Share

Part 3

Matahari sudah menampakkan dirinya begitu tinggi, tapi sama sekali tak mengusik tidur nyenyak seorang gadis yang masih meringkuk manja di dalam selimut putih tebal yang membungkus tubuh mungilnya.

Wika berdecak sebal saat mendengar suara teriakan mamanya yang membuka pintu kamar dan masuk ke dalam. Bu Asti geleng-geleng kepala melihat anak gadisnya yang belum juga bangun, kebiasaan klasik seorang Wika yang sangat susah bangun pagi.

"Wika, bangun sayang, hari ini kamu ada kelas pagi kan?" panggil Bu Asti mengguncang-guncang tubuh anaknya.

"Ehmmm," Wika berdeham sebagai jawaban.

"Ya Tuhan! Anak ini, kenapa sangat susah sekali membangunkannya?!" desah Bu Asti merasa frustasi dan menyerah menghadapi Wika.

Mendengar suara derap langkah kaki yang mulai berjalan menjauh dari kamarnya, Wika langsung membuka selimut dan duduk di ranjang dengan kepala bersandar di kepala ranjang.

"Aishh! Malasnya lah aku kuliah hari ini." gerutu Wika. "Pagi ini ada kelas mata kuliah pak Pras lagi." Semakin lenyap lah semangat dalam diri Wika.

Dengan langkah malas Wika bangkit dan turun dari ranjang, melangkah masuk ke kamar mandi dan bersiap-siap untuk berangkat kuliah pagi.

Tak butuh waktu lama bagi Wika untuk mandi, Wika memilih-milih pakaian yang akan dia pakai untuk pagi ini di walk in closet. Terkejut ketika berbalik badan dan menemukan mamanya yang berdiri dengan senyuman manis.

"Ada apa, ma? Kenapa senyum-senyum gitu?" tanya Wika heran.

"Ada tamu yang datang sepagi ini ke rumah kita loh," masih dengan senyuman manis Bu Asti menjelaskan. 

"Siapa?" 

"Tetangga baru." 

"Uhuuk!" Wika tersedak air liurnya sendiri saat mendengar siapa orang yang bertamu sepagi ini ke rumahnya.

"Eh, kamu gak apa-apa sayang?" Bu Asti membantu menepuk punggung belakang Wika.

"Tidak apa-apa ma, cuma kaget saja." 

"Ya ampun, kamu kaget hanya karena dengar tetangga baru itu yang kemari." 

Wika tidak menjawab, karena ia masih merasa syok. 

Untuk apa pak Pras datang sepagi ini ke rumahnya? batin Wika bertanya-tanya. 

"Untuk apa tetangga baru itu datang ke rumah kita ma?" tanya Wika yang tak tahan lagi menahan rasa penasarannya.

Bu Asti nyengir, "antar piring kue cokelat kemarin yang kita kasih."

"Hanya piring kosong?" 

"Tidak, dia balikin piring kita dengan balasan isi roti tawar selai cokelat." 

"Apa?" kaget Wika.

"Dia datang bersama putrinya, cantik dan imut sekali anaknya." kata Bu Asti menyukai dan gemas pada Vania.

"Ya udah mama sana gih temani mereka!" usir Wika agar Pras cepat pulang.

"Ada papa yang mengajak tetangga baru itu mengobrol." Wika memutar bola matanya jengah mendengar ucapan ibunya.

******

Saat Wika dan Bu Asti menuruni tangga rumahnya, sosok Pras dan Vania masih ada di rumah itu. Tepatnya di meja makan, papa Wika mengajak Pras dan Vania untuk sarapan bersama dan di selingi obrolan.

Pras menoleh ke arah Wika dan Bu Asti yang baru sampai di meja makan. Cepat-cepat Wika membuang pandangannya ke arah lain. 

"Nah, itu anak saya." ucap pak Dayu memperkenalkan putrinya Wika.

Pras mengangguk tersenyum, "iya pak, saya sudah tahu, kan kemarin pagi putri bapak mengantarkan kue cokelat yang sangat disukai putri saya. Terima kasih." 

"Ah iya, benarkah? Saya tidak tahu." kata pak Danu tertawa kecil.

"Kakak cantik!" jerit Vania berlari ke arah Wika yang terdiam kaku bak patung.

Wika menangkap tubuh kecil Vania ke dalam pelukannya, lalu Wika merundukkan tubuhnya berjongkok di depan Vania.

"Hai gadis kecil, bagaimana kabarmu?" sapa Wika menoel hidung mancung Vania.

"Sangat baik kakak cantik, kakak cantik apa kabar?" 

"Sangat baik sama sepertimu." 

"Syukurlah kalau begitu, iya kan papa?" kata Vania menoleh ke arah Pras.

Pras tertegun saat tiba-tiba anaknya mengatakan begitu, Pras tersenyum kemudian menganggukkan kepalanya membenarkan ucapan sang anak.

Pak Dayu melirik ke arah arlojinya yang melingkari pergelangan tangannya. Kemudian pak Dayu bangkit berdiri dan merapikan penampilannya. 

"Ma, papa pergi berangkat kerja dulu ya." pamit pak Dayu pada sang istri.

Melihat itu Pras juga ikut bangkit berdiri dari duduknya seraya memanggil Vania. Melirik ke arah arlojinya juga dan kaget melihat sudah jam berapa sekarang ini.

"Saya juga pamit bu, pak. Vania, ayo nak kemari, papa akan mengantarkanmu ke rumah Tante Sofi." 

Vania berlari kecil ke arah Pras, Wika bangkit dari posisi jongkoknya dan menegakkan tubuhnya kembali berdiri. 

"Ah iya, bukannya tadi nak Pras bilang seorang dosen ya?" tanya pak Dayu saat ingin melangkah keluar namun terhenti ketika mengingat sesuatu.

"Iya, Pak Dayu benar."

"Dosen di universitas mana?" tanya pak Dayu lagi.

Pras tersenyum kemudian menyebutkan nama universitas tempat ia bekerja mengajar sebagai dosen. 

"Wah, pas sekali kalau begitu nak Pras. Wika juga kuliah di universitas itu." 

"Benarkah?" tanya Pras pura-pura terkejut.

"Iya, Wika juga kuliah disana." 

"Baiklah, kalau begitu, bagaimana jika kita berangkat bersama?" ajak Pras menoleh ke arah Wika yang syok.

"Mau, mau, mau! Vania mau papa, kakak cantik maukan pergi bersama Vania dan papa?" seruan suara Vania yang bersorak gembira membujuk Wika agar mau ikut pergi bersama mereka.

Wika menoleh ke arah papa dan mamanya secara bergantian, pak Dayu dan Bu Asti kompak menganggukkan kepala mereka. Tersenyum sebagai kode jika mereka mengizinkan Wika pergi bersama Pras.

Wika memegang pelipisnya merasakan kepalanya yang mendadak berdenyut pusing. Astaga!

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Inayah Binti Dakhlan
🤣🤣🤣🤣rasa'in tu si wika
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status