Share

Part 2

Author: Ade Tiwi
last update Last Updated: 2020-11-25 14:21:18

"Eh, masa sih pak-"

"Papa!" teriakan suara anak kecil yang seketika menghentikan ucapan Wika.

"Ada apa sayang?" tanya Pras menundukkan tubuhnya berjongkok di sisi sang putri menyesuaikan tinggi badannya dengan sang anak.

"Mana cokelat Vania, katanya papa mau belikan tapi kenapa masih disini?" ucap bocah perempuan kecil umur sekitar tiga tahunan yang tengah merengek pada papanya.

"Ah iya, papa lupa sayang." Pras menepuk jidatnya dengan sebelah tangan. 

"Papa, apa ini?" tunjuk Vania pada piring yang berisi kue cokelat buatan mama Wika.

Pras melirik ke arah piring dan seketika mempunyai ide. "Sayang, bagaimana jika makan ini saja, ini namanya kue cokelat. Banyak cokelatnya loh, iya kan kakak cantik?" ujar Pras menoleh ke arah Wika dengan kedipan mata berulang kali.

"Ah, i-iya." jawab Wika terbata dan menganggukkan kepalanya. Wika tersipu malu ketika Pras memanggilnya dengan sebutan kakak cantik.

"Papa, kakak ini siapa?" tanya Vania menunjuk ke arah Wika dan menatapnya dari atas ke bawah, bergantian dari bawah ke atas.

"Uhm, kakak cantik ini tetangga kita sayang, itu rumahnya." Pras menunjuk ke arah sebelah.

Kepala mungil Vania mengangguk-angguk mengerti dengan mulut yang membentuk huruf o. 

"Papa, Vania mau itu!" seru Vania melompat-lompat gembira menunjuk ke arah kue bolu cokelat itu.

"Tentu sayang, kamu boleh makan sepuasnya. Tapi, sebelum itu kamu bilang terima kasih dulu sama kakak cantik." ucap Pras mengajarkan anaknya untuk selalu memiliki rasa bersyukur dan terima kasih kepada setiap orang yang memberi mereka berupa makanan, dll.

"Terima kasih ya kakak cantik," ucap Vania pada Wika yang terpukau dengan sikap bocah kecil itu.

"Sama-sama sayang. Oooh, gemasnya." Wika ikut menundukkan tubuhnya berjongkok, menyentuh pipi gembul Vania yang lembut dan mencubitnya pelan.

"Apakah sakit?" Vania menggeleng.

Wika yang sangat-sangat gemas pun mengecup pipi Vania lama hingga membuat pipi Vania basah karena air liurnya. Vania manyun seraya mengusap pipinya yang menempel sedikit liur Wika. 

Wika tertawa melihat tingkah Vania. "Dia sangat lucu dan menggemaskan pak." ucap Wika menoleh dan tersenyum ke arah Pras. Pras yang juga tengah menatap Wika pun terpukau dengan senyuman gadis itu.

Untuk beberapa saat mereka saling menatap dalam diam hingga Vania yang keheranan pun mengguncang- guncang pelan bahu papanya. Wika dan Pras tersadar dan kompak saling membuang pandangan ke arah lain.

"Papa dan kakak cantik, kenapa?" tanya Vania polos melirik bergantian pada Pras dan Wika. 

Keduanya tertegun dengan pertanyaan Vania, Wika tampak salah tingkah dan ingin segera melarikan diri dari situ. Untungnya Pras langsung mengalihkan pembicaraan pada Vania dan mengajak putrinya itu untuk segera masuk.

Pras mengucapkan terima kasih sekali lagi pada Wika dan berjanji akan segera mengembalikan piring tempat kue bolu cokelat itu setelah nanti ia cuci bersih. Wika mengangguk dan melangkah pergi dari rumah Pras yang langsung menutup pintunya.

"Papa, kakak tadi itu cantik ya." ucap Vania memuji wajah cantik Wika.

Pras mengangguk dan tersenyum pada putrinya, sambil menggandeng tangan Vania menuntunnya berjalan ke meja makan. 

"Papa, mau kue cokelat!" pinta Vania merengek pada Pras.

"Iya," kata Pras meletakkan piring cokelat itu ke atas meja makan. Pras mengangkat Vania dan mendudukkannya di salah satu kursi, lalu Pras memberikan sepotong kue cokelat itu pada Vania.

Dengan cepat dan semangatnya Vania langsung menyomot kue cokelat itu, Pras sampai tertawa melihat tingkah putrinya yang menggemaskan.

"Vania, mau roti?" tawar Pras yang kini sudah duduk di kursi samping Vania.

Pria itu mengambil roti tawar lalu mengolesinya dengan selai rasa kacang. Vania menggelengkan kepalanya tanda tidak mau.

"Vania mau makan kue cokelat ini saja, papa." 

Pras menggangguk, "baiklah, apakah rasanya enak?" 

"Sangat enak papa." kata Vania dengan mulut penuh berisi kue cokelat.

Pras mengangguk seraya sebelah tangannya mengacak-acak pelan rambut anaknya. Pras sangat berterima kasih sekali pada tetangga sebelah rumahnya.

***** 

Siang hari....

Pras baru saja menidurkan Vania di kamarnya, jika hari libur maka biasanya Pras akan menghabiskan seharian waktunya di rumah bersama sang anak. Di hari libur pula Vania tidak ia titipkan ke rumah adik perempuannya, Sofi. 

Kini Pras sedang sibuk di ruang kerjanya, memeriksa kembali kumpulan tugas-tugas dari para mahasiswa dan mahasiswinya dengan di temani secangkir kopi hitam panas. 

Konsentrasi Pras terganggu saat teringat kejadian tadi, senyum tipis terukir di wajah tampannya mengingat bagaimana tadi sikap salah satu mahasiswi di kampusnya. 

Sedari awal saat joging tadi Pras tahu dan lihat Wika, tapi wanita itu dengan cueknya bersikap angkuh seperti tak mengenalnya, dan lucunya Wika menutupi separuh wajahnya dengan tutupan kepala hoddie yang wanita itu kenakan.

Pras juga tak mengharapkan sikap ramah tamah yang terkesan memaksa mahasiswa dan mahasiswinya. Pras juga tidak menyangka dengan kepindahan rumahnya ini membuat ia bertetangga dengan Wika.

Dan lihatlah bagaimana jahatnya Pras membalas kesombongan Wika dengan berpura-pura tak mengenali wanita itu. Rasanya Pras ingin tertawa terbahak saja saat itu, melihat bagaimana wajah tercengang Wika yang syok karena Pras tak mengenal dirinya.

Bagaimana mungkin Pras tidak mengenal gadis itu, mahasiswi yang sangat sering bolos ketika jam pelajarannya. Pras bukannya tidak tahu jika Wika memang sengaja melakukannya, hanya saja Pras lebih memilih membiarkannya karena tak ingin amarah menguasainya hanya karena seorang gadis nakal.

Pras terkekeh, "Wika Adelia." gumam Pras dengan bibir yang menyebutkan nama Wika.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Mas Duda (Indonesia)   Part 71

    Tiga bulan kemudian....Hari yang di tunggu-tunggu akhirnya tiba. Yupss, tepat hari ini jatuhnya hari pernikahan Wika dan Pras akan di laksanakan. Butuh waktu tiga bulan bagi mereka untuk mempersiapkan segala sesuatunya.Kenapa tiga bulan?Wika dan Pras memang sama-sama memutuskan siap menikah kapanpun, tapi kedua orang tua Wika rupanya mempunyai satu syarat pada Pras kalau ingin menjadi menantu mereka. Yaitu, Pras yang harus kembali memiliki pekerjaan tetap seperti dulu saat menjadi dosen. Berhubung Pras sudah tidak bekerja menjadi dosen lagi alias pe

  • Mas Duda (Indonesia)   Part 70

    Wika tampak lari terbirit-birit begitu melihat Pras yang mulai melangkah menaiki tangga. Jantungnya berdetak kencang takut ketahuan sudah menguping pembicaraan mereka dari sudut di atas tangga. Dengan gerakan cepat masuk ke dalam kamar Vania dan mulai naik ke atas ranjangnya, membaringkan tubuhnya terlentang seraya menutup kedua matanya pura-pura tidur.Terdengar suara kenop pintu yang di putar, Pras membuka pintu kamar Vania dan masuk ke dalamnya. Saat masuk ke kamar sang anak matanya sudah di manjakan dengan suguhan paling istimewa, tampak Wika sang calon istrinya dan Vania yang tampak begitu serasi tidur dalam satu ranjang. Kalau orang lain yang melihat pastinya akan mengira jika mereka ibu dan anak sungguhan, bukannya terlihat seperti anak tiri dan ibu tiri.

  • Mas Duda (Indonesia)   Part 69

    Pras menatap tajam seseorang yang bertamu malam-malam datang ke rumahnya. Tadinya saat bel pintu rumahnya berbunyi Pras pikir itu Sofi, dengan langkah semangat Pras berjalan hendak membuka pintu untuk sang adik. Nyatanya saat pintu terbuka Pras tercengang melihat sosok cantik, ramping, dan tinggi berdiri di hadapannya dengan mengulas senyuman manis."Hai, selamat malam mantan suami." sapa Meliza Salma ceria.Pras mengeraskan rahangnya menggeram marah. "Untuk apa kau kesini?" tanya Pras to the point."Untuk apa katamu? Tentu saja untuk bertemu putriku, Vania.

  • Mas Duda (Indonesia)   Part 68

    Seminggu telah berlalu semenjak Pras menyandang status sebagai pengangguran, sementara Wika yang resmi memutuskan untuk berhenti kuliah. Keduanya menikmati waktu kebersamaan mereka dengan bahagia, sekarang dimana pun ada Wika maka di situ ada Pras.Seperti sekarang ini keduanya terlihat kompak dalam membuat menu makan siang. Pras dan Wika tampak sibuk berkutat di dapur, berjibaku pada semua bahan-bahan makanan dan peralatan masak."Sayang, ayamnya di balik." titah Wika yang kini mulai berani memanggil Pras dengan sebutan mesra, tak seperti dulu masih malu-malu. "Jangan biarkan sampai gosong." titah Wika kembali."Oke bos," dengan sigap Pras mematuhinya, langsung fokus pada ayam yang tengah di gorengnya.Sambil membalik ayam yang tengah di gorengnya, Pras melirik pada Wika yang tengah sibuk pada olahan bumbu. Pras mengendikkan bahunya tak tau, entah bumbu apa yang Wika buat."Kamu sedang

  • Mas Duda (Indonesia)   Part 67

    Pras hanya diam saja saat sang adik tercintanya tengah mengomel memarahinya. Tampak Sofi tengah di liputi amarah yang luar biasa, terlihat pancaran kobaran api yang menyala pada wajahnya."Aku tidak mengerti dengan dirimu kakak, kamu ini bodoh atau apa?!" entah yang sudah ke berapa kali Sofi menjerit dan membentak Pras, mengumpat berbagai macam kata sebagai bentuk pelampiasannya atas tindakan yang di buat sang kakak.Sambil masih terus mengomel Sofi mondar-mandir berjalan kesana-kemari bagai orang kesetanan. Sedangkan Pras hanya diam sebagai pendengar yang baik.Jujur, sebenarnya Sofi tak habis pikir dengan jalan pemikiran Pras dan Wika yang begitu entengnya membuat tindakan ceroboh seperti berciuman di depan umum. Di depan orang banyak!Gila, gak sih?!Mereka berdua tidak memikirkan konsekuensinya, tak memikirkan posisi mereka yang harus di taruhkan disini.Pras yang mu

  • Mas Duda (Indonesia)   Part 66

    Tanpa permisi seperti mengetuk pintu ruangan dosen terlebih dahulu, Wika membuka pintunya kuat dan langsung menerobos masuk ke dalam. Hal ini membuat para dosen-dosen sangat kaget, mencibir pada tindakan tak sopan yang di lakukan Wika.Wika sama sekali tak mempedulikan itu, ia malah langsung mendekati Pras yang tampak tengah sibuk membereskan barang-barangnya."Pak Pras!" panggil Wika yang langsung menyita perhatian Pras.Pria itu menoleh ke arahnya, memberikan senyuman terbaiknya. "Hai sayang," sapanya begitu lembut sembari masih tetap fokus dengan barang-barangnya, ia masukkan ke dalam sebuah kardus cukup besar.Wika memperhatikan semua itu dengan wajah murung. "Buat apa semua ini pak?" tanyanya lirih."Tidak untuk apa-apa, hanya sedang membereskan semua barang-barang ini sampai bersih." jawab Pras santai masih dengan senyuman yang menghiasi wajahnya."Semua

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status