Share

TK 13

Karena rasa penasaran yang besar, Mikaila pergi ke kota untuk melihat keadaan disana, tanpa sepengetahuan Evan tentunya dan hanya mengantongi ijin dari sang isteri, Austin.

Wush!

Wush!

Wush!

Mikaila sengaja tak pergi menggunakan direwolf agar anaknya tak curiga, dan sepanjang perjalanan matanya tak henti dibuat terkejut. 

Beberapa wilayah seperti terdampak sebuah serangan. Ditambah beberapa orang terlihat pergi membawa banyak barang. 

Apa mereka akan pergi berniaga? Atau kemana? Mikaila ingin bertanya soal itu, tapi ekspresi orang-orang yang terlihat kacau dan marah membuatnya urung. Mungkin jika dia memaksa bertanya, bukan jawaban yang akan dia dapatkan.

Wush!

Wush!

Wush!

Hingga akhirnya Mikaila melihat sosok teman berdagangnya. Dia pun langsung turun dan menghampiri dia.

"Nura!" sapa Mikaila. 

"Mikaila! Apa itu kamu?" timpal lelaki bernama Nura itu.

"Ya, ngomong-ngomong ada apa ini Nura? Banyak wilayah terlihat gersang" tanya Mikaila.

"Hey kemana saja kamu?! Sepertinya aku harus membangun rumah di kaki gunung seperti mu" ujar Nura.

"Immortal diserang bangsa iblis, kerajaan juga rusak dan kota juga sudah tak tersisa sekarang" imbuhnya membuat Mikaila terkejut.

"Apa? Jadi ledakan dan getaran kemarin yang aku rasakan itu adalah dari serangan bangsa iblis?" tanya Mikaila.

"Ya, beruntunglah kamu tinggal jauh dari kota dan kerajaan. Dampaknya tidak banyak terasa" ujar Nura.

"Lalu kenapa semua orang berbondong-bondong pergi? Apa kalian akan mengungsi?" tanya Mikaila.

Nura mengangguk yakin.

"Immortal tak akan bertahan, kerajaan tak mempunyai banyak prajurit, sekalipun ada mereka tak sekuat para pendahulu" ujar Nura.

"Kami lebih memilih pergi sebelum kerajaan mengambil jalan terburuk, yaitu membuat rakyatnya sendiri menjadi tentara perang" imbuhnya.

"Hah?! Benarkah akan seperti itu?!" tanya Mikaila semakin terkejut.

"Pasti begitu. Lihat saja nanti. Apalagi kawasan Vaneheim sudah sepenuhnya di kuasai bangsa iblis, sasaran berikutnya mungkin kawasan para penjahat dan nanti pusat kota" jawab Nura.

"Meski ada beberapa orang yang memilih bertahan di kota dalam kondisi menyedihkan. Rumah memang kenangan terhangat, akan tetapi aku lebih mementingkan keselamatan keluarga ku daripada harus hidup menderita dalam ketakutan" imbuhnya.

Ya, Mikaila baru sadar jika Nura juga membawa banyak barang.

"Lantas kamu mau kemana sekarang?" tanya Mikaila.

"Bukankah tidak menutup kemungkinan, tempat tinggal ku juga akan terdeteksi dan dihancurkan" imbuhnya takut.

Nura mengangguk, bibirnya tersenyum singkat.

"Aku akan membawa keluarga ku ke bumi. Kami akan tinggal bersama manusia" ujar Nura.

"Apa?! Itu bisa disebut pelanggaran Nura, setelah pergi keluar immortal tanpa ijin kerajaan, kamu tak akan diijinkan kembali" timpal Mikaila.

"Hukuman apa? Aku sudah tidak peduli Mikaila! Lihatlah sekarang? Raja tak sadarkan diri, kerajaan semakin terbengkalai dan immortal tak sejaya dulu" ujar Nura sedikit menaikkan nada suaranya.

"Bukan hanya aku yang akan pergi, dan lagipula selama ini, pergi masuk immortal sudah lumrah, kerajaan tak mempermasalahkan itu selagi kita bisa menjaga rahasia" imbuhnya acuh.

Mikaila terdiam. Memang benar apa yang dikatakan Nura, saat ini dia juga mengkhawatirkan keluarganya.

"Tinggal disini memperbesar kemungkinan anak mu akan diambil paksa kerajaan, dan mungkin ancaman bangsa iblis akan semakin besar" ujar Nura.

"Ini pilihan Mika, jika ingin selamat. Maka kamu harus memilih jalan lain untuk itu. Kita tidak berkhianat, justru karena cinta kita bertarung" imbuhnya memberikan tepukan singkat di bahu. Setelah itu Nura pun pergi melanjutkan perjalanannya.

Mikaila langsung terdiam memikirkan semua ini. Jika berita itu menjadi kenyataan, Mikaila tak ingin Evan menjadi anak perang kerajaan. Dia harus menjauhkan anak itu. 

Dan soal pergi ke dunia lain, sebenarnya Mikaila tak terima. Dia sangat mencintai Immortal. Tak semudah itu pergi hanya karena ancaman bangsa iblis. Sebagai penduduk sejati seharunya bersatu mempertahankan kejayaan.

Wush!

Tak ingin membuang waktu lagi, Mikaila kembali terbang menuju rumahnya, banyak hal yang harus dibicarakan bersama sang isteri. Dan lelaki itu sangat membutuhkan saran darinya.

Sedangkan di kerajaan, beberapa rakyat terlihat berbaris rapi, mereka sedang menunggu giliran pembagian bantuan makanan dari kerjaan.

Dewi Anggraini menepati janjinya, meski malam tadi dia harus bertengkar dan di caci maki oleh dewi Chanda karena memberikan makanan kepada rakyat, sedangkan kerajaan juga susah.

Tapi itulah pemimpin, kepala harus berkorban ketika perut mengeluh lapar. Dan ketika ada makanan, benda itu tak dikunyah kepala, memainkan mulut yang nantinya disalurkan ke perut. 

Perut kenyang kepala pun senang. Sama dengan Rakyat sejahtera, pemimpin bahagia.

Namun bagi dewi Chanda itu salah, dia lebih mengutamakan kepentingan dirinya sendiri. 

"Terimakasih ratu dewi" 

"Ratu dewi selalu menepati janji"

"Ratu dewi semoga baik-baik saja"

"Kami bangga mempunyai ratu dewi"

"Terimakasih ratu" 

Kira-kira seperti itulah ucapan syukur rakyat kepada dewi Anggraini, perempuan itu juga ikut senang melihat warganya baik-baik saja.

Sampai akhirnya dewi Chanda datang dan mengambil alih pekerjaan, sejak tadi dia mencuri dengar ternyata. Dan dia tak menyukai itu.

"Tunggu sebentar rakyat ku, aku ingin mengingatkan ratu Anggraini untuk beristirahat" ujar dewi Chanda lembut.

"Biar aku yang melanjutkan pekerjaan ini ratu, pergilah" imbuhnya tersenyum kepada dewi Anggraini.

Dewi Anggraini sendiri bingung harus bereaksi seperti apa.

"B-baiklah ratu" ujar dewi Anggraini gugup.

"Semuanya aku pergi dulu. Pembagian akan tetao rata dilanjutkan oleh dewi Chanda" imbuhnya memberikan salam kepada rakyatnya.

Tap!

Tap!

Tap!

Dewi Anggraini pergi dari tempat itu. Dan tak sengaja dia bertemu dengan Damon. Lelaki itu terlihat lebih tegang dari biasanya.

"Hey Damon," sapa dewi Anggraini menghampiri anak itu.

"Ya, ratu. Ada yang bisa aku bantu" tanya Damon.

Dewi Anggraini menggelengkan kepalanya pelan.

"Kenapa? Jangan terlalu tegang seperti itu, seseorang selalu salah mengambil jalan ketika dia tak stabil" ujar dewi Anggraini.

"Ah- itu. Ratu benar, aku cukup tertekan dengan keadaan ini" timpal Damon lesu.

"Tenang, aku akan juga akan menjaga immortal, tak akan aku biarkan bangsa iblis menguasai semua ini" ujar dewi Anggraini.

"Ya ratu, tapi apa kamu tahu apa yang dikatakan dewi Chanda semalam?" timpal Damon.

Dewi Anggraini menggelengkan kepalanya. 

"Aku hanya tahu Aristaeus dan petinggi kerajaan lainnya sedang melakukan rapat, aku tidak diijinkan ikut" ujarnya menekankan nada di akhir kalimatnya.

Damon membuang nafas lelah. Dan dewi Anggraini memahami jika itu bukan hal baik, dadanya berdegup penasaran.

"S-Sesuatu yang buruk terjadi" ujar dewi Anggraini.

"Lebih parah. Karena kekurangan prajurit, dewi Chanda memaksa dewa-dewi muda untuk ikut perang," ujar Damon.

"Apa?! Tidak salah Damon?! Kenapa para jendral tak menolak" timpal dewi Anggraini.

"Sudah, tapi dewi Chanda membeli banyak suara untuk hal ini. Beberapa orang yang ikut jadi sekutunya menyetujui hal ini. Dan mereka mulai melakukan operasi itu hari ini" ujar Damon.

"Beruntunglah rakyat yang pergi melarikan diri hari ini, anak-anak dan keluarganya akan selamat dari kejaran dewi Chanda" imbuhnya.

Tidak habis pikir dengan apa yang dilakukan dewi Chanda, dan apa yang akan terjadi kepada immortal.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status