Share

Part 4

Penulis: Ade Tiwi
last update Terakhir Diperbarui: 2020-11-25 14:22:15

Wika pov.

Aku tidak akan pernah menyangka jika hari ini aku berada di dalam satu mobil bersama pak Pras, di dalam mobil miliknya.

Mama dan papaku juga bahkan tak menolak tawaran pak Pras yang mengajakku untuk berangkat bersama. Mau tak mau pun aku akhirnya terpaksa patuh, dan disinilah aku sekarang berada.

Ku lirik pak Pras yang tampak fokus menyetir, wajah tampannya terlihat makin tampan jika di lihat dari jarak sedekat ini. Rahang yang tegas dengan warna kulit putih alami, lalu bibirnya yang tebal berwarna merah alami.

Entah kenapa fokus mataku hanya tertuju pada bibir pak Pras, membayangkan bibir pria itu yang terbuka ketika bicara dengan lawan bicaranya.

Aku menggelengkan kepala berulang kali saat tak bisa lepas dari bibirnya, eh maksudku tak bisa lepas fokus dari bibirnya.

"Kenapa?" tanya pak Pras yang tak mengalihkan perhatiannya dan tetap fokus menatap jalanan depan.

"Apanya ya pak?" tanyaku bingung kenapa tiba-tiba ia bertanya.

"Itu, kenapa kamu menggelengkan kepala seperti itu?"

"Oh itu, karena bibir bapak."

Mampus!

"What?" kaget pak Pras. "Kamu bilang apa tadi?"

Bodoh! Bodoh! Bodoh! Bodohnya lah kau Wika. Kenapa pakai acara keceplosan segala sih! rutuk ku dalam hati seraya menepuk-nepuk pelan bibirku.

"A-anu pak, maksud saya itu, ada sesuatu yang menempel di bibir bapak." kataku tergagap dan dengan cepat aku menyeka bibir pak Pras dengan punggung tanganku.

Ku rasakan tubuh pak Pras kaku, menyeka sekilas cepat-cepat aku menarik punggung tanganku yang menyeka bibirnya. Ku lihat pak Pras kembali rileks, huffftt! Untung saja, itu tadi kan hanya akal-akalan ku saja saat mulutku tak sengaja keceplosan.

Aku menoleh ke kursi belakang mobil dan melihat Vania yang tampak asyik bermain bersama boneka kecil miliknya. Aku tersenyum senang melihat bocah kecil itu yang sama sekali tak terusik ataupun merasa terganggu.

"Kita ke rumah adik saya dulu ya," ucap pak Pras dan lagi-lagi tanpa mengalihkan perhatiannya dari jalanan.

"Iya pak," jawabku mengangguk lalu mengalihkan pandanganku ke arah luar dari balik kaca jendela mobil.

Selanjutnya hanya keheningan yang terjadi, dan terkadang di isi dengan suara tawa riang Vania yang bermain boneka.

Tak berapa lama mobil pak Pras berhenti di sebuah rumah tingkat yang cukup mewah, pak Pras membuka saefty belt-nya.

"Kamu mau ikut turun atau tetap disini?" tanya pak Pras hendak keluar dari mobil.

"Disini saja pak." sahutku cepat.

"Baik, tunggu sebentar ya."

Pak Pras keluar dari mobil lalu berjalan ke sisi mobil bagian belakang. "Ayo sayang," ajak pak Pras pada Vania setelah membuka pintu mobilnya.

Vania merengek minta di gendong oleh pak Pras, dan dengan sigapnya pak Pras langsung menggendong putri kecilnya.

Aku menatap rumah adik pak Pras dari dalam mobil. Sebenarnya aku penasaran dengan wajah adik dari pak Pras, apakah cantik? Aku menebak pastilah cantik, melihat pak Pras yang tampan sudah jelas jika adiknya juga cantik.

Sekitar menunggu sepuluh menitan akhirnya pak Pras keluar dan berjalan mendekat kesini. Tentu saja, inikan mobilnya.

"Maaf, membuat kamu lama menunggu." katanya dengan nada yang terdengar cemas.

Aku menggeleng, "tidak apa-apa pak."

"Seneng banget ya kalau datang terlambat atau bolos, apalagi jika bolos di mata kuliah bahasa Inggris."

Deg.

Kedua mataku melotot horor mendengar kata-kata sindiran pak Pras. Apa maksudnya ini? Jangan bilang jika dia....

"Hah? Maksud bapak apa ya?" tanyaku pura-pura tak tahu.

Pak Pras tak menjawab pertanyaanku, beliau hanya tersenyum saja menanggapinya. Pak Pras menghidupkan mesin mobilnya yang kembali berjalan dengan kecepatan sedang meninggalkan perkarangan rumah adik pak Pras.

"Wika Adelia, mahasiswi yang suka sekali bolos saat jam pelajaran bahasa Inggris, benar?"

Aku tak berkutik ketika pak Pras mengatakan itu, kedua tanganku gemetaran cukup hebat. Darimana ia tahu? Bukankah dia tidak mengenaliku kemarin? Atau ia hanya berpura-pura saja?

"Jawab pertanyaan saya, apakah itu benar Wika Adelia?" ulang pak Pras yang sepertinya sengaja menuntutku untuk menjawab pertanyaannya.

"Sebenarnya apa yang sedang bapak katakan?" dengan kesal aku balik bertanya.

"Pertanyaan yang di balas pertanyaan, menarik." pak Pras terkekeh.

"Habisnya saya tidak mengerti dengan pertanyaan bapak." kataku berusaha bersikap santai menanggapinya, berpura-pura seolah tak mengerti.

Ku lihat pak Pras terkekeh lagi seraya menggeleng-gelengkan kepalanya, entah apa yang membuatnya merasa lucu.

Pak Pras diam, sedangkan aku mulai gelisah sejak dia mengatakan perkataan sindiran tadi.

Tak terasa kami hampir sampai di kampus, tiba-tiba aku merasa kalut. Bagaimana jika teman-temanku melihat hal ini? Maksudku, bagaimana reaksi mereka jika melihatku turun dari mobil pak Pras? Ini gawat!

"Pak, berhenti!" jeritku merasa panik menyuruh pak Pras untuk memberhentikan mobilnya.

Pak Pras mengerem mobilnya mendadak hingga menimbulkan bunyi ban yang berdecit.

"Ada apa, Wika?" tanyanya panik.

"S-saya turun disini saja pak," kataku dengan suara terbata.

"Kenapa begitu?" tanyanya merasa bingung.

"Ehmm, itu-"

"Kamu berniat bolos lagi di jam pelajaran saya?" Pak Pras menatapku penuh curiga.

Aku menggelengkan kepala menolak tegas tuduhannya itu, lalu kepala ku mengangguk menandakan jika aku juga tak ingin masuk di jam pelajarannya.

"Lalu apa? Kamu harus bisa kasih alasan yang jelas dong. Karena saya ragu dan curiga dengan gerak-gerik kamu."

"Pak, tolonglah!" rengek ku pada pak Pras agar tak mempersulit diriku.

"Wika, ini masih cukup jauh jika kamu berjalan kaki menuju kampus." ucap pak Pras ternyata tak tega membiarkan ku berjalan kaki.

"Itu pun jika memang kamu tak ada niatan untuk bolos, maka kamu tidak akan ngotot untuk berjalan kaki." kata pak Pras kemudian menghidupkan kembali mesin mobilnya.

Sialan!

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Mas Duda (Indonesia)   Part 71

    Tiga bulan kemudian....Hari yang di tunggu-tunggu akhirnya tiba. Yupss, tepat hari ini jatuhnya hari pernikahan Wika dan Pras akan di laksanakan. Butuh waktu tiga bulan bagi mereka untuk mempersiapkan segala sesuatunya.Kenapa tiga bulan?Wika dan Pras memang sama-sama memutuskan siap menikah kapanpun, tapi kedua orang tua Wika rupanya mempunyai satu syarat pada Pras kalau ingin menjadi menantu mereka. Yaitu, Pras yang harus kembali memiliki pekerjaan tetap seperti dulu saat menjadi dosen. Berhubung Pras sudah tidak bekerja menjadi dosen lagi alias pe

  • Mas Duda (Indonesia)   Part 70

    Wika tampak lari terbirit-birit begitu melihat Pras yang mulai melangkah menaiki tangga. Jantungnya berdetak kencang takut ketahuan sudah menguping pembicaraan mereka dari sudut di atas tangga. Dengan gerakan cepat masuk ke dalam kamar Vania dan mulai naik ke atas ranjangnya, membaringkan tubuhnya terlentang seraya menutup kedua matanya pura-pura tidur.Terdengar suara kenop pintu yang di putar, Pras membuka pintu kamar Vania dan masuk ke dalamnya. Saat masuk ke kamar sang anak matanya sudah di manjakan dengan suguhan paling istimewa, tampak Wika sang calon istrinya dan Vania yang tampak begitu serasi tidur dalam satu ranjang. Kalau orang lain yang melihat pastinya akan mengira jika mereka ibu dan anak sungguhan, bukannya terlihat seperti anak tiri dan ibu tiri.

  • Mas Duda (Indonesia)   Part 69

    Pras menatap tajam seseorang yang bertamu malam-malam datang ke rumahnya. Tadinya saat bel pintu rumahnya berbunyi Pras pikir itu Sofi, dengan langkah semangat Pras berjalan hendak membuka pintu untuk sang adik. Nyatanya saat pintu terbuka Pras tercengang melihat sosok cantik, ramping, dan tinggi berdiri di hadapannya dengan mengulas senyuman manis."Hai, selamat malam mantan suami." sapa Meliza Salma ceria.Pras mengeraskan rahangnya menggeram marah. "Untuk apa kau kesini?" tanya Pras to the point."Untuk apa katamu? Tentu saja untuk bertemu putriku, Vania.

  • Mas Duda (Indonesia)   Part 68

    Seminggu telah berlalu semenjak Pras menyandang status sebagai pengangguran, sementara Wika yang resmi memutuskan untuk berhenti kuliah. Keduanya menikmati waktu kebersamaan mereka dengan bahagia, sekarang dimana pun ada Wika maka di situ ada Pras.Seperti sekarang ini keduanya terlihat kompak dalam membuat menu makan siang. Pras dan Wika tampak sibuk berkutat di dapur, berjibaku pada semua bahan-bahan makanan dan peralatan masak."Sayang, ayamnya di balik." titah Wika yang kini mulai berani memanggil Pras dengan sebutan mesra, tak seperti dulu masih malu-malu. "Jangan biarkan sampai gosong." titah Wika kembali."Oke bos," dengan sigap Pras mematuhinya, langsung fokus pada ayam yang tengah di gorengnya.Sambil membalik ayam yang tengah di gorengnya, Pras melirik pada Wika yang tengah sibuk pada olahan bumbu. Pras mengendikkan bahunya tak tau, entah bumbu apa yang Wika buat."Kamu sedang

  • Mas Duda (Indonesia)   Part 67

    Pras hanya diam saja saat sang adik tercintanya tengah mengomel memarahinya. Tampak Sofi tengah di liputi amarah yang luar biasa, terlihat pancaran kobaran api yang menyala pada wajahnya."Aku tidak mengerti dengan dirimu kakak, kamu ini bodoh atau apa?!" entah yang sudah ke berapa kali Sofi menjerit dan membentak Pras, mengumpat berbagai macam kata sebagai bentuk pelampiasannya atas tindakan yang di buat sang kakak.Sambil masih terus mengomel Sofi mondar-mandir berjalan kesana-kemari bagai orang kesetanan. Sedangkan Pras hanya diam sebagai pendengar yang baik.Jujur, sebenarnya Sofi tak habis pikir dengan jalan pemikiran Pras dan Wika yang begitu entengnya membuat tindakan ceroboh seperti berciuman di depan umum. Di depan orang banyak!Gila, gak sih?!Mereka berdua tidak memikirkan konsekuensinya, tak memikirkan posisi mereka yang harus di taruhkan disini.Pras yang mu

  • Mas Duda (Indonesia)   Part 66

    Tanpa permisi seperti mengetuk pintu ruangan dosen terlebih dahulu, Wika membuka pintunya kuat dan langsung menerobos masuk ke dalam. Hal ini membuat para dosen-dosen sangat kaget, mencibir pada tindakan tak sopan yang di lakukan Wika.Wika sama sekali tak mempedulikan itu, ia malah langsung mendekati Pras yang tampak tengah sibuk membereskan barang-barangnya."Pak Pras!" panggil Wika yang langsung menyita perhatian Pras.Pria itu menoleh ke arahnya, memberikan senyuman terbaiknya. "Hai sayang," sapanya begitu lembut sembari masih tetap fokus dengan barang-barangnya, ia masukkan ke dalam sebuah kardus cukup besar.Wika memperhatikan semua itu dengan wajah murung. "Buat apa semua ini pak?" tanyanya lirih."Tidak untuk apa-apa, hanya sedang membereskan semua barang-barang ini sampai bersih." jawab Pras santai masih dengan senyuman yang menghiasi wajahnya."Semua

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status