Warning 21++ !!Bijaklah dalam memilih bacaan.Evelyn bekerja sebagai sekretaris seseorang yang menjadi obsesinya sejak masih sekolah menengah atas, Evelyn bekerja keras agar bisa diterima bekerja di perusahaan MalvIn, seseorang yang menjadi obsesinya.Evelyn membuat MalvIn akhirnya mencintainya, namun kehadiran wanita lain akibat perjodohan yang tak bisa di tolak Malvin membuat Evelyn marah.Apakah yang akan dilakukan Evelyn selanjutnya ?Sanggupkah Evelyn mempertahankan Malvin disisinya ?
View MorePagi ini Evelyn terlihat masih bersemangat seperti biasanya. Evelyn merasa puas karena selalu bisa dengan mudah menyelesaikan pekerjaannya. Bos baru Evelyn selalu memberikan pekerjaan yang lebih berat dari Tuan Gerald, ayahnya.
Malvin Gerald, anak dari Tuan Gerald adalah bos muda yang tampan, terkenal perfeksionis dan tidak mudah jatuh cinta. Hampir semua karyawan perempuan membicarakannya, bahkan banyak dari mereka yang sengaja mencari perhatiannya. Namun, tetap hanya kegagalan yang mereka dapat.
Evelyn merupakan sekretaris yang sebelumnya telah bekerja pada Tuan Gerald selama tiga tahun. Selalu bisa menyelesaikan pekerjaannya tepat waktu. Tuan Gerald tidak pernah meragukan kemampuan Evelyn dan sangat mempercayainya.
"Tuan Malvin, ini ada berkas yang harus anda tanda tangani." Evelyn menyerahkan berkas pada Malvin.
Setelah membaca berkas yang diserahkan oleh sekretarisnya, Malvin menandatanganinya dan kembali memberikannya pada sekretarisnya. Evelyn menunduk dan siap meninggalkan ruangan.
"Tunggu Evelyn." kata Malvin.
"Ya, Tuan."
"Apa malam ini kau ada acara?"
"Tidak, Tuan."
"Kalau begitu, datanglah ke apartemenku, aku mengundangmu untuk makan malam."
"Apa kau sedang merayakan sesuatu, Tuan Malvin?"
"Apa untuk mengundangmu makan malam, memerlukan sebuah perayaan?"
"Ah, tidak, Tuan. Baiklah saya akan datang ke apartemen anda."
"Bersiaplah pukul 7, aku akan menyuruh seseorang menjemputmu."
"Baik, Tuan, saya permisi."
Evelyn keluar dari ruangan bossnya, dalam hati Evelyn tersenyum karena tiba-tiba saja bosnya mengundangnya makan malam.
āļøāļøāļø
Evelyn bersiap diri untuk menghadiri undangan makan malam bosnya, dia menggunakan dress selutut berwarna merah, dengan lengan pendek dan bagian dada sedikit terbuka, membuatnya terlihat lebih santai namun sexy. Supir Malvin yang diperintahkan menjemput Evelyn telah tiba, dan kini mereka menuju apartemen milik Malvin. Sesampainya disana, supir Malvin memberikan sebuah kertas yang berisi pesan dari Malvin. Di dalam kertas itu juga tertera nomor apartemen Malvin beserta kode aksesnya.
Evelyn segera menuju lantai atas dimana letak apartemen Malvin, dengan segera Evelyn menekan tombol kode sesuai dengan yang tertera di kertas. Pintu apartemen Malvin terbuka, Evelyn masuk ke dalam apartemen Malvin.
"Permisi, Tuan Malvin." kata Evelyn setelah melihat Malvin duduk di sebuah sofa terlihat sedang menunggunya.
"Duduklah, aku sudah menunggumu." kata Malvin
Malvin menanggalkan pakaian resminya, saat ini, Malvin mengenakan pakaian santai tanpa mengurasi kesan rapi. Malvin sangat menyukai kerapian. Pria itu tetap terlihat tampan mengenakan apa pun.
Evelyn duduk di sofa berhadapan dengan Malvin. Dia tampak gugup saat Malvin memandanginya begitu intim.
"Apa kau akan terus memandangku seperti itu, Tuan?" tanya Evelyn cukup berani.
"Ah, maaf Evelyn. Kau terlihat sangat cantik." Malvin tersenyum gugup.
"Terima kasih, tapi apa saat di kantor aku tidak terlihat cantik?" Evelyn mencoba bergurau untuk mencairkan suasana. Malvin tersenyum.
"Kau terlihat cantik di mana pun, Evelyn."
Lalu terdengar keduanya tertawa bersama. Ini adalah kali kedua Malvin berbicara padanya hal diluar pekerjaan. Undangan Malvin untuk makan malam adalah yang pertama. Apalagi, saat ini Malvin sedang memuji kecantikannya.
"Kau bisa memanggilku Malvin, saat kita berada di luar kantor seperti saat ini."
"Okey, Malvin."
"Okey, sebaiknya sekarang kita mulai makan malam." ajak Malvin menuju meja makan.
Kemudian keduanya makan dalam diam. Setelah makan, Malvin mengajak Evelyn untuk duduk di balkon apartementnya. Sungguh pemandangan yang luar biasa indah, gemerlap lampu seluruh kota bisa dengan jelas terlihat dari sini. Evelyn mengagumi pemandangan indah di depannya. Malvin tersenyum melihat Evelyn menikmati pemandangan dari apartemennya.
"Pemandangan disini, indah sekali."
"Kamu menyukainya?"
"Tentu saja semua orang akan menyukainya, ini bisa menenangkan pikiran selepas kerja."
"Kalau begitu, mulai malam ini kamu bisa terus menikmatinya setiap hari."
"Maksud kamu?"
"Minggu ini akan ada proyek besar, sebagai sekretarisku, kamu akan lebih sering lembur dan membutuhkanku. Jadi aku ingin kamu tinggal di sini. Kita akan bekerja bersama."
Evelyn mengangguk mengerti. Ia ingin menolak namun ia juga tahu itu akan percuma, Evelyn tahu Malvin benci penolakan.
āļøāļøāļø
Evelyn akhirnya pindah di apartemen milik Malvin. Dibantu Malvin ia membereskan barang-barangnya. Kini Evelyn sedang berada di dapur untuk menyiapkan makanan, ia merasa lapar karena sejak pagi belum mengisi perutnya.
"Kamu memasak sesuatu?" tanya Malvin begitu sampai di dapur.
"Makanlah, kamu menyukai spagetti, 'kan?" kata Evelyn.
"Dari mana kamu tahu?"
"Tuan Gerald sangat menyayangimu, Beliau selalu membanggakanmu dan menceritakan semua tentangmu." Evelyn tersenyum.
"Kamu bisa melakukan banyak hal, pantas saja ayahku mempertahankanmu." Malvin ikut tersenyum.
Kini Malvin tahu, mengapa ayahnya selalu bercerita membanggakan sekretarisnya itu, karena memang benar Evelyn pantas dibanggakan.
Sejak kemarin Malvin semakin sering terdengar memuji Evelyn, hal yang belum pernah dilakukan Malvin sebelumnya. Tentu itu membuat Evelyn tersenyum bahagia, jika biasanya di kantor, ia melihat raut muka datar Malvin, kini Evelyn bisa melihat senyum hangat Malvin setiap hari.
Malvin mengajak evelyn untuk berangkat ke kentor bersamanya, Evelyn tidak menolak karna memang Evelyn adalah sekretaris Malvin jadi wajar jika mereka terlihat bersama. Tidak peduli bagaimana anggapan teman-temannya di kantor.
Setiap hari Malvin dan Evelyn terlihat semakin dekat, mereka datang dan pulang kantor bersama, namun, mereka tetap profesional. Saat lembur, Evelyn kerjakan di apartemen Malvin seperti yang telah mereka rencakan sebelumnya.
"Istirahatlah, kau terlihat lelah. Besok kau harus siap untuk presentasi proyek kita, jadi jangan terlalu lelah." ucap Malvin
"Baiklah, semua sudah beres. Kau juga harus istirahat." Evelyn tersenyum.
Mereka masuk di kamar masing-masing dan bersiap untuk mengistirahatkan tubuh mereka. Besok adalah waktunya untuk memenangkan sebuah proyek besar. Dan mungkin saja besok adalah waktu terakhir Evelyn tinggal di apartemen Malvin karna setelah proyek ini selesai, tidak ada alasan lagi untuk Evelyn tetap tinggal di apartemen Malvin.
āļøāļøāļø
"Cheerrrsss ... yeaaahh."
Riang gemuruh suara teman-teman satu team Evelyn dan Malvin merayakan kemenangan mereka. Tidak sia-sia usaha Evelyn lembur setiap malam untuk memenangkan proyek besar ini, akhirnya berhasil. Mereka berkumpul di sebuah bar dan memesan minuman, malam ini mereka akan bersenang-senang.
Malam semakin larut, kepala Evelyn sudah mulai berkunang-kunang dan pusing, dari mulutnya terdengar rancauan yang tak jelas. Malvin juga merasakan hal yang sama, kepalanya sudah berat namun ia masih bisa menguasai dirinya.
"Kenapa kamu minum banyak? Kamu tidak kuat minum." kata Malvin seraya membantu Evelyn berjalan.
"Ssstttt," Evelyn menempelkan jari telunjuknya pada bibir Malvin, "kamu diamlah bos, kamu tidak mengerti apapun jadi sebaiknya kamu diam bos." kata Evelyn meracau.
Evelyn berjalan terhuyung, Malvin bersaha membantunya dengan menahan sakit kepalanya. Tapi Evelyn menepis tangan Malvin.
"Diamlah, aku akan membantumu berjalan." kata Malvin.
Malvin telah mendapat hasil pemeriksaan Dokter yang dikirim ke alamat kantornya.Setelah membaca isi dari surat tersebut, Malvin langsung menghubungi Shella."Batalkan semua janji hari ini." Kata Malvin setelah telephonnya tersambung."Tapi, Tuan Malvin, hari ini ada rapat penting.""Aku ada urusan yang lebih penting. Kita bisa mengatur kembali jadwal rapat." Malvin tidak ingin mendengar penolakan."Baik, Tuan. Saya akan segera membatalkan dan menjadwalkan ulang.""Bagus."Malvin memutus sambungan telephon, ia merapikan meja kerja dan segera keluar dari ruangannya.Melihat Malvin keluar dari ruangan, Shella buru-buru bangkit untuk menanyakan ke mana Bosnya itu akan pergi. Namun, suaranya terhenti karena langkah kaki Malvin yang lebar membuatnya segera hilang dari pandangan.Shella hanya mengembuskan napas dan akhirnya berpasrah mengerjakan tugas yang di berikan oleh Bosnya.Malvin segera melajukan mobilnya menuju
Setelah pulang dari rumah Jenifer, Evelyn jadi lebih banyak diam. Alex masih dengan sabar menemaninya. Mereka berdua duduk di ruang tengah di rumah Evelyn."Apa kau ingin kita mendaftar olahraga khusus untukmu hari ini?"Evelyn yang bersandar di dada Alex hanya menggeleng. Alex mengusap lembut rambut Evelyn penuh kasih sayang."Apa kau ingin kita membuat kue resep baru?"Evelyn lagi-lagi hanya menggeleng. Ia memainkan kancing kemeja milik Alex dengan masih menyandarkan kepalanya di dadanya."Apa kau ingin melihat gaun pernikahan yang akan kau kenakan di pernikahan kita?"Evelyn mendongak, tangannya terulur menyentuh dagu Alex dan mengusapnya dengan lembut.Alex menatapnya penuh kasih sayang, ia sedikit terkejut dengan tindakan Evelyn. Namun, ia tersenyum."Ada apa, Sayang?""Apa kau serius ingin menikahi ku?""Kau masih menanyakan hal itu? Apa kau meragukanku? Aku sudah menyiapkan pesta kecil untuk pernikahan kita
Kejadian yang mempertemukan Evelyn dengan Malvin tanpa sengaja sangat mengguncang Evelyn. Kabar pernikahan mereka sudah cukup menyakitinya, namun, ia bisa mengatasinya jika saja Malvin tidak datang secara tiba-tiba.Pertemuan mereka seolah menguak luka lama yang telah susah payah Evelyn mengobatinya.Alex hanya diam karena ia tidak bisa berbuat apa-apa. Ia hanya tetap berusaha berada di sisi Evelyn dan memeluknya.Malvin telah mengetahui semua kenyataannya. Alex pikir, jika saja dirinya di posisi Malvin, ia akan terus memperjuangkan Evelyn.Namun, Alex tidak tahu apa yang di pikiran Malvin, dan apa yang akan dilakukannya. Alex hanya bisa menebak-nebak dan menyiapkan diri apa pun yang akan terjadi selanjutnya.Malam itu, Evelyn kembali tertidur di pelukan Alex, ia terlalu lelah menangis. Siang hari setelah pergi begitu saja dari rumah Jenifer, mereka berdua menginap di sebuah hotel yang tidak jauh dari rumah Jenifer.Alex tidak tahan membiark
"Cium aku, Malvin.""Apa?!""Cium aku."Malvin hanya diam dan memalingkan wajahnya. Dena segera menarik tubuh Malvin dan menciumnya.Malvin tertegun, dan ketika ia sadar, ia segera mendorong tubuh Dena menjauh."Kenapa?"Malvin tetap diam dan menatap Dena."Kenapa kamu tidak mau menciumku? Kita bahkan pernah tidur bersama. Kenapa, Malvin?""Hentikan, Dena!" Kata Malvin marah."Apa?!" Jawab Dena tak kalah marah."Sebaiknya kau pulang ke rumahmu." Kata Malvin seraya meninggalkan Dena sendiri di ruangan itu.Malvin masuk ke dalam kamar, dengan menutup keras pintunya. Ia mengusap kasar wajahnya.Malvin menyadari, semua ini memang bermula karena kesalahannya. Ia tak sanggup untuk menjalani kehidupan bersama Dena. Namun, ia juga tak mampu membawa Evelyn kembali kepadanya.Malvin masuk ke dalam kamar mandi, menyalakan air dingin dan membiarkan tubuhnya basah tersiram air beserta pakaian yang masih melekat d
Alex menemani Evelyn berbelanja keperluan ibu hamil, ia membeli beberapa pakaian yang nyaman digunakan ketika hamil."Apa kau ingin mengikuti senam ibu hamil?""Tentu.""Aku akan menemanimu mendaftar besok."Evelyn mengangguk. Hari ini ia bersenang-senang, Alex tidak memberinya kesempatan untuk bersedih.Pria bermata sipit dan memiliki kulit putih itu ingin Evelyn melupakan masa lalunya, dan memulai kehidupan baru bersama dirinya.Diam-diam Alex membeli sebuah kalung, sesuai dengan janjinya kepada Evelyn. Ia akan memberikan yang baru untuk Evelyn.Menjelang malam, Alex bersama Evelyn sudah berada di rumah. Seperti biasa, Alex menyiapkan makan malam untuk Evelyn.Namun, malam ini lebih spesial. Alex memasak sendiri di dapur Evelyn dengan disaksikan langsung oleh Evelyn.Pria bertubuh atletis itu sepertinya tidak pernah melupakan olahraga, dengan gerakan cekatan ia memasak membuat Evelyn terkagum."Waw, kamu s
Evelyn kembali tidak bisa tidur. Pikirannya kini tertuju kepada Alex. Apakah sudah tepat ia memilih Alex untuk mendampinginya?Selama ini memang Alex yang selalu ada untuknya, kadang, Evelyn merasa bukan tanpa alasan Alex baik kepadanya.Tapi, bukankah suatu kesalahan jika ia merebut Alex dari kekasihnya? Lalu apa bedanya ia dengan Dena?Dan, apakah sudah benar jika Alex harus bertanggung jawab atas sesuatu yang bukan kesalahannya?Evelyn mengusap perutnya perlahan, kehamilannya sudah memasuki usia empat bulan. Perut buncitnya perlahan mulai terlihat.Tanpa sadar Evelyn akhirnya tertidur.Di tempat lain, Malvin berdiri di balkon apartemen menghadap pemandangan kota. Tatapannya kosong.Seseorang memeluknya dari belakang."Apa yang kau pikirkan? Ini sudah larut, bisakah kita tidur?""Tidurlah duluan,aku masih ingin di sini."Dena enggan melepas pelukannya."Apa kau masih memikirkan Evelyn?"Malvin meliriknya
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments