Saat sedang bersantai di teras rumah. Tiba-tiba ada seorang laki-laki yang berbadan besar memasuki pekarangan rumah Dodi.
“Siapa itu mas?” tanya Luna penasaran sambil terus mengamati orang yang sedang berjalan menuju mereka.
“Oh itu Bagas, anak pengusaha yang kaya-raya di kampung kita.” Jawab Dodi setelah melihat Bagas yang semakin dekat.
“Hai Dodi! Apa kabar kamu dan pabrik kamu?” Tanya Bagas sambil berjabat tangan ala anak-anak gaul gitu.
“Baik Alhamdulillah, kamu sendiri gimana?” Tanya Dodi balik.
“Dengar-dengar katanya kamu menikahi Luna ya?” tanya Bagas yang tidak melihat bahwa Luna ada di balik punggung Dodi.
“Mas aku buatkan minum ya.” Pamit Luna meninggalkan mereka untuk membuatkan minum. Bagas kaget melihat Luna keluar dari balik punggung Dodi.
“Iya sayang.” Ucap Dodi.
“Wah ternyata benar, Luna sudah menjadi istri kamu?’” Tanya Bagas dengan nada mengejek dan muka sombong.
“Iya benar.” Jawab Dodi singkat.
“Kamu tahu? Luna itu sudah menjadi incaran saya sejak dulu. Tapi, karena saya harus melanjutkan sekolah ke luar negeri,saya meninggalkan Luna. Saya berencana untuk menikahi Luna sepulang saya dari luar negeri. Eh ternyata sekarang sudah ada yang berani ambil Luna dari saya.” Ucap Bagas dengan nada sinis.
“Sekarang Luna sudah menjadi istri saya. Lebih baik kamu cari yang lain saja.” Ucap Dodi geram melihat tampang Bagas.
“Bukk! Enak saja kamu bilang begitu. Ingat! Saya akan rebut Luna dari kamu.” Ucap Bagas memukul perut Dodi dengan keras hingga Dodi sesak nafas.
“Prakk!” Luna yang melihat kejadian itu kaget dan menjatuhkan gelas yang berisi minuman.
“Mas kamu tidak apa-apa?” tanya Luna yang ingin menghampiri Dodi namun tangan Luna terlebih dahulu di tarik Bagas.
“Kamu harus ikut aku!” Ucap Bagas menarik tangan Luna dengan kasar.
“Aku enggak mau! Mas tolong aku Mas !” Luna berteriak dan menangis meminta pertolongan.
“Luna! Luna! Luna! Tolong! Tolong!” dengan sekuat tenaga Dodi bangkit dari duduknya, perutnya terasa sangat sakit karena pukulan Bagas.
“Ya Allah! Nak Dodi kenapa? “ tanya Mbok Tuti yang langsung ke teras setelah mendengar Dodi berteriak minta tolong.
“Mbok, Luna di bawa pergi sama Bagas.” Ucap dodi dengan nafas terpenggal-penggal.
“Ya Allah! Pak! Pak! Segera ambil mobil.” Seru Mbok Tuti kepada supir Dodi.
Dodi berusaha mengikuti mobil Bagas, namun sial,dia kehilangan jejaknya. Dodi bingung harus mencari kemana lagi. Akhirnya,Dodi memutuskan untuk pulang dulu. Dan menceritakan kejadian ini kepada pak Ahmad. Jangan ditanya betapa terkejutnya pak Ahmad mendengar anaknya di bawa sama Bagas. Pak Ahmad tahu Bagas itu bukan orang yang baik. Dia khawatir putrinya di sakiti.
Setelah beberapa hari, Dodi belum juga menemukan di mana keberadaan Luna. Kondisi kesehatan pak Ahmad semakin buruk sehinnga beliau harus di larikan ke klinik terdekat.
Ditempat lain, Luna sedang berusaha melarikan diri saat ingin di perkosa oleh Bagas. Tubuh Bagas yang kuat membuat Luna sulit untuk melawannya. Luna melihat ada gelas di nakas, tidak lama lagi saat Bagas tidak melihatnya Luna memukul kepala Bagas dengan gelas hingga kepala Bagas berdarah dan Bagas pun pingsan.
Akhirnya, Luna berhasil melarikan diri dari Bagas. Dengan baju yang compang-camping dan wajah yang sangat kucel Luna mencoba berjalan kaki. Namun sayangnya,Luna tidak tahu dimana dia berada. Tiba-tiba ada sepasang suami istri yang menghampirinya.
“Kamu istrinya Dodi bukan?” tanya perempuan tersebut.
“Iya betul. Kamu masih ingat saya?” ucap Luna yang berharap mendapatkan bantuan.
“Kenapa kamu ada di sini sendirian? Kemana Dodi?” sekarang giliran si laki-laki yang bertanya.
“Saya habis diculik dan saya berhasil kabur. Tapi saya tidak tahu arah jalan pulang.” Ucap Luna dengan wajah yang begitu kasihan.
“Ya ampun! Lebih baik sekarang kamu ke rumah kami dulu. Besok pagi kami akan antar kamu pulang." Ucap si perempuan itu dengan berempati.
“Memangnya jarak dari sini ke rumah saya jauh ya?” tanya Luna heran kenapa dia tidak langsung di antar pulang.
“Jauh sekali! Membutuhkan waktu 3 jam untuk sampai ke sana. Karena hari sudah semakin gelap lebih baik kamu menginap saja dulu.” Ucap mereka bergantian.
“Terima kasih banyak ya kalian sudah menolong saya.”
***
Dodi sangat frustasi kehilangan Luna. Selama seminggu dia tidak mau makan dan terus mencari Luna. Hingga matanya hitam,karena terus menangisi Luna yang sampai saat ini belum ketemu. Kondisi pak Ahmad sedikit membaik karena Dodi berusaha untuk meyakinkan pak Ahmad kalau Luna pasti akan pulang.
Terdengar bunyi pesan masuk di handphone Dodi, namun Dodi enggan untuk membuka handphonenya. Setelah beberapa saat, Dodi penasaran dengan pesan itu siapa tahu ada kabar tentang Luna. Ternyata benar,teman Dodi yang berada di luar kota memberitahu bahwa Luna sedang ada di sana. Dodi kaget mendengar kabar tentang Luna dan memutuskan untuk menelepon temannya itu. Tapi sayangnya tidak diangkat karena sudah tengah malam.
Dari isi pesan tersebut tertulis bahwa temannya akan mengantarkan Luna pulang ke rumah. Betapa bahagianya Dodi mendengar Luna akan kembali ke rumah. Dodi tidak sabar menunggu kehadiran istrinya esok hari.
Hari sudah pagi menjelang siang, belum ada tanda-tanda kedatangan Luna. Dodi dan pak Ahmad menunggu mobil yang datang di depan pintu. Hingga sore hari temannya tak kunjung datang juga. Dodi memutuskan untuk menelepon temannya. Namun sayang handphonenya tidak aktif.
Hingga hari sudah gelap, Dodi mengajak pak Ahmad untuk menunggu di dalam rumah karena khawatir pak Ahmad kena angin malam. Perasaan Dodi terus bergemuruh tidak tenang. Dia tidak makan seharian demi menunggu Luna datang.
Saat hampir semua orang terlelap, Dodi mendengar suara mobil berhenti di depan rumahnya. Ternyata benar itulah mereka yang telah di tunggu-tunggu. Dodi bergegas menghampiri mereka."Luna di mana?" Tanya Dodi dengan tergesa-gesa melihat ke arah dalam mobil.Mereka hanya terdiam tidak menjawab pertanyaan Dodi. "Di mana Luna? Katanya Luna sama kalian." Tanya Dodi lagi dengan terus penasaran mencari keberadaan Luna."Kalian jawab dong jangan diam saja!" Bentak Dodi karena tak kunjung mendapatkan jawaban."Maaf Dod, kami sudah berusaha membawa Luna ke sini. Tapi.." Jawab teman Dodi menggantung membuat Dodi semakin penasaran dengan jawaban mereka."Tapi apa? Jawab yang jelas! Jangan setengah-setengah!" Bentak Dodi lagi yang sudah tidak terkendali."Tapi tadi saat di jalan, mobil kami di berhentikan sama beberapa orang yang tidak kami kenal,lalu mereka membawa paksa istri kamu. Kami mencoba melawan mereka tapi kami tak bi
Saat bangun tidur Luna merasa perutnya sangat mual sekali. Hingga dia tak tahan untuk mengeluarkan cairan yang bikin mual dari perutnya. Badan Luna sedikit lemas karena mual yang tak kunjung hilang."Huek! Huek!" Luna muntah di lantai karena sudah tidak keburu ke kamar mandi."Kamu kenapa sayang?" Tanya Dodi yang baru masuk kamar." Enggak tahu, perutku mual banget. Mungkin masuk angin." Jawab Luna dengan lemas."Nanti aku belikan obat ya." Ucap Dodi."Apa aku hamil ya mas? Coba nanti kamu belikan tespek ya." Luna menduga dirinya hamil. Karena mualnya berbeda dari biasanya." I..i..iya nanti aku belikan tespek juga." Jawab Dodi yang khawatir kalau Luna hamil.***Luna sudah mencoba tespek dan hasilnya positif Luna hamil. Luna ingin langsung memberitahukan kabar bahagia ini pada suaminya."Mas lihat ini!" Pinta Luna menyerahkan benda pipih bergaris 2 itu."Kalau garisnya 2 berarti kamu hamil?" Tanya Dodi penasaran dan langsu
Luna POVTidak terasa usia kandunganku sudah 9 bulan. Sekarang aku sedang ada di bidan untuk melahirkan anak pertamaku. Aku merasakan mulas dan sakit yang sangat hebat. Tapi kata bidan, belum mencapai pembukaan sepuluh. Mas Dodi siaga mendampingiku,wajahnya pun terlihat khawatir melihat aku kesakitan.Akhirnya lahir juga anak pertama laki-lakiku,anaknya persis sekali mirip ayahnya yang membuat mas Dodi semakin yakin bahwa itu anaknya. Kami memberi nama anak laki-laki itu dengan panggilan Brian.Author POVMereka sangat bahagia dengan kehadiran Brian yang tingkahnya sangat Lucu, tak terkecuali pak Ahmad kakek Brian. Namun pak Ahmad hanya punya sedikit kesempatan bersama cucunya. Karena setelah Brian berumur 1 tahun pak Ahmad meninggal dunia.Jangan tanya betapa sedihnya Luna ditinggal bapaknya selama-lamanya. Namun Luna bersyukur setidaknya bapak sudah bertemu cucunya sebelum meninggal.Dodi dan Luna hidup sangat bahagia. Usia Brian sudah men
Luna POVSetelah lama merenung di kamar,aku tersadar bahwa anakku sedang berdiri di pintu kamar."Brian, kamu sudah pulang?" Tanyaku kaget melihat Brian."Ibu dari pagi di kamar terus, pasti Ibu sedang mengingat kenangan bersama ayah." Ucap Brian berjalan ke arahku yang sedang duduk di pinggir ranjang."Kenangan bersama ayahmu tidak akan bisa di lupakan Brian." Jawabku sedih dengan menundukan wajahku."Sudah 8 tahun ayah meninggalkan kita. Tapi Ibu masih terus larut dalam kesedihan itu. Brian harap Ibu mengakhiri kesedihan Ibu. Ibu harus menjalani hidup dengan bahagia. Ibu bisa kok menikah lagi, agar ada yang menemani Ibu di rumah kalau Brian sedang tidak ada di rumah." Ucap Brian lembut menatap mata mataku."Ibu tidak mau Brian." Tolakku yang memang belum siap jika harus menikah lagi."Kalau Brian kepengen punya ayah bagaimana Bu?" Pinta Brian agar aku menyetujui."Memang kamu mau punya ayah tiri?" Tanyaku kepada Brian."Ya kala
Setelah proses wawancara selesai,Brian mengajak ibunya untuk makan bakso di kantin kampus."Gimana tadi wawancaranya? Lancar Bu?" Tanya Brian yang sedang menunggu baksonya di racik."Lancar, tapi masa ibu di bilang lebih muda dari umur ibu kata panitia tadi." Ucap Luna."Hehehe, iya benar Bu. Ibu itu bahkan terlihat seperti seumuran sama aku. Bukan cuma aku saja kan yang bilang kalau Ibu itu masih terlihat muda, bahkan panitia yang tadi juga bilang gitu." Ucap Brian sambil tersenyum."Ah Brian, Ibu malu tahu." Ucap Luna sambil tersenyum malu-malu."Pokoknya, Ibu harus semangat kuliahnya." Kata Brian sambil mengepalkan tangannya memberikan tanda semangat.***Setelah beberapa minggu, akhirnya Luna akan memulai perjalanan di bangku kuliah bersama anaknya."Brian ayo bangun! Hari ini, hari pertama kita ospek. Cepat bangun! supaya kita tidak terlambat." Ucap Luna membangunkan Brian yang masih tidur, karena semalam dia mengerjakan per
Brian senang melihat ibunya yang setiap hari bercerita tentang kegiatan-kegiatan di kampus. Ia merasa ibunya sedikit demi sedikit sudah melupakan kesedihannya karena ibunya sudah mulai sibuk dengan kegiatan di kampusnya."Brian ayo bangun!" Seru Luna membangunkan Brian."Hari ini aku enggak ada kelas Bu. Ibu berangkat sendiri ya." Ucap Brian dengan mata tertutup. "Ya meskipun tidak ada kelas, bangun sholat subuh dulu." Perintah Luna karena Brian masih belum bangun juga.Hari ini,Luna pergi ke kampus sendirian di antar sama sopir pribadinya. Berkat bisnis rumah makan Brian yang sampai sekarang masih berjalan, kehidupan mereka bisa dibilang sangat cukup. Hingga mereka memiliki rumah dan mobil sendiri.Kalau tidak ada kuliah,kadang Brian sibuk di tempat bisnisnya. Bisnis tetap berjalan, namun Brian pun tidak meninggalkan kuliahnya. Brian pintar membagi waktunya antara kuliah dan bisnisnya.***Saat sedang berjalan menuju kel
Malam hari Brian baru pulang dari tempat bisnisnya, Luna menunggunya untuk makan malam."Brian, Ibu mau cerita." Ucap Luna dengan serius."Cerita apa Bu? Kok serius banget? Ada masalah?" Tanya Brian sebelum menyendokan nasi ke mulutnya."Kamu masih ingat orang yang mewawancarai Ibu waktu pendaftaran?" Tanya Luna."Iya masih. Memang kenapa?" Tanya Brian penasaran karena terlihat wajah ibunya yang sangat serius ingin menceritakan sesuatu yang mengganjal di hatinya. "Namanya Pak Tedi, dia dosen Ibu yang masuk hari ini. Terus tadi dia ngajak Ibu pulang bareng, tapi Ibu tolak. Eh dia malah ngancam ibu, kalau tidak mau pulang bareng nilai Ibu akan jelek katanya. Dengan terpaksa Ibu terima tawaran dia." Jelas Luna dengan raut wajah yang terlihat kesal sekali."Oh gitu ya. Ya sudah tidak apa-apa kalau memang dia bersedia mengantar Ibu. Aku jadi lebih tenang kalau ada yg ngantar Ibu pulang." Ucap Brian dengan santai."Tapi Brian.
Di rumah, Luna memberi tahu Brian bahwa akan ada pertandingan basket. Brianpun antusias ingin menonton pertandingan basket itu. Kebetulan pertandingannya di adakan hari rabu. Meskipun sebenarnya Brian tidak ada kelas, tapi dia datang pagi bersama Luna."Bu, aku sudah siap ayo kita berangkat." Teriak Brian yang tidak sabar berangkat ke kampus ingin menonton pertandingan basket."Iya bentar. Ibu siap-siap dulu." Jawab Luna.Sampai juga mereka di kampus. Brian berjalan sambil menggandeng tangan ibunya. Brian tersenyum senang ingin melihat pertandingan basket. Luna pun tersenyum. Bukan karena ia ingin melihat Arif melainkan tersenyum karena melihat anaknya senang.Arif melihat Luna bersama laki-laki yang dia sendiri tidak tahu siapa. Arif cemburu melihat Luna bersama laki-laki lain. Biasanya Arif akan nyamperin Luna, tapi kali ini dia tidak menghampirinya karena laki-laki tersebut yang di maksud adalah Brian. Pertandingan sebentar