Share

Bab 2

Warning... !!!

Bab ini mengadung adegan dewasa, bijaklah memilih bacaan.. !!

21++

⭐️⭐️⭐️⭐️⭐️

Malvin terdiam kemudian menghentikan sebuah taxi. Mereka pulang menuju apartemen Malvin.  Saat hendak turun dari taxi, Evelyn memeluk Malvin. Akhirnya Malvin menggendong Evelyn masuk ke apartemennya. Dengan susah payah Malvin berjalan dan berusaha membuka pintu apartemennya karna Evelyn semakin erat memeluknya.

"Jangan pergi ... jangan pergi ...." Evelyn meracau.

Malvin membaringkan tubuh Evelyn di tempat tidurnya, namun Evelyn tetap enggan melepaskan pelukannya, dengan terus mengatakan "jangan pergi ...."

Malvin menatap Evelyn hangat, kemudian tangan kanannya terulur membelai rambut Evelyn, mengusap pipi Evelyn dan menyentuh bibir mungil Evelyn. Hati Malvin bergetar.

"Aku tidak akan meninggalkanmu Evelyn." Bisik Malvin.

Detik itu juga mata Evelyn yang sedari tadi tertutup kemudian terbuka. Dengan lembut dan tiba - tiba Malvin mencium bibir Evelyn. Evelyn kembali memejamkan mata dan membalas ciuman Malvin.

Seakan tidak ingin terhenti, Malvin terus melumat bibir Evelyn, mengesapnya hingga dalam, penuh hasrat yang semakin lama ciumannya terasa semakin memanas dan menggebu-gebu. Malvin melepaskan ciumannya untuk mengatur nafas, Malvin menatap iris mata Evelyn dalam yang kini juga sedang menatapnya, kemudian Evelyn kembali memejamkan matanya seolah telah siap menerima semua perlakuan Malvin terhadapnya.

Malvin tersenyum, lalu kembali berbisik "Kamu menyukainya ? Bersiaplah, kita akan bersenang-senang malam ini."

Malvin mengecup telinga Evelyn lembut dengan sedikit membasahinya, Evelyn mendesah membuat Malvin semakin bergairah. Diciuminya rahang hingga leher Evelyn dengan mesrah, Evelyn menggeliat menikmatinya. Malvin kembali mencium bibir Evelyn, mengulurkan lidahnya menelusuri rongga mulut Evelyn. Tangan kanannya bergerak melepaskan kancing baju Evelyn.

Evelyn meraba dada bidang milik Malvin, dilepasnya juga kancing kemeja Malvin satu persatu. Malvin berdiri, dibantunya Evelyn melepaskan pakaiannya. Kemudian berganti melepas pakaian Evelyn dan menyisakan pakaian dalamnya.

Evelyn bangkit kemudian membungkukkan badannya, meraba sesuatu milik Malvin, meremas dan kemudian mencumbunya. Malvin mengerang menikmatinya, Malvin tidak menyangka Evelyn begitu agresif namun Malvin sangat menyukainya.

Kini Malvin secara bergantian mencium dada Evelyn yang begitu pas ditangan Malvin, melumatnya serta meremasnya membuat Evelyn semakin mendesah, sementara itu tangan kanan Malvin meraba bagian intim Evelyn, memasukkan dua jemarinya secara perlahan.

Evelyn merasa sudah sudah sangat basah, Malvin masih saja terus mempermainkan bagian intim milik Evelyn. Malvin mencium tubuh Evelyn dari dada, perut hingga intimnya. Evelyn terus mendesah.

Akhirnya Malvin merasa sudah berada dipuncaknya, disatukannya tubuh mereka. Evelyn menggigit bibir bawahnya.

Malvin tahu, ini adalah untuk pertama kalinya untuk Evelyn, juga untuk dirinya.

Malvin terus menggerakkan tubuhnya, semakin keras hingga akhirnya mencapai pelepasannya. Malvin merebahkan tubuhnya disebelah Evelyn, ditatapnya Evelyn kemudian dikecupnya kening Evelyn. Lalu mereka berdua sama-sama tertidur.

⭐️⭐️⭐️

Hari sudah menjelang siang saat Evelyn bangun dari tidur, dirasakannya ada sesuatu yang berat menindih tubuhnya, tangan Malvin. Evelyn tersentak kaget melihat Malvin tidur disebelahnya, lalu ia teringat kejadian semalam saat dirinya begitu menginginkan Malvin. Terbuai dan sangat menikmati setiap sentuhan tangan Malvin.

Evelyn menangis, ia meruntuki dirinya sendiri, ia merasa sangat bodoh, dilihatnya tubuhnya masih tanpa sehelai benang. Tiba-tiba Malvin terbangun mendengar isak tangis Evelyn, dikecupnya puncak kepala Evelyn.

"Kenapa kamu menangis sayang ?" tanya Malvin.

Evelyn semakin menangis, ia tidak tahu harus merasa bagaimana dan berbuat apa. Entah dia harus marah atau bahagia, dan ia juga tidak tahu apa harus diam atau justru berlari. Yang bisa Evelyn lakukan saat ini hanya menangis.

Malvin menggengam tangan Evelyn. "aku berjanji akan bertanggung jawab Evelyn"

Evelyn mendongak menatap Malvin tajam. Malvin tidak mengerti arti dari tatapan Evelyn.

"Evelyn, maafkan aku... Aku tahu, aku pria brengsek. Tapi sungguh, aku tidak berniat memanfaatkan keadaanmu yang sedang mabuk ... Evelyn, aku benar - benar mencintaimu sejak beberapa waktu yang lalu."

Evelyn merasa tulang-tulang sendinya lemas, namun hatinya serasa diremas, sakit. Detak jantung Evelyn berdetak lebih cepat. Seharusnya ia bahagia. Pikir Evelyn.

Evelyn membuang muka, dan dengan dibalut selimut Evelyn menuju kamar mandi. Malvin semakin tidak mengerti dengan tingkah laku Evelyn. Malvin mengikuti Evelyn menuju kamar mandi, namun Evelyn membanting pintu saat Malvin berada tepat di depan kamar mandi.

Malvin mengusap kepalanya kasar. Ia benar-benar tidak mengerti dengan sikap Evelyn. Jika Evelyn marah, seharusnya ia menampar Malvin ataupun memakinya. Bukan hanya diam dengan tatapan yang sama sekali tidak dapat diartikannya.

Sedangkan di dalam kamar mandi, Evelyn menangis dan mulai menenggelamkan badannya di dalam bathup. Dalam hati Evelyn inilah yang ia tunggu. Evelyn menunggu saat-saat Malvin mengungkapkan perasaannya pada Evelyn. Tapi mengapa bukan kebahagiaan yang dirasakannya. Justru sangat sakit dihati Evelyn.

Malvin merasa Evelyn sudah cukup lama berada di kamar mandi. Namun Evelyn belum juga keluar. Malvin mencoba mengetuk pintu kamar mandi.

"Evelyn ...."

"Evelyn, apa kamu belum selesai ?"

Tidak ada jawaban. Malvin menunggu beberapa saat.

"Evelyn ...."

Malvin kembali mengetuk kamar mandi. Namun tetap tidak ada jawaban. Malvin mulai khawatir.

"Evelyn, apa kau mendengarku ?" Malvin memastikannya sekali lagi, namun tetap tidak ada jawaban dari Evelyn.

Akhirnya Malvin mencoba membuka pintu kamar mandi yang ternyata tidak terkunci. Mungkin Evelyn lupa menguncinya. Namun Malvin sangat terkejut melihat Evelyn menenggelamkan dirinya dalam bathup. Malvin segera berlari dan mengangkat tubuh Evelyn karena panik.

"Malvin, apa yang kamu lakukan?! Aku sedang berendam!" teriak Evelyn terkejut karena tiba-tiba ada seseorang yang mengangkat badannya dalam keadaan tanpa busana.

"Apa kamu tidak tahu aku sangat khawatir melihatmu seperti itu tadi, hmm?" Malvin  merasa lega karena ternyata Evelyn hanya sedang berendam. 

"Turunkan aku, Malvin." Evelyn memukul dada Malvin. Ia merasa malu karena Malvin terus memandanginya. Terlebih saat ini Evelyn dengan keadaan sangat sadar tanpa menggunakan sehelaipun benang.

"Tidak untuk saat ini Evelyn. Kau telah membangunkan sesuatu yang sejak tadi tertidur." Malvin mendudukkan Evelyn diatas wastafel. Tangan kirinya memegang cengkuk leher Evelyn dan mulai menciumnya dengan kasar. Sementara tangan kanannya meremas bagian dada Evelyn sebelah kiri. 

Evelyn menggeliat tanpa bisa menolak. Seperti terhipnotis Evelyn mulai membalas ciuman Malvin. Mengalungkan tangannya di leher Malvin. Perlahan ciuman itu menjadi lumatan - lumatan lembut. Hingga keduanya kehabisan nafas dan melepas ciuman mereka.

Malvin berbisik ditelinga Evelyn.

"Aku mencintaimu Evelyn."

Evelyn merinding, ucapan Malvin terdengar seperti meremas hati Evelyn. Evelyn memejamkan mata berusaha mengatur perasaannya. Namun, Malvin terus mencium telinga Evelyn dengan sedikit membasahinya. Perlahan ciuman itu turun ke leher Evelyn, membuat Evelyn merintih dan tidak bisa berfikir jernih lagi. Semua terasa menghanyutkan perasaan Evelyn, membuat Evelyn tak mampu untuk menolak namun justru sangat menikmatinya.

"Sekali lagi, Sayang."

Permintaan Malvin membuat pipi Evelyn memerah, Evelyn memeluk Malvin untuk menyembunyikan wajahnya, kemudian berbisik di telinga Malvin.

"Sesuai permintaaanmu, Tuan."

Malvin tersenyum mendengar jawaban Evelyn. Mereka melakukannya sekali lagi. Tapi kali ini Evelyn lebih mendominasi, ia terlihat begitu agresif dan lincah.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status