Share

TK 11

Evan dan kedua orangtuanya masih berdebat, akan tetapi hal itu terganggu dengan suara ledakan yang terdengar samar-samar dari rumahnya.

Duar!

Sontak Evan, Mikaila dan Austin berlari keluar rumah. Dapat mereka lihat ada asap mengepul dari arah kota. 

"Ada apa itu ayah?" tanya Evan terkejut.

Mikaila menggeleng, dia pun baru pertama kali melihat hal semacam ini terjadi. Evan sendiri dibuat semakin gelisah melihat kepulan asap itu.

"Ayah aku ingin pergi kesana" ujar Evan tiba-tiba.

"Jangan sayang itu berbahaya" timpal Austin khawatir.

Ekspresi Evan lah yang membuat kedua orangtuanya ikut tak tenang, mereka jelas melihat gurat gelisah di wajah anaknya itu, meski tak tahu kenapa?.

"Perasaan ku tidak enak, entah karena apa. Aku tidak mengerti" gumam Evan.

Mikaila dan Austin hanya bisa saling pandang, larut dengan pikirannya masing-masingnya.

Di tempat lain, para jendral mulai menyerang dengan membabi buta setelah pangeran Kanagara dibuat tak sadarkan diri.

Sret!

Sret!

Wush!

Brang!

Slup!

Bang!

Namun serangan mereka tak banyak berguna. Zalan menangkis semua serangannya hanya dengan kibasan tangan, Clara juga banyak memantulkan kembali serangannya karena banyak yang terlihat. 

Nikol dan Nakol juga semakin cepat, mereka membuat angin tornado kecil mengelilingi kerajaan. Akibatnya banyak dewa dan dewi berlarian. Hal yang membuat tertawa bahagia.

"Ini membosankan" ujar Clara malas.

"Kita ke kota saja bagaimana?" tanya Nakol.

Para jendral dibuat kelabakan dan kehabisan tenaga. Zalan dan yang lainnya menyetujui usul Nakol untuk pergi.

Wush!

Namun justru orang-orang yang hendak mereka temui sudah datang lebih dulu. Kanika, Ladia dan Awar terlihat senang melihat kerajaan dalam keadaan porak poranda.

"Ini semua kurang besar" ujar Ladia sudah siap mengangkat kedua tangannya.

"Jangan turukan lumpur mu disini Ladia" ujar Zalan memotong.

Perempuan itu memberenggut kesal, padahal dia siap menghisap separuh bangunan kerajaan. Atau sedikitnya menghisap.

"Kasihan, mereka sudah lemah, tak akan punya tempat tidur lagi" ujar Zalan.

Para jendral berdecih, tapi mereka tak gegabah menyerang, apa lagi tiga sosok baru didepan.

"Hey jendral tua" ujar Kanika.

"Siapa dibawah sana?" tanya nya menunjuk tubuh Kanagara.

Tak mendapatkan jawaban,  Kanika bercak pinggang. Berani sekali mereka mengacuhkan perempuan cantik seperti dirinya.

"Jangan perlihatkan kesombongan kalian dihadapan ku" ujar Kanika menunjuk jendral yang tadi dia tegur.

Duar!

Brak!

Jendral tua itu tiba-tiba terjatuh setelah ledakan kasar mengenai bagian dadanya, semua jendral langsung memasang sikap siaga. Serangan tak terlihat Kanika memang sangat cepat dan menakjubkan.

"Oleh karena itu jangan acuhkan aku lagi dan berhenti sombong" ujar Kanika.

Zalan tersenyum melihat ekspresi lelah para musuhnya, ingin sebenarnya iblis itu menghancurkan immortal saat ini juga. Tapi lebih baik membuat mereka menderita dalam waktu berkepanjangan.

Sret!

Sret!

Sret!

Nakol dan Nikol kembali berputar, keduanya membuat tornado yang ukurannya lebih besar daripada tadi.

Wush!

Wush!

Tornado berwana coklat dan tampak kilatan petir didalamnya itu, tampak siap melahap kerajaan. Iblis kembar itu tersenyum lebar. Tangan mereka bergerak mendorong angin berputar itu.

Wush!

Guar!

Namun hal demikian tak terjadi, angin bersih berbentuk naga tiba-tiba datang, dan menghancurkan tornado itu dalam satu kali tebasan.

Nikol dan Nakol terkejut, begitu juga dengan teman-teman yang lainnya kecuali Zalan. Lelaki itu lebih memilih melihat sosok dewa terbang menggunakan griffin.

Wush!

Sosok itu adalah Damon, dia berhasil sampai tepat waktu dan memberikan serangan balasan.

"Bangsa iblis" gumamnya tak suka.

"Wow, hebat juga serangan mu" ujar Nakol takjub.

"Apa tujuan kalian datang kemari?" tanya Damon dingin.

Clara yang hendak mengeluarkan serangan, ditahan bergitu saja oleh Zalan. Lelaki itu tampak tertarik melihat sosok Damon.

"Apa kamu pangeran immortal juga?" tanya Zalan.

"Tidak sudi aku mempunyai saudara lemah seperti dia" timpal Damon menatap sosok Kanagara yang sudah tak sadarkan diri.

"Hahaha. Aku suka gaya mu, bukan dewa yang sombong, dan sangat jujur sekali" ujar Zalan memuji.

"Tapi kenapa baru muncul? Aku tidak suka" imbuhnya.

Wush!

Bugh!

Zalan bergerak cepat dan mendaratkan pukulannya untuk Damon, namun dewa itu berhasil mengelak.

Sret!

Bugh!

Sebaliknya, Zalan yang terkena serangan dari Damon. Iblis itu tersenyum ketika tubuhnya terlempar ke belakang.

"Boleh juga serangan mu" ujar Zalan. Padahal jelas dia tahu, jika Damon hanya mengendalikan elemen angin disekitarnya.

Dan itulah kehebatan Damon, lelaki itu sudah seperti setubuh dengan angin, gerakan Zalan yang cepat secara tak sadar berhasil Damon perlambat oleh angin disekitarnya. Begitu juga dengan serangan-serangan lain yang bersifat timbul dulu di udara, mampu Damon rasakan. 

"Pergi dari sini" ujar Damon.

"Jika kami menolak?" tanya Kanika.

"Aku akan mencincang tubuh mu" jawab Damon tenang.

Kanika langsung berdecih. Tak suka dengan kesombongannya.

Sret!

Duar!

Serangan Kanika meledak sebelum mengenai Damon, dewa itu mengangkat satu halisnya dan tersenyum.

"Aku tidak suka berkelahi, sebaiknya kalian pergi" ujar Damon lagi.

"Clara" ujar Zalan.

Perempuan itu langsung maju setelah namanya dipanggil. 

Wush!

Sekali gerakan dia pergi berteleportasi menyerang Damon.

Sret!

Namun lagi-lagi serangannya tertahan, Damon lebih dulu mencekik Clara dengan anginnya. Padahal tangan perempuan itu tinggal sedikit lagi memukul Damon.

Wush!

Secepat kilat Clara berpindah tempat dan membebaskan diri dari cekikan Damon, perempuan itu menatap tak suka padanya.

"Kekuatan, kecepatan, teleportasi, angin, serangan tak terlihat. Apa lagi kemampuan kalian?" tanya Damon.

"Aku ini sebenarnya lemah, tapi mampu menghalau semua serangan kalian. Tahu kenapa?" imbuhnya.

Zalan dan semua pasukannya terdiam, tak berniat menjawab pertanyaan lelaki itu.

"Karena aku pintar sedangkan kalian lebih bodoh daripada aku" ujar Damon.

"Aku menyuruh kalian pergi, untuk lebih mempersiapkan diri, aku terima salam perkenalan ini. Sampaikan pada raja iblis, immortal semudah itu dihancurkan" imbuhnya tegas.

Zalan dan semua pasukannya mengepalkan tangan, tapi mereka tak memberikan serangan apapun. Tidak ada yang salah sebenarnya, karena mereka juga tak berniat menghancurkan immortal saat ini. Bangsa iblis masih dalam tahapan mempersiapkan pasukan untuk menyerang.

"Immortal tetap tidak akan bisa menghindar dari takdir kehancurannya" ujar Zalan.

"Selamat tinggal para pecundang lemah" imbuhnya.

Tanpa sepatah kata apapun lagi, mereka semua pergi dengan kekuatan teleportasi Clara. 

Wush!

Tak ada yang tersisa kecuali kehancuran dan kepedihan, Damon lantas berbalik menatap semua jendral yang tampak kelelahan.

"Kenapa tidak kita habisi saja mereka" seru salah satu dari mereka.

"Menyerang? Apa masih punya kalian tenaga untuk menyerang? Aku sendiri tak akan sudi menurunkan tangan untuk menyerang mereka lebih lanjut" ujar Damon sarkas.

"Lalu bagaimana? Mereka pasti kembali, dan kita harus menghadapinya lagi" 

"Bangsa iblis memang sudah mengibarkan bendera perang bodoh! Daripada berkomentar tak berguna sebaiknya kalian siapkan prajurit dan kuatkan pertahanan" ujar Damon kesal.

"Kalian pikir immortal akan selamat memiliki prajurit pengecut seperti mereka" imbuh menunjuk ke bawah.

Meluap sudah amarah Damon, senang juga mengatai para jendral itu bodoh.

"Biar aku perjelas. Tak banyak anggota pasukan kerajaan sekarang, adapun sangat tidak berguna. Masyarakat sudah jijik dengan mereka. Jadi selamat menempuh kesulitan baru" ujar Damon.

"Urus pangeran tak berguna itu" imbuhnya melengos pergi dengan griffinnya.

Semesta tak bisa menyalahkan Damom, lelaki itu hanya memperjelas apa yang terjadi saat ini.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status