Share

2 - Woke Up in a Strange Places

Archer’s Mansion

08.22 PM

______________

Christian mengerjapkan mata. Kepalanya pening bagai terkena pukulan gada. Pria itu meringis sambil memegang kepala dengan kedua tangan. Kelopak matanya kembali terpejam saat sinar dari cahaya lampu menusuk netranya. Sambil mendesis panjang, pria itu mencoba mengingat apa yang telah terjadi padanya. Sontak ia menarik tubuhnya. Christian terduduk sempurna saat semua ingatannya telah terkumpul.

“Ilona …,” gumam pria itu. Matanya langsung melebar saat melihat pemandangan di sekeliling. Ia menjatuhkan tatapan menatap dirinya kini yang tengah berbalut selimut tebal.

“Arrrghhh ….” Chris kembali membanting punggung. Ia mengusap wajahnya dengan kasar. Pria itu ingat apa yang telah terjadi padanya. “Sial!”

Christian mendengkus. Tenggorokkannya tersekat hebat. Ia meraih segelas air dari atas nakas lalu meneguknya dengan cepat. Chris kembali menghembuskan napas panjang. Rasa-rasanya dia ingin mati saja sekarang. Chris menarik kepalanya dengan kedua tangan.

“Bagaimana ini, dia sudah melihat sisi tidak warasku,” gumam pria itu. Chris menutup mata rapat-rapat. Ia tak hentinya merutuki diri. Bisa-bisanya pria itu hilang kontrol.

“Persetan dengan panic attack!” makinya. “Tapi … bagaimana keadaan Ilona? Sial!” Pria itu terus bermonolog. Ia mengacak-acak rambut dengan frustasi.

Christian menyibakkan selimut yang menutupi tubuhnya. Ia turun dari ranjang dan bergegas keluar dari kamarnya. Chris menaikki anak tangga dengan terburu-buru. Ia memanjangkan langkah, ingin segera menghampiri Ilona dan menjelaskan situasi yang sebenarnya. Gadis itu pasti terkejut dan bahkan mungkin takut melihat apa yang telah terjadi pada Christian tadi siang.

Christian berada di depan pintu. Tangannya telah siap menekan gagang pintu namun kemudian seseorang menarik lengannya membuat Christian terpaksa memutar tubuh. Di depannya berdiri seorang Kenedict Archer. Sorot mata hijau zamrud itu kini tengah mengicil memberikan tatapan tajam memandang pria di depannya.

Christian menurunkan tatapannya. Menatap lengannya yang sedang dalam cengkraman tangan sang adik. Sedetik kemudian Chris kembali membawa pandangan menatap Kenedict yang kini tengah mengetatkan rahangnya.

“Lepaskan aku!” ucap Chris. Pelan namun penuh penekanan.

“Cih!” Kent membuang muka lalu menggelengkan kepala. “What’s wrong with you, Christian?” ucap suara yang tak kalah berat dengan suara Christian barusan.

Kent menarik lengan Chris dengan paksa membuat tubuh pria itu terhuyung. Menjauh dari pintu kayu di depannya.

“Pertama, ini lantai dua. Lantai dua adalah rumahku. Bagianku. Tak ada yang boleh naik kesini tanpa seijinku. Dan kupikir kau telah paham semua itu, Christian? Haruskah aku menempel petisi di ujung anak tangga?” ujar Kent.

Christian mengayunkan tangan, menepis tangan Kent dari lengannya. Pria itu tak kalah memberikan tatapan tajam pada sang adik.

“Ah, dan juga.” Kent mendekatkan tubuh. Matanya semakin sinis menatap pria di depannya. “Berhenti mengganggu gadisku. Aku mungkin tidak bisa menghukumu, tapi kau harus tahu, Chris-,” Kent kembali menjeda kalimatnya. Ia melangkah semakin mendekati sang kakak. Kent meraih kedua sisi kerah kameja Christian. Ia kembali menatap sang kakak. Semakin mengecil mata itu, semakin tajam pandangannya.

“Aku terpaksa menghukum gadis itu karena kesalahanmu,” ucapnya. Kent menarik kerah baju Chris lalu mendorongnya dengan pelan.

“Kent, dia bukan milikmu,” sahut Chris.

Kent tersenyum miring. Ia menatap pria di hadapannya dengan tatapan arogan. Kent memalingkan wajah sebentar lalu dengan cepat menatap Christian.

“Kau mungkin bisa memiliki apa pun yang ada di dunia ini namun, manusia bukan barang, Kenedict kau harus tahu itu,” ujar Chris. Kali ini ia menunjuk dada sang adik dengan jari telunjuknya yang langsung di respon oleh Kent. Ia menghempaskan tangan itu dengan kasar.

“Tak cukupkah bagimu?” hardik Kent. “Aku sudah berbagi segala yang kumiliki denganmu. Chris-,” Kent mengangkat dagunya tinggi. Menyimpan kedua tangan kedalam saku namun matanya tak ingin melepas tatapan pada sang kakak. “Apa lagi yang tidak kubagi denganmu, hah? Aku bahkan membiarkan orang tuaku mengasuhmu. Mengangkatmu dari jalanan. Memberikan nama yang sama dengan namaku. Memberikan tempat terbaik di rumah ini. Bahkan membagi rata warisan dari ayah, apalagi yang kurang, Chris? Apakah aku juga harus membagi seorang budak denganmu? Atau kau ingin tidur satu ranjang juga dengan kam-“

PLAK!

Ucapan Kenedict terhenti saat Christian menghadiahkan tamparan keras di pipinya.

“FUCK!” pekik Kent. Ia memutar tubuh dengan cepat. Memandang Christian dengan tatapan nyalang. Kepalan tangannya mendarat memberikan bogem mentah pada sang kakak.

BUKK!

Wajah Christian terlempar hingga tubuhnya terhuyung dan berakhir terjatuh di lantai. Pria itu meringis sambil memegang sebelah pipinya. Christian memutar wajah tepat saat Kent kembali menghampirinya dan menarik paksa kerah bajunya.

“Berani-beraninya, kau!”

BUKK!

Kent kembali mendaratkan kepalan tangannya ke pipi Christian. Pria itu tak mau tinggal diam. Ia mengangkat tangan dan membalas pukulan Kent.

BUKK

BUKK

BUKK

Kent terhempas. Ia menunduk. Perlahan-lahan ia membawa ibu jari mengusap bibirnya. Kent terkekeh saat melihat darah dari bibirnya. Dengan cepat ia berbalik. Berdiri dan dengan satu kali gerakkan ia kembali mengayunkan tangan namun kali ini Christian berhasil menangkisnya.

“Kau tidak punya hak apa pun untuk mengatakan itu, Kent.”

Kent terkekeh sinis. “Ohya? Bukankah aku mengatakan faktanya? ANAK PUNGUT!” ucap Kent dengan nada menekan pada kalimat akhir.

BUKK

Satu pukulan tangan kanan dari Kent sanggup membuat Christian kembali terhuyung. Pandangannya seolah berputar dan ia kembali ambruk.

“Arrrghhh!” Christian meringis.

Kent mendengus namun selanjutnya ia malah menunggingkan senyum iblis. Pria beraura gelap itu kini menunduk. Matanya membesar sambil memberikan tatapan keras pada Chris.

“Ingat posisimu sebelum menginginkan apa yang aku punya. Kau dan aku memang bersaudara. Selama ini aku tidak pernah mempermasalahkan soal kasih sayang orang tuaku yang terbagi denganmu. Aku juga tidak pernah mempermasalahkan soal harta. Aku tidak pernah mempermasalahkan soal apa pun yang menyangkut tentang hidupmu. Namun, jika kali ini kau berani mengambil apa yang sudah menjadi milikku-,” Kent meraih satu sisi wajah Chris lalu menepuk-nepuk pipinya dengan kuat. “Akan kubuat kau menyesali hari dimana kau menginjakkan kaki di rumah ini,” kecam Kent. Ia menghempaskan wajah Chris begitu saja lalu melangkah meninggalkan pria itu.

“Astaga, Chris!”

Ilona memekik. Betapa terkejutnya ia saat hendak keluar dari kamarnya dan mendapati Christian tengah terkapar di atas lantai. Gadis itu hendak menghampiri Christian namun dengan cepat Kenedict menarik dirinya. Tubuh Ilona kembali terhempas ke dada bidang Kent. Ilona mendongak.

“Hei, apa yang kau lakukan? Dia berdarah,” ucap Ilona. Ia kembali menatap Christian. “Chris, oh ya Tuhan.”

“Chris?” Kent terkekeh sinis. Ia menggelengkan kepala. “Aku tidak menyangka ternyata kalian sudah seakrab itu,” ucap pria berkuasa itu. Ia kembali menarik lengan Ilona dengan paksa membuat gadis itu terpaksa menengadahkan wajahnya. Ia bisa melihat rahang Kent yang mengeras sempurna.

“Mau kucambuk lagi?”

Ilona tersentak oleh suara Kent yang memberat dengan tatapan dingin. Ia menggeleng lalu mendundukkan kepala. Tidak. Biritnya saja masih terasa begitu perih. Jika ia kembali melawan, Kenedict pasti akan menghukumnya lagi.

Ilona hanya memberikan tatapan iba kepada Christian yang masih terkapar sambil menatap matanya. Ilona menggeleng sambil menatap Chris.

“I’m sorry, Chris.” Gadis itu melirih. Air mata telah menggenang di pelupuk matanya. Melihat Christian dalam keadaan seperti itu, Ilona bisa menebak siapa yang telah melukai pria baik hati itu. Ilona menaikkan tatapan. Memandang Kent dengan tatapan sinis kemudian ia menggelengkan kepala.

“Kau benar-benar bukan manusia, Tuan!”

Ilona langsung menepis tangan Kent yang melingkari lengannya. Buru-buru gadis itu masuk dan kembali kedalam kamar.

“ILONA!” teriak Kent. Ia berbalik dan hendak meraih lengan Ilona lagi namun gadis itu telah dengan cepat menghilang dari balik pintu kayu bahkan dengan sengaja membanting pintu. Kelakuannya kembali membuat Kenedict geram.

“Arggghhh!” Pria itu berteriak. Ia menekan kepalan tangannya keudara. “SIAL!” umpatnya.

Lututnya berputar. “HEI!” Kent kembali berteriak sambil menggedor-gedor pintu di depannya. “Oh, kau memang selalu ingin di perlakukan seperti binatang, yah?” teriaknya lagi.

Ilona tidak peduli. Ia menyandarkan tubuh di belakang pintu kayu. Tak peduli seberapa kuat Kent menghantam benda itu membuat punggungnya terdorong. Tak peduli seberapa kuat Kenedict berteriak dan mungkin sebentar lagi ia akan mendobrak pintu ini. Tidak. Ilona tidak peduli dengan semua itu.

“Kau keterlaluan, Mr. Kent!” Ilona menoleh. Air mata terus saja keluar dari mata cokelat itu. Ia menarik kunci yang terletak di gagang pintu.

“Oh, sekarang kau bahkan berani mengatai aku? BUKA!” Kent mendaratkan kepalan tangannya di depan pintu. Ilona menutup mata saat suara itu menggema di telinganya.

“Tidak … aku tidak ingin tubuhku kembali menerima pukulan darimu. Kau tidak berhak!” lirih Ilona. “Kau tidak punya hak atas diriku. Aku bukan binatang,” lirihnya lagi.

Kent mendengkus. Napasnya bergemuruh. Bahkan Ilona bisa mendengarnya hingga kedalam. Ilona bisa merasakan tatapan Kent yang menyala, seakan-akan menusuk punggungnya.

“Ingat jika kau adalah milikku, Ilona. Dan aku berhak melakukan apa pun padamu.”

“Tidak! Kau salah besar Mr. Kent. Kau menghukumku dengan kaki dan tangan yang terikat bagaimana aku bisa melawanmu-,”

“Oh, jadi kau ingin melawanku? Lalu kenapa kau tidak biarkan aku masuk? Ayo lawan aku,” ucap Kent lagi. Ia menempelkan dahi di depan pintu.

“Tidak … bahkan jika aku punya kekuatan sekalipun, aku memang tak akan mungkin bisa melawanmu.”

“Bagus. Kau mulai sadar. Sekarang biarkan aku masuk,” ucap Kent lagi. Kedua tangannya telah mengepal dengan sempurna. Darahnya mendidih. Ingin sekali ia mendobrak paksa pintu di depannya dan menghukum gadis di dalam sana.

“Tidak, Mr. Kent.”

“Persetan denganmu,” gumamnya. “ILONA!” Kent berteriak.

“KENEDICT!” Christian berteriak bahkan sambil menahan rasa sakit di tubuhnya. Ia refleks berdiri. Dengan langkah gontai ia kembali menghampiri sang adik. Kent masih berdiri di depan pintu bahkan menempelkan dahi dan kepalan tangannya di sana. Christian meraih satu sisi pundak Kent.

“Kent, kau membuatnya takut-“

“LEPASKAN AKU!” Kent berbalik. Ia kembali menatap Christian dengan pandangan nyalang. “TERKUTUK DIRIMU DAN GADIS DI DALAM SANA!” maki Kent. Ia kembali mendorong tubuh Christian sebelum menarik dirinya dan hendak pergi namun, sebelum pria itu melanjutkan langkah, ia pun menoleh.

“Jika kulihat kalian berbicara atau bahkan sekedar saling melirik, akan kupastikan salah satu dari kalian akan lenyap malam ini juga dan aku tidak main-main.” Rahang yang mengetat itu tegas menekankan perkataannya barusan.

Christian tidak bisa berbohong jika alam bawah sadarnya bergidik saat menatap manik sehijau batu zamrud yang berubah gelap dan seolah menyala menyemburkan api yang sanggup menghanguskan dirinya. Chris menarik napas lalu membuangnya dengan cepat.

Ia bergerak menghampiri pintu di depannya.

“Ilona …,” panggil Chris.

“Pergilah Chris. Aku tidak ingin dia kembali melukaimu,” ucap Ilona. Ia masih memasang diri di belakang pintu.

Chris menarik napas dengan cepat. Ia membuang napas berat. Christian menggelengkan kepala.

“Ilona, bukalah pintu dan ijinkan aku masuk.”

“Kau tidak dengar yang dia katakan? Entah aku, atau dirimu. Diantara kita akan ada seseorang yang bisa segera lenyap jika aku berbicara padamu. Kalau aku yang mati, tidak akan ada yang menyesal. Aku tidak ingin hubungan kalian rusak hanya karena seorang budak seperti diriku,”

“Ilona kau bukan budak,” hardik Chris.

Ilona tersenyum sendu. “Hanya kau yang bisa memperlakukan aku dengan manusiawi. Terima kasih, Chris. Sekarang pergilah. Aku tahu kau belum sepenuhnya pulih. Aku ingin sekali keluar dan mengobati luka di wajahmu, namun aku terlalu pengecut, Christian. Sebenarnya aku sangat takut. Aku takut pria bringas itu kembali menghajarku dan juga menghajarmu. Jadi lebih baik kita saling menjauh.”

“Ilona, kumohon jangan seperti ini.” Chris semakin mendekat. Ia menempelkan wajahnya ke daun pintu. Christian menarik napas dalam-dalam sambil menutup matanya. “Ilona … untuk pertama kalinya dalam hidupku, aku merasa begitu nyaman dengan seseorang. Maafkan aku sempat membuatmu terkejut. Kau tahu yang tadi siang itu-,”

“Tidak apa-apa, Chris. Aku bisa paham. Kau tidak perlu menceritakannya. Aku mengerti. Maaf juga sudah membuatmu terjebak dalam keadaan seperti itu. Chris, kau juga satu-satunya orang yang membuatku merasa nyaman. Terima kasih untuk hari ini, Christian. Menghabiskan waktu denganmu, mungkin adalah hal yang terbaik yang pernah kulakukan di tempat ini. Tapi … demi keselamatanmu, dan demi diriku juga. Sebaiknya kita saling menjauh.”

“Ilona ….”

“Pergilah Chris, aku ingin istirahat.”

Tak ada kata lagi setelah itu. Ilona langsung menarik dirinya. Ia berjalan meninggalkan pintu, menuju ranjang. Ilona melempar tubuhnya di atas kasur empuk itu. Ia memeluk guling lalu mengubur wajahnya kedalam kasur.

Sementara di luar, Chrstian mengepalkan tangannya dengan kuat. Rahangnya ikut mengetat. Ia menatap pintu di samping kamar Ilona. Dengan wajah dan tangan yang bergetar, Christian pun berjalan menghampiri pintu kayu bernuansa gelap itu.

‘Akan kuhancurkan kesombonganmu. Akan kubuat kau membayar semua yang telah terjadi padaku selama ini. Yah. Kau benar. Aku bukan darah daging Archer. Aku hanyalah seorang anak yang di pungut dari jalanan. Namun, kau juga harus tahu jika aku memiliki hak yang sama denganmu. Kau sudah terlalu lama hidup nyaman, Kenedict. Kau pun tidak pernah mengerti apa arti memiliki yang sesungguhnya. Bagimu, wanita hanyalah bahan dari obsesi yang akan dibuang setelah memuaskan hasrat liarmu di atas ranjang. Tidak. Tidak akan kubiarkan Ilona berakhir seperti gadis-gadis sebelumnya. Akan kulakukan apa pun untuk memilikinya. Dan akan kupastikan jika kecowa seperti dirimu tidak akan bisa menghalangiku.’

_____________

To Be Continue ;)

Jangan lupa RIVIEW di kolom komentar, yah :)

Dreamer Queen

Hallo, selamat datang di duniaku. Jika kalian menyukai cerita ini, silahkan menyimpan cerita ini di perpustakaan kalian. Oh ya, ini Novel Dewasa yang hanya bisa dibaca oleh kalian yg sudah berumur 18+. Beberapa part akan menyuguhkan adegan dewasa dan explicit. Jika kurang menyenangkan bisa di skip. Cerita ini sekadar FIKSI semata. Tidak ada maksud utk menyinggung sebagian atau bbrp kelompok. Nikmati saja alurnya. Suka, duka, sedih, bahagia. Gemetar dan meledak. Rasakan sensasinya. Jangan lupa untuk memberikan VOTE dengan mengklik tombol VOTE di bawah. Keep your eyes open untill the end, yah ;) Mampir juga ke cerita terbaruku judulnya BEAUTIFUL PSYCHO bertema Romansa Dewasa. Ditunggu kehadirannya ;)

| 3
Komen (3)
goodnovel comment avatar
Kikiw
agak gatau diri ya ucapan Crist..
goodnovel comment avatar
Marrygoldie
harus berani melawan Ilonna
goodnovel comment avatar
Glow Peridote
wah keren banget ini bikin penasaran
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status