Evander tidak pernah menyangka dan harus menerima takdirnya, jika ternyata ia adalah seorang pangeran kerajaan immortal. Sosok yang telah lama menghilang dan dianggap mati semua rakyatnya. Perjuangannya adalah menegakkan keadilan untuk sang ibu yang selama ini di tindas, menyadarkan sang ayah dari tidur panjangnya, dan menyelamatkan immortal dari serangan iblis. Lalu mampukah dia melakukannya ketika sang ibu tiri berusaha melenyapkannya kembali? Baca cerita selengkapnya disini.
View MoreSiapa yang tahu jika dunia ini terbagi lagi dalam beberapa golongan, manusia adalah yang paling bodoh dan miskin. Mereka yang dianggap mitos, ternyata hidup di negeri atas. Yang manusia sebut, bernama kahyangan.
Di dunia atas itu kita banyak di dongengkan dewa, dewi, malaikat, dan sosok baik hati nan cantik rupa tinggal. Yang kita sebut bangsa immortal. Tapi sebenarnya tidak seperti itu. Dongeng itu hanyalah sedikit cerita manis untuk menghibur anak-anak.
Kisah yang sebenarnya ada disini. Di atas langit sana, terdapat sebuah kerajaan langit penguasa dunia immortal. Tempat dewa dewi, malaikat dan kaum bersayap lainnya tinggal.
Kerajaan immortal namanya, dipimpin oleh seorang raja yang tegas, kuat dan bijak. Sebut ia Baswara.
Raja itu hanya mencintai seorang perempuan, dia adalah dewi yang sederhana, baik hati, lemah lembut dan bersahaja. Kerajaannya semakin tersohor dipimpin bersamanya.
Namun apa kata orang-orang, kerjaan mempunyai aturan yang ketat. Seorang raja harus menikah dengan tuan putri atau minimalnya dewi terhormat.
Sang dewi, Anggraini harus menahan air mata dan kesedihannya ketika anggota kerjaan, penasihat dan petinggi lainnya menikahkan raja Baswara dengan seorang dewi cantik, Chanda namanya.
Baswara sendiri bisa saja menolak, tapi apa daya dia juga dipaksa dewi Anggraini yang sepertinya sudah lelah digunjing. Dengan perasaan sakit, raja Baswara memiliki dua permaisuri di kerajaan nya. Akan tetapi cinta hanya satu, yang ada untuk dewi Chanda hanyalah sebatas tanggungjawab saja.
Kerjaan immortal sangat damai, tentram dan teratur. Semua dewi, malaikat dan penghuni yang dipimpin raja hidup selaras tanpa pertikaian. Seharusnya.
Tapi pada kenyataannya, kerjaan immortal tak sejaya itu. Raja Baswara sudah tak sadarkan diri sejak ribuan tahun lalu. Tubuhnya terkulai lemas diatas ranjang besarnya.
Apa dia mati? Tidak. Apa dia sakit? Tidak juga. Lantas apa? Dia sekarat? Jawabannya juga tidak. Tepatnya tidak ada yang bisa menjelaskan keadaan raja itu.
Saat itu, raja Baswara hanya tiba-tiba tak sadarkan diri di atas singgasananya. Menimbulkan kepanikan, dan duka berkepanjangan karena tak kunjung sadar sampai ribuan tahun lamanya.
Tak hanya meninggalkan segudang masalah, tidurnya raja meninggalkan dua permaisuri dan anak-anaknya yang masih kecil. Disela-sela itu ada kabar duka.
Pangeran Sabitah, anak pertama dan satu-satunya dari dewi Anggraini dikabarkan hilang dan meninggal setelah hanya ditemukan potongan pakaian berlumur darah samping kawasan Helheim, tempat berkumpulnya para penjahat.
Selain Helheim yang menjadi bebas, semua kawasan immortal tak terkendali. Banyak para dewa dewi dan malaikat ahli sihir dari kawasan Vaneheim berkeliaran di komplek utama pemerintah, Alfheim. Tempat berkumpulnya para dewa dewi, malaikat dan semua pekerja umum.
Mengakibatkan banyak dewa dewi, dan malaikat berambut putih diburu oleh ahli sihir itu. Bukan hanya macam-macam pelanggaran, akan tetapi sistem hukuman juga sudah tak berjalan semestinya lagi.
Di kawasan Alfheim berkeliaran dewa dewi dan malaikat bermata merah, yang mana mereka sangat sensitif dihasut dan diperbudak bangsa iblis.
Immortal mengalami kemunduran parah saat itu. Kekuasaan raja sendiri saat ini dipegang oleh penasihat pribadinya dan anggota keluarga kerajaan karena sang pangeran mahkota belum cukup matang memimpin kerajaan.
Ya, sudah lama berlalu sejak saat itu. Kini anak-anak raja telah tumbuh dewasa. Dewi Chanda memberikan dua anak untuk raja Baswara, bernama Kanagara si sulung dan Samantha, dewi yang cantik rupawan.
Seharusnya anak dewi Anggraini lah yang memimpin kerajaan, apalagi usianya terpaut lebih tua dua tahun depan Kanagara dan Samantha. Namun apa kata takdir. Pangeran Sabitah telah tiada.
"Paman Aristaeus" seorang dewa tampan berjalan dari arah tangga kerajaan.
"Pangeran Kanagara" timpal lelaki bernama Aristaeus itu.
Ya, dewa itu adalah putra mahkota kerajaan immortal. Kanagara, dan Aristaeus sendiri adalah penasihat raja yang selama ini memegang kekuasaan sementara.
"Apa kamu melihat adik ku?" tanya Kangara.
"Tadi aku melihatnya, dia pergi bersama putra ku Charon" jawab Aristaeus.
"Lalu dimana Damon?" tanya Kanagara.
"Dia pamit berburu pada ku tadi pagi" jawab Aristaeus.
Damon dan Charon sendiri adalah anak Aristaeus, Damon sang kakak seusia dengan mendiang pangeran Sabitah. Dan Charon berusia lebih muda beberapa bulan dari Kanagara.
"Apa pangeran ada perlu dengan mereka?" tanya Aristaeus.
"Kenapa dia tidak mengajak ku" keluh Kanagara.
"Lalu paman mau kemana?" imbuhnya bertanya, Kanagara hampir tak menyadari jika lelaki didepannya membawa nampan.
"Mengantarkan makanan ini untuk ratu dewi Anggraini" jawab Aristaeus.
"Di depan ibu ku, paman tak mengatakan embel-embel 'ratu' ketika menyebut ibu Anggraini" celetuk Kanagara.
"Bagian terpentingnya, pangeran tidak akan mengadukan itu kepada dewi Chanda" ujar Aristaeus.
"Kamu malah tidak menyebut ibu ratu ketika berbicara dengan ku saja" celetuk Kanagara lagi.
"Aku senang karena pangeran tidak keberatan dengan hal itu" ujar Aristaeus tersenyum lebar.
Kanagara tak memberikan respon berarti, sejujurnya dia tahu kenapa Aristaeus bersikap seperti itu. Namun ya apa peduli, Kanagara tidak mempunyai bagian untuk andil dalam permasalahan itu. Dirinya tidak tahu menahu.
"Jika tidak ada yang lain, aku pamit pangeran" ujar Aristaeus melenggang pergi.
Lelaki itu membawa makanan ditangannya kearah pintu keluar, menuju menara kedua di bagian belakang kerajaan.
Ditempat lain, masih dalam kawasan Alfheim. Seorang dewa bertubuh tegap tengah membidikkan panahnya kepada seekor hewan, yaitu kelinci kecil yang memiliki telinga ikal panjang sekali.
Dialah Damon.
Sret!
Jleb!
Wush!
Wush!
Wush!
"Ah! Tidak kena" Damon berujar sembari mengangkat tangannya gemas.
Lelaki itu meringsek masuk mengikuti kelinci tadi, dia paling tidak suka ketika panahnya salah sasaran dan hewan buruannya pergi.
Tapi Damon sepertinya kehilangan kelinci itu, bukan jejaknya yang menghilang. Melainkan hewan itu sudah tertangkap oleh orang lain.
"Hey, itu hewan buruan ku" ujar Damon.
Orang yang diajaknya bicara membelakangi tubuhnya, setelah mendengar suara Damon barulah dia berbalik.
"Oh kelinci ini? Aku tidak tahu, tapi panah ku sudah menangkapnya. Itu berarti buruan ini menjadi milik ku"
Demi apapun lelaki itu sangat tampan, bulu matanya lentik, hidung dan bibirnya manis sekali. Apalagi ketika tersenyum seperti sekarang. Kulitnya juga putih bersih dan rambutnya hitam. Jangan lupakan mata biru laut nya yang indah dan tubuhnya yang tegap dan gagah.
"Aku baru memanahnya sebelum meleset dan dia masuk kedalam hutan, lalu kamu memanahnya" ujar Damon.
"Aku sudah berjanji akan membawa daging kelinci kepada ibu ku, bagaimana jika ku ganti dengan burung saja?"
"Tidak semudah it-"
Sret!
Jleb!
Puing! Bruk!
Damon tercekat ketika lelaki itu memanah sebuah burung yang tak sengaja terbang di atas kepala, hanya satu kali bidikan dan burung itu terjatuh tak jauh dari tempatnya berdiri.
"Wah sepertinya aku bertemu pemburu hebat" ujar Damon tersadar.
"Tidak juga, kebetulan saja panah ku tepat sasaran"
"Jadi kamu tidak keberatan kan, ku tukar kelinci ini dengan burung itu?"
"Baiklah, kasihan diri mu jika pulang tanpa kelinci. Semoga ibu mu senang" ujar Damon.
Lelaki itu mengangguk dan tersenyum. Kemudian dia membunyikan sebuah peluit menggunakan tangannya.
Guarr!
Damon terkejut ketika seekor direwolf meloncati tubuhnya dari arah belakang.
Grrr!
Hewan besar itu menggeram ketika tuannya mengusap bulu dan area bawah mulutnya.
"Kamu menunggangi seekor direwolf?" tanya Damon.
"Ya, dia manis kan. Kamu sendiri datang dengan apa ke hutan ini?" timpal lelaki itu bertanya.
Ciak!
Tepat sebelum Damon berbicara, seekor griffin datang dari atas langit. Hewan berkepala elang dan tubuh singa itu memasang posisi siaga melindungi tuannya.
"Sepertinya aku bertemu dengan anggota kerajaan" ujar lelaki itu mengetahui jika tunggangan seekor griffin hanya bisa diakses orang kerajaan.
"Hanya anak seorang pekerja kerajaan, aku hanya beruntung bisa menaikinya" ujar Damon merendah.
"Sudahlah aku juga tak bertanya soal itu, sampai jumpa dan terimakasih untuk kelincinya"
Guar!
Wush!
Lelaki itu pergi menunggangi widewolfnya.
"Nama ku Damon!" teriak Damon diacungi jempol lelaki itu.
"Kenapa aku lupa bertanya namanya, aku merasa pernah melihat dia" gumam Damon.
Namun lelaki itu memilih melupakannya, dan memungut burung buruannya lalu pergi menunggangi griffin.
Achilles tak menyangka akan mengatakan kalimat seperti itu, dan mirisnya lelaki yang ditolongnya mengatakan pernyataan setuju.Memang sepintas tak merugikan, Achilles menyediakan tempat sedangkan orang yang ditolongnya menyediakan tenaga."Jadi siapa nama mu?" tanya lelaki itu.Achilles mendongak, nafasnya sedikit memburu karena menggendong seekor kijang yang ternyata lumayan berat."Achilles" jawabnya.Lelaki itu mengangguk, dia tidak terlihat kesusahan sama sekali. Padahal dia membawa banyak hewan buruan dan keranjang buah. Achilles sampai ternganga jika kalian tahu."Lalu nama mu siapa?" benar sekali, Achilles sampai lupa menanyakan hal serupa itu padanya."Aku.." ujar lelaki itu menggantung."Kenapa? Apa jangan-jangan kamu lupa ingatan saat terjatuh itu!" pekik Achilles."Haha, benar sekali tapi tidak juga" ujar lelaki itu
"Nggh.."Achilles tergugu ketika suara lenguhan menyapa telinganya.Matanya yang masih mengantuk dipaksakan terbuka dan melihat sekitar, ternyata lelaki yang diselamatkannya mulai sadarkan diri.Sontak Achilles langsung menghampirinya. Dengan pelan dan apatis dia menggoyangkan bahunya."Hey.. bangun.." ujar Achilles."Hm.. ahh" lelaki itu meringis memegangi kepalanya yang pusing."Dimana aku?" tanyanya."Kamu sudah sadar?" timpal Achilles bertanya."Aku ingin pingsan saja, dan tidak bangun lagi" ujar lelaki itu."Hah? Kalau begitu mati saja" timpal Achilles.Lelaki itu menggeleng, mati? Bukan, bukan itu kemauannya."Tidak. Aku hanya ingin tidur dengan waktu yang lama. Agar aku tak perlu mengetahui apa saja yang terjadi di dunia ini dan aku melupakan semua rasa sakit yang ada" ujar lelaki itu.
Seminggu berlalu.Tak terasa saja, hari sudah berganti minggu. Selama itu pula Evan terbang. Tanpa beristirahat sejenak pun. Kalian bayangkan, tanpa beristirahat sejenak pun!.Rasa sedih, kecewa, sakit dan perasaan-perasaan lainnya yang menumpuk di hati lelaki itu, membuatnya berlaku demikian.Tak kuasa dengan semu itu dan ingin melupakannya, namun Evan berlaku salah. Keinginannya itu justru menyakiti dirinya sendiri.Saat ini pun dia juga masih belum tahu dimana?. Setelah beberapa hari lalu di terbang diatas air atau padang pasir. Kini dibawah kakinya terdapat daratan. Ada tanah yang bisa dia pijak.Nging!Brak!Kepala Evan tiba-tiba berdengung. Pandangannya mengabur dan dewa itu kehilangan keseimbangannya. Tubuhnya melayang jatuh kebawah, siap menghantam apa saja yang ada dibawahnya."Aku lelah.." gumam Evan memejamkan matanya.Ditempat lain
Brak!Evan yang sedang melamun langsung terkejut ketika beberapa barang, jatuh tepat disampingnya.Dan si pelaku tampak menahan tangisnya, siapa lagi jika bukan Mikaila. Melihat sang ayah dengan nafas memburu seperti itu, lantas Evan berdiri menyamakan tinggi badannya."Cepat pergi dari sini" ujar Mikaila tegas."Ayah mengusir ku?" tanya Evan tak kuasa.Namun Mikaila enggan menjawab, hanya tangannya yang menunjukan arah kemana lelaki itu harus pergi."Aku tidak mau pergi ayah, aku akan tetap disi-""Kamu ingin ayah mati hah?!" ujar Mikaila berteriak."Kalau kamu tetap disini ayah akan bunuh diri!" tegasnya.Evan menggelengkan kepalanya, air mata sudah berada diujung pelupuk mata indah lelaki itu.Sret!Tanpa diduga, Mikaia membawa sebuah pisau runcing yang ia sembunyikan dibalik bajunya. Dan dengan
Saat ini para penasehat, dewi Chanda, Aristaeus dan kepala jendral sedang berkumpul melaksanakan rapat setelah membagikan bantuan kepada rakyat tadi.Permasalahannya tak jauh soal penyerangan bangsa iblis dan perang yang memungkinkan akan terjadi."Kita tarik semua dewa dewi muda dan jadikan mereka bala tentara perang" ujar dewi Chanda."Itu berarti kita mengobarkan masa depan immortal, aku tidak akan setuju" timpal Aristaues."Aku tidak membutuhkan persetujuan mu" ujar dewi Chanda."Tanpa kuantitas, immortal bisa kalah. Atau kamu memang ingin kerajaan ini hancur hah?" imbuhnya."Saat ini tak ada yang bisa kita lakukan selain bertahan, tapi selama itu juga bukan berarti kita hanya diam" ujar salah satu jendral."Kita harus memperkuat pertahanan dan menyiapkan pasukan sebanyak mungkin untuk kemungkinan terburuk" imbuhnya."Lantas jendral setuju
Kanagara sudah sadarkan diri, pangeran itu langsung mengeluhkan keadaan yang tengah mengelilinginya sekarang.Serangan, kerusakan, bangsa iblis, kemarahan rakyat, pelarian, prajurit, perang dan masalah-masalah lainnya. Membuat ia ingin tak sadarkan diri saja, sama seperti sang ayah yang saat ini sedang ditatapnya.Ya, untuk yang ke dua kalinya lelaki itu datang melihat raja di kamarnya. Tak ada yang berubah, orangtua itu terlihat damai nan asik dengan tidurnya."Aku bahkan tidak tahu bagaimana rasanya tangan itu mengelus kepala ku" ujar Kanagara di samping sang ayah."Sejak lahir, kita tak pernah bermain. Jika ayah sadar jangan marah melihat sikap ku ini ya" imbuhnya tersenyum lucu.Berharap sekali saja, ada jawaban dari raja. Jujur Kanagara sangat lelah, dia ingin menyerah pada kehidupannya, yang menjadi kenyataan adalah, kehidupan rakyat biasa lebih enak daripada mengemban nama pangeran.
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments