya. Ia sengaja ke sini dan berharap bisa melihat Haidar secara langsung. Meski mereka mungkin tak bisa bersama. Dan hari ini ia bisa melihatnya lagi meski ia bersama pria lain.

Rasya seakan menyadari kemana tatapan Meta. Mata Meta seakan tak lepas dari pria berkemeja Navy. Bahkan sampai pria itu keluar lagi dari cafe. "Kamu sudah punya kekasih?" tanyanya langsung.

Meta langsung tersadar ketika Haidar sudah menyebrang jalan bersama Keanu. Ia pun menatap Rasya yang terlihat sedang menilainya. "Semua sudah berakhir. Bahkan sebelum kami memulainya."

"Kamu mencintainya?" tanya Rasya lagi.

"Bahkan cinta kami saja tak cukup untuk meluluhkan hati orangtuaku."

"Makanya kamu akhirnya menerima perjodohan ini?"

Meta mengangguk pasrah.

"Tapi aku tidak," ucap Rasya langsung, membuat Meta menatapnya tak percaya.

"Maksud kamu? Kalo gak nerima perjodohannya kenapa kamu ada di depanku sekarang?"

"Karena ada orang yang kusukai di rumah sakit itu." Rasya menunjuk rumah sakit tempat Haidar bekerja.

Membuat Meta semakin bertanya-tanya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Perfect Partner in Life   34- Be Happy Ending

    Terkadang waktu menjadi obat yang paling ampuh untuk melupakan. Seiring berjalannya waktu dan kelapangan hati untuk mengikhlaskan seseorang yang telah bahagia, maka hati pun ikut merasa lega. Seolah segala beban dan sesak itu menghilang.Haidar menikmati kopi amerikanonya sembari menatap ke luar jendela. Hujan baru saja reda setelah hampir dua jam membasahi bumi. Ia pun telah menghabiskan dua gelas kopi demi membunuh waktu secara perlahan. Sudah beberapa bulan ini, menghabiskan waktu di kafe menjadi kegiatan libur kerjanya. Walau sendirian, ia merasa nyaman. Terlihat menggenaskan memang, tak jarang Keanu mengejeknya... tapi ia tidak peduli.Matanya menangkap sosok yang baru saja turun dari mobil. Lalu pria yang dilihatnya itu berjalan menuju pintu penumpang dan membukakaknnya. Dia memapah wanita dengan perut yang membuncit dan tampak kesusahan untuk berjalan sendirian. Keduanya saling melempar senyum sebelum berjalan masuk ke dalam kafe. Mereka duduk tak jauh dari meja

  • Perfect Partner in Life   33- Baby Ar

    “ Istri lo mau melahirkan, kenapa lo malah pingsan di sini sih?” Haidar mengguncang- guncangkan tubuh Keanu yang limbung setelah mendapat panggilan dari ruang UGD soal istrinya yang mengalami kontraksi sebelum jadwal operasi dilakukan. Tapi setelah menjelaskan telepon yang diterimanya, dia malah jatuh ke lantai dan hampir tak sadarkan diri.“ Gue kok takut ya?”Haidar mendengus geli melihat wajah sahabatnya saat ini. Keanu sungguh menyebalkan dengan wajah konyolnya itu. “ Dokter bakal ngasih Tiara obat pereda kontraksi. Operasinya akan dilakukan sebentar lagi. Mending lo bersiap deh,” ucapnya yang sempat menelpon bagian UGD dan menanyakan soal kabar Tiara.Keanu hanya mengangguk dan kembali duduk di kursinya dengan tatapan kosong. “ Gue harus masuk ke dalam juga nggak menurut lo?” tanyanya dengan wajah polos.“ Lo udah diskusiin sama istri lo soal itu belum?” tanya Haidar balik. Entah kenapa ia m

  • Perfect Partner in Life   32- Menjadi Ayah

    “ Istri lo mau melahirkan, kenapa lo malah pingsan di sini sih?” Haidar mengguncang- guncangkan tubuh Keanu yang limbung setelah mendapat panggilan dari ruang UGD soal istrinya yang mengalami kontraksi sebelum jadwal operasi dilakukan. Tapi setelah menjelaskan telepon yang diterimanya, dia malah jatuh ke lantai dan hampir tak sadarkan diri.“ Gue kok takut ya?”Haidar mendengus geli melihat wajah sahabatnya saat ini. Keanu sungguh menyebalkan dengan wajah konyolnya itu. “ Dokter bakal ngasih Tiara obat pereda kontraksi. Operasinya akan dilakukan sebentar lagi. Mending lo bersiap deh,” ucapnya yang sempat menelpon bagian UGD dan menanyakan soal kabar Tiara.Keanu hanya mengangguk dan kembali duduk di kursinya dengan tatapan kosong. “ Gue harus masuk ke dalam juga nggak menurut lo?” tanyanya dengan wajah polos.“ Lo udah diskusiin sama istri lo soal itu belum?” tanya Haidar balik. Entah kenapa ia m

  • Perfect Partner in Life   31- Penantian

    Jika kamu menginginkan sesuatu di dunia ini, maka berdoalah dan minta pada Yang Maha Kuasa. Lalu Tuhan akan memberikan dua opsi, Tuhan selalu mengabulkan doa para hamba- Nya di waktu yang tepat atau menggantikan permintaanmu dengan sesuatu yang jauh lebih tepat.Setelah ratusan hari, ratusan sepertiga malam dan ribuan kali bersujud... kini Tuhan pada akhirnya mengabulkan permintaan dari hamba- Nya. Permintaan yang jelas mudah bagi Tuhan untuk berikan, tapi mungkin Tuhan senang mendengar doa kita pada- Nya. Sehingga kini waktunya Shanum mencecap kebahagiaan dari apa yang dia usahakan dan berdoa selama ini.Abizar tak henti- hentinya mengucap rasa syukur melihat kantung janin yang sudah terbentuk di layar USG. Tangannya menggenggam jemari istrinya dengan erat dan mengecupnya sesering mungkin, seolah berterima kasih dengan semua pertahanan istrinya selama ini.Dokter Rebeca sampai mengusap air di sudut matanya, melihat kebahagiaan pada pasien serta suaminya yang ju

  • Perfect Partner in Life   30- Feeling Suami

    Saat siang Tiara dan Keanu baru pulang dari rumah Shanum dan Abizar. Keanu berkali- kali meminta maaf karena sudah mengganggu hari libur keduanya dan Shanum juga berkali- kali bilang jika ia tidak keberatan sama sekali.“ Lucu ya mereka berdua,” ucap Shanum setelah Tiara dan Keanu pulang.“ Iya. Serasi banget mereka berdua tuh. Keanu yang konyolnya nggak ketolongan dan Tiara yang galak.”“ Padahal dulu Tiara wanita yang manis loh, Mas.” Shanum ingat betul dengan Tiara yang juga pernah beberapa minggu mendampinginya praktek, sebelum akhirnya menjadi perawat untuk Keanu.“ Ya, mungkin dengan kegalakannya jadi dia bisa menghadapi suaminya itu.” Abizar tertawa membayangkan bagaimana keduanya yang sering bertengkar mulut, walau tak jarang juga keduanya bersikap sangat manis. Membuat siapapun iri pada mereka.Shanum mengangguk lalu mengajak Abizar membereskan dapur yang agak berantakan. Padahal tadi Keanu m

  • Perfect Partner in Life   29- Keinginan Bumil

    Seperti biasa, setiap pagi Keanu menemani istrinya untuk berjalan- jalan di sekitar komplek perumahan mereka. Tiara pun sudah resmi mengambil cuti lahiran sejak satu minggu yang lalu. Sekarang istrinya tengah mempersiapkan diri untuk operasi caesar yang akan dilaksanakan dalam waktu dua minggu lagi. Karena tekanan darah istrinya selalu tinggi, jadi melahirkan secara pervaginaan bukan pilihan yang tepat. Jalan satu- satunya adalah operasi caesar. Lagipula, mau melahirkan dengan cara apapun... perjuangannya pun sama. Semuanya sama- sama butuh pengorbanan. Jadi jangan pernah menjudge wanita yang melahirkan secara caesar maupun normal, keduanya sama- sama adalah calon ibu.Terkadang omongan orang di luar sana memang menyakitkan, seolah mereka sangat mengerti apa yang tengah orang lain rasakan. Padahal mereka hanya menilai dari luarnya saja. Keanu seringkali mengingatkan istrinya untuk cuek dengan ucapan orang- orang, terutama soal fisik Tiara yang memang jauh lebih berisi dibandi

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status